Pagi ini, Genang datang dengan lingkaran hitam dibawah matanya.
Hal itu terjadi karena dia nggak tidur semalaman. Kalimat dalam bahasa Inggris yang kemarin Jordan katakan menjadi alasan utamanya.
Dengan berat hati Genang katakan kalau Jordan selalu sukses membuat isi kepalanya menjadi kacau.
Jujur.. Genang nggak paham. Bukan nggak paham arti kalimat karena Jordan menggunakan bahasa Inggris saat mengatakannya, bukan. Dia cuma nggak paham sama maksud kalimat Jordan siang itu.
Hanya ada dua opsi. Pertama, Jordan memang benar-benar ingin mengajak melihat sunset. Atau... ajakan liat sunset yang Jordan katakan kemarin sebenarnya adalah ajakan date. Pacaran.
Sejujurnya, Genang yakin kalau opsi kedua adalah jawabannya. Tapi opsi satu juga mungkin, karena Genang menjawab dia belum pernah melihat sunset secara langsung dan Jordan (mungkin) berinisiatif untuk mengajaknya.
"AAAAAAAAARRGHHHHH!"
Genang tersentak dari lamunan ketika mendengar teriakan nyaring Mikaela didepan wajahnya. Saat ini posisinya Genang ingin masuk ke kelas, sementara Mikaela ingin keluar.
"Bangsat Genang Arfito!" umpat Mikaela sambil memegang dadanya. "Lo ngapain sih pasang muka kayak gitu?!"
"Bikin orang kaget aja!" omelnya bertubi-tubi.
Genang hanya menatap Mikaela dengan wajah datarnya, yang mana semakin membuat Mikaela kesal hingga mendorong tubuh Genang masuk kedalam kelas.
Anehnya, Genang nggak protes ataupun marah sama sekali setelah hampir jatuh terpeleset karena dorongan Mikaela. Dia hanya membenarkan letak tasnya dan berjalan seperti mayat hidup ke mejanya.
"Lo kenapa deh.. serem banget,"
Mengabaikan pertanyaan Jasmine dan juga tatapan heran anak-anak kelas ke arahnya, Genang memilih meletakkan tangannya dimeja untuk dijadikan bantalan dan menaruh kepalanya disana.
"Kalo Bu Gustinar masuk, bangunin gue ya." pinta Genang dengan suara pelan.
Suara kursi ditarik terdengar disamping Genang, menandakan kalau Jasmine baru saja duduk dikursi Mikaela. Lebih tepatnya, disampingnya.
Untuk sejenak, Genang mulai memejamkan matanya dan berniat untuk tidur. Tetapi bayangan sosok Jordan yang selama ini menganggunya mulai bermunculan didalam kepalanya.
Jordan yang hobi menganggu, Jordan yang suka datang tiba-tiba, Jordan dengan kalimat-kalimat anehnya, Jordan dengan segala gombalan recehnya.
Dan pikiran Genang masih berisi kalimat Jordan kemarin siang saat Jasmine mencolek lengannya dan berkata, "Jordan ngepost nih,"
Sebenarnya Genang bisa aja jawab, "Oh." atau "Ya." karena hal itu sama sekali bukan urusannya. Tapi kali ini.. dia nggak bisa untuk nggak ingin tahu.
Layar ponsel Jasmine terarah ke depan wajahnya, menampilkan sebuah akun Instagram dengan username @.jordiesm yang baru saja mengunggah sebuah foto beberapa jam yang lalu.
Difoto itu terlihat Jordan yang sedang tiduran dikasur dengan background berwarna cream yang Genang yakini adalah dinding kamarnya. Disekitarnya terdapat beberapa gadget seperti laptop yang tertutup dan juga ponsel yang sedang dicharger, sementara Jordan sendiri memegang sebuah buku catatan dan terlihat menulis sesuatu disana.
Kini Genang tahu alasan Jordan terkenal sampai ke sekolah sebelah. Dia hampir sebelas dua belas dengan Mikaela. Selebgram.
Angka yang menunjukkan likes terus bertambah saat Genang membaca caption yang tertera dipostingan tersebut.
What you need to know is just that I love you.
Lalu terlihat komentar salah seorang followers yang Genang yakini sebagai teman Jordan ( Karena Jordan membalas komen tersebut ) yang berkata 'Foto sama caption beda jauh banget anjir. Jaka sembung bawa golok, gak nyambung goblok.'
Dan Jordan hanya membalas dengan emot tertawa.
Jasmine menarik ponselnya kembali. "What you need to know is just that I love you." ulang Jasmine, mambaca caption di postingan Jordan dengan aksen cukup aneh.
"Mau tau artinya, nggak?" tambah Jasmine, dengan nada usil. Sukses membuat Genang mengernyit dalam karena merasa sedikit jengkel: tersinggung.
Genang mungkin terkenal akan kebodohannya dalam pelajaran bahasa Inggris, tapi dia nggak sebodoh itu untuk nggak tahu apa arti kalimat tadi.
Namun Genang tidak memberikan jawaban apapun, sampai Jasmine kembali melanjutkan. "Kata dia, lo nggak perlu mikirin apapun. Yang perlu lo tau itu cuma Jordan yang cinta sama lo."
"Ohh." Akhirnya hanya itu yang bisa Genang keluarkan dari mulutnya.
Sebenernya Genang agak heran, kenapa jomblo rata-rata terlihat sangat professional dalam memberikan saran untuk seseorang yang lagi jatuh cinta?
"Oh doang?" beo Jasmine, membuat wajah melongo: eskpresi tak percaya, seolah jawaban Genang barusan adalah hal paling aneh didunia.
"Trus gue harus gimana?" balas Genang acuh.
Bersamaan dengan itu, suara ricuh terdengar dari luar kelas, dan Genang mendengar suara bola basket yang dipantulkan ke lantai koridor. Terdengar begitu mengusik sampai membuat Genang maupun anak-anak kelasnya menoleh ke arah pintu untuk melihat rombongan anak basket yang melewati kelasnya.
Mereka terlihat berkeringat. Latihan di pagi hari, mungkin?
Ben Jordan berada dibaris paling belakang dengan salah seorang anak basket, terlihat mengobrol ringan sebelum dia melirik ke dalam kelas dan bersitatap dengan Genang.
Dua detik. Hanya dua detik mereka bertatapan karena setelahnya Genang memutuskan untuk melengos ke sembarang arah.
Genang nggak tau kenapa melihat Jordan bisa membuat dadanya membuncah tak karuan. Seperti terkena serangan jantung dadakan.
Diam-diam Yasmine mengamati keduanya dengan seksama. Lengkungan lebar mulai terlihat dibibirnya ketika dia mencolek bahu Genang, dagunya terarah ke punggung Jordan yang mulai menjauh dari kelasnya dan berkata:
"I know you dream about this boy."
.
.
.
.
.
A/N: kira-kira foto yang Jordan post itu kaya dimulmed ya :D
cuma Jordan nggak megang botol minuman, melainkan pegang notebook xixi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spectrum of love
Novela Juvenil[BL STORY] Ben Jordan & Genang Arfito. WARNING: Mengandung kata-kata kasar.