Hembusan angin malam benar-benar membuat tubuhku yang hanya menggunakan kemeja terasa menggigil. Sudah dua malam Azka tidak datang kekafe dan sudah dua malam pula aku harus mengendarai motor sendiri. Sebenarnya aku juga rasanya takut harus berkendera sendiri saat hampir tengah malam seperti ini. Tapi untungnya malam ini ada Mas Reza yang berkenan mengantarku pulang dengan mengikutiku dari belakang dengan motornya.
Azka dua hari yang lalu mengirimiku pesan, memberitahukanku kalau beberapa hari ini ia sedang melakukan observasi untuk tugas kuliahnya. Untungnya aku sudah akrab dengan beberapa pelayan disana jadi ketika Azka tidak ada aku tidak merasa kesepian.
Tidak terasa ternyata aku sudah sampai didepan gang menuju rumahku. Aku berterima kasih pada mas Reza dan menyuruhnya langsung pulang agar tak usah mengantar sampai depan rumah. Setelah sampai didepan rumah aku langsung menelfon ka Najma agar membukakan pintu. Karena aku yakin ka Najma pasti belum tertidur sedangkan ibu dan bapa pasti sudah tidur.
Dan benar saja ternyata ka Najma belum tidur. Dia membukakakn pintu dan aku langsung bergegas masuk.
"Arum!" panggil ka Najma ketika aku masuk setelah membersihkan diri. Ka Najma masih duduk dikasurku dengan sebuah paket ditangannya.
"Nih ada paket dari Azka." ka Najma menyodorkan paket yang sedari tadi ia pegang.
Aku menerima paket iku dan melihat pengirimnya dan ternyata benar dari Azka. Dengan tak sabaran aku membuka paket itu. Ternyata isinya sebuah frame yang terdapat beberapa foto aku dan Azka diatas foto itu ada ucapan Happy Brithday. Diujung atas bagian Frame itu ada bunga matahari. Sangat cantik sekali, aku menatapnya takjub.
"Apaan sih isinya?" ka Najma menarik frame foto itu dari tanganku.
"Wah cantik banget." ia juga menatap takjub pada frame itu.
"iya cantik." jawabku dengan senyum yang mengembang.
"Arum!" panggil ka Najma. aku berjalan ,berniat duduk disampingnya.
"Kamu ngerasa nggak sih. Kalau sebenarnya Azka itu suka sama kamu," ucap ka Najma setelah aku duduk disampingnya.
Aku tertawa mendengar ucapan ka Najma, "gak mungkinlah ka kita kan cuman sahabatan. Ngaco bener sih ngomongnya." ucapku disela tawaku.
Rasanya gak mungkin banget kalau Azka suka sama aku.
"Kamu tuh yah bego apa gimana sih?"
Aku mendengus mndengar ucapannya. Enak saja mengatakanku bego apa coba maksudnya.
"Kamu ngerasa nggak sih, kalau Azka itu memperlakukakn kamu sangat spesial. Dia selalu ada saat kamu butuhin."
"Iya Azka memang selalu ada saat aku membutuhkannya tapi itu bukan berarti dia punya perasaan sama aku. Kita cuman sahabatan rasanya nggak mungkin kalau dia suka sama aku."
Aku berusaha mengelak ucapan ka Najma. Karena apa yang diucapkannya tidak benar menurutku.
"Arum! persahabatan antara laki-laki dan perempuan itu gak ada yang murni bersahabat. Pasti ada salah satunya yang menggunakan perasaan. Melihat perlakuan Azka sama kamu, membuat aku yakin kalau Azka memang menaruh perasaan sama kamu." ucap ka Najma seraya menaruh frame yang dia pegang di atas kasur sembarang.
Aku semakin tertawa mendengar perkataan ka Najma. "kalau Azka suka sama aku, mungkin dia akan merusak hubunganku dengan mas Raihan, selama ini dia terlihat mendukung hubunganku dengan mas Raihan."
Ka Najma menghela nafas, "kadang ada orang yang berfikir kalau mencintai itu tidak harus memiliki. Dengan melihat orang yang kita cintai bahagia itu sudah lebih cukup walau terkadang itu sangat melukai perasaan kita."
Aku terdiam, memikirkan setiap ucapan ka Najma.
"Cinta itu butuh perjuangan. Jika memperjuangkan cinta itu dengan cara tidak memiliki? maka, orang yang benar-benar mencintai akan melakukan itu. Memang sakit pada awalnya, tapi akan terbayarkan dengan melihat kebahagiaannya," lanjut ka Najma.
"Ka gak ada yah cinta yang kaya gitu." aku mengelak karena jika memang benar ada cinta yang seperti itu, hanya akan menyiksa diri Kita sendiri.
"Ada!" ucap ka Najma.
"Udah deh ka ya, sana pergi dari kamarku. Aku mau tidur ngantuk." Aku berusaha mengusir ka Najma karena tidak mau membahas cinta yang ambigu seperti itu. Tubuhku lelah begitu juga dengan pikiranku, ingin segera bergabung dengan bantal guling dan boneka dikasurku.
Ka Najma akhirnya pergi dari kamarku dengan mendengus tidak suka. Dan aku bodo amat tidak ingin memperdulikannya.
***
Pagi yang sangat cerah. Aku terbangun dengan keadan tubuh yang segar dan hati yang bahagia. Aku melihat jam diponselku ternyata masih jam enam pagi. Rekor karena aku bisa bangun sepagi ini tanpa dibangunkan.
Aku bergegas keluar menuju dapur. Perutku sudah berperang minta diisi.
"Tumben kamu udah bangun." ucap ibu saat aku telah duduk dimeja makan bergabung dangan yang lain.
"Emang gak boleh ya aku bangun pagi." Ucapku seraya menyentong nasigoreng kepiringku.
Aku menikmati nasigoreng buatan ka Najma. Setiap pagi ka Najma selalu menyiapkan sarapan dan memasak untuk kami, sedangkan aku bertugas membereskan rumah dan mencuci pakaian. kami sudah berbagi tugas agar tidak ada rasa iri. Sedangkan ibu, setiap hari berkutat dengan mesin jahitnya.
"Arum!" aku mendongak saat mendengarkan namaku dipanggil oleh bapa.
"Kamu masih berhubungan dengan Raihan?" pertanyaan bapa membuat jantungku keta-ketir. Ibu dan ka Najma menatap kearahku setelah mendengap pertanyaan bapa.
Pertanyaan yang selalu ku takutkan akhirnya terucap dari bibir bapaku. Karena aku tidak tahu kalimat apa yang mampu ku keluarkan untuk menjawabnya saat ini, jadi, aku memilih diam saja. Aku takut ucapanku malah menjadi bumerang untuk diriku sendiri.
"Sudah seringkan bapa bilang untuk tidak berhubungan dengan Raihan? kamu sebenernya ngerti gak sih dengan apa yang bapa katakan?"
Bapa menatapku dingin. Aku hanya menunduk, ku rasakan tubuhku berkeringat. Tangakupun mulai gemetar, rasanya ingin menangis. Baru saja kemarin aku sangat bahagia tapi sekarang seperti dihempaskan kejurang yang penuh dengan ular berbisa.
"Sebenernya apa sih salah mas Raihan pada bapa? sampe bapa sebenci itu dengan hubunganku dan mas Raihan." Air mataku akhirnya luruh juga. Aku rasanya Tidak sanggup lagi menahannya.
"Raihan itu tidak baik untuk kamu." Suara bapa mulai meninggi, wajahnya pun mulai dipenuhi amarah. Mungkin jika ka Najma yang ada diposisiku saat ini dia akan menurut saja tapi tidak denganku, semuanya butuh alasan yang jelas.
"Aku mohon pa! sekali aja beri mas Raihan kesempatan," ucapku lirih disela-sela air mataku. "Tolong bapa lihat sedikit saja perjuang mas Raihan selama ini. Apa semua itu tidak cukup untuk membuktikan kalau mas Raihan itu baik untuk aku."
"Sekali tidak tetap tidak!" ucap bapa tegas.
Bapa berdiri meninggalkan meja makan. Bukan cuman kali ini saja bapa seperti itu. Bahkan sudah sangat sering memperingatkanku yang selalu tak pernah kutanggapi.
Ka Najma menatapku perihatin tidak bisa berbuat apa-apa jika bapa sudah berkehendak. Ibu menatapku dengan penuh kekecewaan, tanpa sepatah katapun lalu meninggalkanku dan ka Najma.
Aku melirik nasigorengku yang baru ku makan beberapa suap itu tanpa minat. selera makanku sudah hilang entah kemana. Pagi ini benar-benar membuat suasana hati kacau.
ka Najma berjalan mendekatiku, kemudian ia memelukku berusaha menguatkan. Jika sudah seperti ini aku bisa apa?
#####
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Matahari
RomanceHanya kisah sederhana tentang seorang gadis yang bernama Inara Arumi. Namun, semuanya menjadi tidak sederhana setelah suatu kejadian yang membuatnya hancur seketika. Tapi, nasib sialnya tak berakhir disitu. Karena setelah kejadian itu masalah sem...