3. Bus Sekolah.

24.3K 2.2K 113
                                    

Genang kira, penolakan dan juga prilaku kurang ajar—itupun kalau menutup pintu dengan kencang karena kesal bisa dikategorikan kedalam 'prilaku kurang ajar'—yang tadi pagi dia kasih ke kakak kelasnya itu bakalan ngebuat dirinya jera dan berhenti ngejar.

Tapi ternyata Ben Jordan punya kepercayaan diri dan semangat yang luar biasa sampe berani mengejar Genang yang sudah lebih dulu menaiki bus sekolah sambil berteriak memanggil namanya.

Mau ga mau dia minta bapak supir agar berhenti dan membukakan pintu untuk laki-laki itu.

"Lo ngapain anjir?!" Genang buru-buru mencegat dan menatap Jordan dengan mata yang melebar sempurna saat pria itu sudah masuk kedalam bus.

Alih-alih merasa bersalah, Jordan justru memberikan cengiran bodoh dan berkata seolah apa yang dia lakukan tadi adalah hal biasa. "Ngejar lo lah. Ngapain lagi?"

Genang mendelik tajam, menatap Jordan seolah berkata lo-gila?! tapi Jordan gak peduli. Laki-laki itu cuma mengangkat bahunya acuh dengan cengiran aneh yang masih terpasang dibibirnya, membuat Genang mendesis sebal sebelum kembali duduk dikursi bus.

Satu tangan Jordan terangkat untuk memegang benda berwarna kuning yang terdapat dilangit-langit. Memilih untuk berdiri didepan Genang daripada duduk dikursi---yang letaknya lumayan jauh dari tempat dia berdiri sekarang.

"Lo bisa duduk aja ga sih? Ngalangin pemandangan." komentar Genang ketus, dia udah pasang wajah badmood. Masalahnya Jordan tuh berdiri didepan dia, ngalangin pemandangan.

Namun, Jordan lagi-lagi hanya memberikan cengiran hingga menampilkan sederet gigi putihnya. "Nggak mau. Gue mau deket lo,"

"Najis."

"Lo pulang sendirian?"

Meski enggan menjawab, Genang tetap mengangguk.

"Gak naik motor aja?"

"Gak."

"Mau gue anter jemput?"

Genang menaikkan satu alisnya dengan heran sebelum menggeleng. "Gak. Makasih."

"Gue serius."

Kali ini Genang memutar bola matanya. "Ya gue juga serius."

"Lo lucu deh kalo lagi muter bola mata gitu, mirip boneka Annabel."

"Anjing," umpat Genang seketika.

Tepat saat tawa kecil milik Jordan mengalun didalam bus, pekikan keras terdengar dari sudut belakang bus—membuat hampir seluruh penghuni bus menatap kearah gadis berambut pendek yang kini sedang menutup mulut dengan kedua tangannya. Wajahnya sedikit memerah saat dia menunduk dan bergumam maaf berkali-kali.

"Lo kenal anak cewe yang duduk dibelakang tadi?" tanya Jordan penasaran.

"Yang mana? yang tadi teriak?"

Jordan mengangguk, dagunya yang sedikit terbelah itu terangkat dan mengarah ke sudut pojok bus, tempat dimana gadis yang berteriak secara tiba-tiba tadi duduk.

Genang menoleh kearah gadis itu, lalu menggeleng.

"Gue penasaran," ungkap Jordan, "Dia sakit atau apa?"

"Mukanya merah banget gila." tambah Jordan, "Emang lo ga penasaran apa?"

"Samperin gih, tanya dia sakit apa nggaknya," usul Genang, tatapan matanya masih fokus kearah jalanan. Sejujurnya dia cuma asal bicara, tapi siapa sangka kalau Jordan justru mengangguk setuju dan mulai melangkahkan kakinya menuju gadis itu?!

Kening Genang berkerut dengan mulut yang sedikit terbuka melihat adegan dibelakang bus. Dia kira, gadis itu akan menolak dan mengusir Jordan tepat ketika laki-laki itu sampai dikursinya. Tapi sepertinya dia melupakan fakta soal Indonesian girls like blondie yang sempat dia baca lewat notif ponsel Mikaela beberapa hari yang lalu.

Alih-alih menolak, gadis itu justru terlihat sangat senang karena kedatangan tamu tak diundang.

Rasa penasaran mulai menyelimuti saat melihat Jordan sedang tertawa kecil dengan wajah gadis itu yang terlihat semakin memerah, membuat Genang berpikir apa jangan-jangan gadis itu semakin sakit setelah disamperin Jordan?

Tapi kayanya nggak. Karena setelah itu keduanya—Jordan dan gadis itu— berhigh-five ria dan terlihat sedang mengobrol ringan seakan sudah berteman selama sepuluh tahun.

Genang baru ingin mengalihkan pandangan dari dua orang dibelakang sana saat gadis itu beralih menatapnya dan mengatakan sesuatu dengan mulut yang kembali ditutup menggunakan punggung tangannya.

Genang cuma bisa kebingungan ditempatnya, terlebih saat Jordan dengan terang-terangan menatapnya dan telihat mengatakan sesuatu kepada gadis itu. Genang gak tahu kalimat aneh apa yang Jordan ucapkan hingga membuat gadis itu mengangguk-angguk cepat—terkesan sangat patuh—dengan senyum malu-malu.

Sepertinya.. tertekan?

"Lo mau tau gak gue ngobrol apa aja sama dia?" tanya Jordan saat sudah kembali berdiri didepan Genang.

"Apa?"

"Namanya Maila," balas Jordan out of topic.

Genang mengangkat satu alisnya bingung. "Gue gak nanya namanya?"

Tapi kayanya Jordan gak peduli. "Dia ga sakit, cuma malu."

"Malu?" ulang Genang. "Malu kenapa?"

"Malu gara-gara disamperin orang ganteng kaya gue," balas Jordan narsis. "Apalagi tadi gue tanya namanya, makin klepek-klepek tuh dia,"

Detik itu juga Genang langsung pasang eskpresi datar seolah berkata gausa-dilanjut-pls. "Pede banget anjir," gumamnya dengan sangat pelan.

Ajaibnya, Jordan dengar. Namun, laki-laki itu memilih untuk terkekeh daripada protes.

Bus mulai memelankan lajunya, disusul dengan bangkitnya seorang anak laki-laki yang sedari tadi duduk diam disamping Genang, membuat Jordan sedikit bergeser dan memberikan akses agar pemuda itu bisa berjalan menuju pintu bus.

Sejujurnya Genang sedikit heran melihat pemuda itu turun dengan raut wajah masam—mual mungkin?

Sementara Jordan buru-buru menempati kursi yang laki-laki itu tinggalkan dan kembali membuka pertanyaan. "Rumah lo dimana?"

"Jauh." jawab Genang, memilih untuk menatap kaca bening didepan kemudi yang memperlihatkan jalanan kota Jakarta dengan jelas.

"Jauhnya dimana?"

"Ya jauh," ucap Genang, berdeham sebentar lalu melanjutkan, "Lagian lo tiba-tiba banget naik bus sekolah,"

Kekehan kecil keluar begitu saja dari mulut Jordan. "Tau darimana kalo gue baru pertama kali naik BS?"

*BS : bus sekolah*

"Gue setiap hari naik bus, tapi baru kali ini liat lo."

Jordan mengangguk. Jawaban yang masuk akal. "Kan gue udah bilang tadi, gue ngejar lo."

"Emangnya gue maling apa sampe dikejar segala,"

"Iya lo maling," Jordan menggantung kalimatnya, "Maling hatiku."

Bulu kuduk Genang langsung bangun ketika Jordan menyelesaikan kalimatnya yang diakhiri dua kali toel-an yang Genang dapat didagu.

Ternyata selain aneh, Ben Jordan itu juga luar biasa cringe.

.

.

A/N :

untuk sekedar informasi, cerita ini emang aku buat singkat-singkat ringan sekali telen(?) gini.

so, boleh aku minta vote sama komen-nya?

dan, terima kasih sudah mau baca! :3

Spectrum of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang