Genang tahu Mikaela itu memang maniak kosmetik dan juga skincare.
Dia tahu kalau Mikaela mungkin akan mengorbankan semuanya demi mendapatkan alat kosmetik ataupun skincare yang dia mau.
Tapi nggak ngorbanin dia juga kali!
"Nggak, ah."
"Gila apa lu?"
Melihat Genang berjengit marah justru membuat Mikaela menajamkan tatapannya. "Sini gak!"
"Ogah." Tolak Genang ke sekian kalinya.
Pasalnya, Mikaela minta Genang buat nyobain lipbalm yang baru aja dia beli dari anak kelas lain pagi tadi.
Tapi lipbalm kan buat cewek, sedangkan Genang cowok.
Nggak nggak.
"Sekali doang, Nang. Abis itu udah." Mikaela masih berusaha.
"Kenapa nggak lo pake sendiri aja sih anjir?!" hardik Genang kesal.
"Kalo gue yang make kayanya udah biasa banget, deh. Gue kan lagi usaha buat konten baru biar followers gue di akun beauty vloger naik."
"Lagian jarang juga liat cowok ngereview lipbalm, pasti akun gue rame!"
"Ntar lo gue tag deh, biar kecipratan famousnya."
"Tenang aja,"
Genang nggak bisa berpikir lurus disaat Mikaela mengatakan hal sehoror itu dengan wajah berseri-seri dan senyum manis.
"Beneran gila lu Kay."
"Yea, makasih pujiannya."
Ketika Mikaela mulai memajukan kursinya ke arah dia, Genang mendadak berpikir bio WhatsApp Mikaela seharusnya bukan 'skincare addicted' tapi 'need some drug.'
Karena gadis itu benar-benar butuh pengobatan!
Atau 'hai guys, gue gila.' sekalian.
Namun pada akhirnya, Genang pun menurut juga karena Mikaela tak kunjung berhenti membujuknya.
Genang hanya bisa mengernyit geli saat tekstur lipbalm yang ( lumayan ) lembut itu menyapu bibirnya.
Agak lengket, dan lembab.
Dia ngerasa bibirnya jadi lebih tebal seketika.
Apa emang begini ya?
Tapi Genang bisa mencium aroma buah Blueberry dari lipbalm tersebut.
Enak.
"Gaya yang bener," intruksi Mikaela sambil mengarahkan kamera ponselnya ke arah mereka berdua.
"Kita harus ambil foto yang bagus biar banyak yang nge-like."
"Harus banget apa gue ikut foto?" tanya Genang malas. "Kan yang make lipbalm bibir gue doang, bukan muka gue."
"Lagian ya Kay, kenapa sih lo harus bikin konten pas disekolah? Kenapa gak dirumah aja?"
Mikaela menurunkan ponselnya sejenak sebelum mendecak sebal. "Genang, kan tadi gue udah bilang. Gue nyari cowo buat dibikin konten itu buat nambah followers sama like."
"Kenapa gue bikin konten disekolah?? Ya biar anti mainstream lah."
"Jadi alesan lo tuh cuma buat nambah polower doang?" Beo Genang tak percaya.
Namun Mikaela dengan santainya justru mengangguk.
Setelah ratusan foto sudah berhasil diambil oleh Mikaela, Genang buru-buru bangkit dari kursinya dan berlari menuju Toilet; berniat mencuci bibirnya dengan air.
Disepanjang koridor Genang melipat bibirnya kedalam dan berdoa semoga nggak ada yang sadar dia pakai lipbalm.
Genang baru masuk ke toilet setelah memastikan disana benar-benar sepi dan tidak ada orang satupun.
Dia buru-buru menggosok bibirnya dan membasuhnya dengan air sampai rasa lengket dan lembab yang semula terasa kini mulai hilang.
"Buru-buru banget, mau kemana sih?"
Gerakan tangan Genang langsung terhenti ketika mendengar suara seseorang yang disusul dengan suara khas kucuran air yang keluar dari keran wastafel disampingnya.
Genang melirik singkat ke arah Jordan. "Lo kapan dateng?"
Seingatnya tadi dia sendirian. Kenapa tiba-tiba cowok ini udah ada disini?
Jordan mematikan keran ketika selesai mencuci tangannya. "Dari tadi?"
"Oh."
"Tumben lo nggak nanya 'lo ngapain sih?' gitu ke gue,"
"Kenapa gue harus nanya hal yang udah gue tau?"
"Emang lo tau gue abis ngapain?"
"Penting banget apa," gumam Genang sarkas. "Lo ditoilet. Pasti buang air kecil, atau nggak buang air besar." Kali ini Genang ikut mematikan keran didepannya dan beralih menatap Jordan lewat cermin setelah meneggakkan tubuhnya.
Namun sepertinya itu bukan hal yang bagus karena, "Tunggu— hitam?" Tatapan Genang kini fokus ke arah rambut hitam Jordan.
"Akhirnya lo nengok juga." balas Jordan sambil menghela napasnya. Dia tersenyum simpul kemudian menyibak poninya ke belakang. "Ganteng gak?"
"Hah?"
"Masih kepo sama alasan Kepala Sekolah ngebolehin gue punya rambut pirang, nggak?"
"Hah?" lagi.
Jordan memiringkan wajahnya seraya mengendikkan kedua bahunya. "Kayanya gue ganteng banget pake rambut item, sampe-sampe lo terpesona begini."
"Tai." umpat Genang reflek. "Terpesona apanya?"
"Ya siapa tau kan? Bisa aja lo tiba-tiba minta gue jadi pacar lo setelah liat gue ganti warna rambut." respon Jordan dengan seringai dibibirnya. "Dan gue bakalan nerima lo dengan senang hati."
"Pede banget?"
"Harus dong,"
"Kan crush gue Genang Arfito," tambah Jordan.
Genang menutar bola matanya sebelum menggaruk tengkuknya kesal. "Oke-oke, terserah lo mau ngomong apapun."
"Gue udah nggak mau denger lagi,"
"Lo kebanyakan halunya,"
"Mending sekarang lo balik ke kel—"
"Bentar-bentar," Jordan tiba-tiba saja memotong ucapan Genang.
Perlahan, pemuda itu melangkah maju. Bersamaan dengan Genang yang reflek melangkah mundur.
Tepat ketika punggung Genang menabrak sisi wastafel, Jordan ikut menghentikan langkahnya dan mulai memajukan wajahnya beberapa senti hingga ujung hidung mereka hampir bersentuhan.
Nyawa Genang seperti tercabut dari raganya ketika Jordan mendengus rendah yang terdengar begitu mengejek ( Genang yakin pemuda itu pasti menyeringai sekarang. ) dan bergumam didekat telinganya. "Bluebbery?"
SHIT.
Kenapa aroma lipbalm nya masih nempel?!
.
.
.
.
.
A/N : sejujurnya aku bakalan seneng banget kalau sekian dari kalian yang baca cerita aku ini naruh jejak kaya komen atau tekan bintang dipojok kiri akhir bab.
terimakasih banyak sudah mau baca cerita aku.
semoga hari kalian menyenangkan ya temen-temen! 💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Spectrum of love
Novela Juvenil[BL STORY] Ben Jordan & Genang Arfito. WARNING: Mengandung kata-kata kasar.