25 Juni 2021
“ Hari ini ulang tahun abang,” Jeje berkata lirih kepada Nana yang baru saja pulang dari bekerja part-time. Jeje mengenakan setelan rapi bernuansa hitam seolah bersiap untuk pergi. Sedangkan Nana, seakan sudah siap untuk hari ini, Nana memakai kemeja hitam dengan celana hitamnya juga.
“ Mau pergi sekarang?” tanya Nana sama lirihnya. Jeje hanya mengangguk.
Remang-remang langit sore hari yang sinarnya akan meredup sebentar lagi. Sudah pukul setengah lima sore, namun langit masih bersinar terang meski awan keabu-abuan sudah terlihat.
“ Selamat ulang tahun abang,” lirih Jeje menyisiri taburan bunga yang menyebar merata di makam dengan nisan yang cantik nan indah.
Nana mengusap kepala Jeje pelan, sambil mengamati anak itu yang sudah sedaritadi menahan untuk tidak menangis. Lalu kemudian Nana berjongkok di samping makam Jovi, mengucapkan kata-kata yang sudah lama tersimpan untuk kembali diutarakan di hari Jovi bahagia. Hari ulang tahunnya.
“ Maaf kami datang tanpa membawa apapun. Tapi asal abang tahu, setiap hari Nana berdoa agar abang bisa beristirahat dengan damai. Abang nggak perlu lagi sembunyi-sembunyi menahan sakit, abang nggak perlu lagi lelah bekerja, abang nggak perlu lagi terima cacian dari orang-orang luar, dan abang udah nggak rindu lagi sama Bapak sama Ibuk,”
“ Semua rasa sakit yang abang alami selama ini sudah selesai, Tuhan lebih sayang abang daripada kita semua disini. Tapi kalau abang tahu, bahkan Nana nggak ingat seberapa sering kita nangis karena rindu abang,"
“ Sekali lagi selamat ulang tahun abang, semoga berbahagia,"
♡♡♡
“Abang?”
“ Abang Jovi...” satu tangannya menggenggam tangan Damar perlahan, bibirnya bergetar membisikkan nama Jovi berkali-kali, sedangkan air matanya sudah menetes mengucur semenjak tadi.
Nana berlari dari kejauhan, dengan cekatan menarik Jeje ke pelukannya.
“ Bukan…itu bukan abang Je,” lalu Nana menoleh ke arah Damar dengan rahang mengeras.
“ Kenapa Mas Damar harus bertemu dengan adik saya di saat seperti ini. Apa Mas Damar lupa Nana pernah bilang kalo Mas Damar mirip abang saya?!”
Lalu Nana melepaskan pelukan Jeje dan berkata lirih di depannya, “ Je…ini cuman orang yang mirip abang. Ini bukan abang Jovi Je,” katanya, berusaha meyakinkan.
Jeje menggeleng tak percaya, sulit untuk berkata-kata.
“ Nana..sorry saya nggak bener-bener sengaja ketemu adik kamu,”
Nana menunduk, mencoba menghembuskan nafas perlahan.
“ Maaf. Bukan maksud Nana marah sama Mas Damar. Tapi…..
Ucapannya disela,” Iya Mas Damar paham Na,”
Mas Damar mengamati Jeje yang masih menunduk tak berani melihatnya. Lalu ia melangkah perlahan sambil memberikan tisu untuk Jeje.“ Maaf bikin kamu kaget, saya nggak maksud. Kamu Jeje kan?”
Jeje menerima tisu itu ragu-ragu, lalu akhirnya ia berani menatap mata Mas Damar. Siapapun yang melihatnya untuk pertama kali pasti akan langsung terkejut seperti itu karena benar-benar semirip itu Jovi dengan Mas Damar. Hanya saja Jeje sempat berekspektasi bahwa laki-laki di depannya tadi adalah Jovi. Sebegitu rindunya Jeje saat itu sehingga pikirannya langsung merespon tak karuan.
“ Je, nggapapa kan?” tanya Nana hati-hati. Jeje hanya mengangguk.
“ Ini Mas Damar. Yang biasanya abang ceritain, dia yang punya agensi Anathala,” jelas Nana.
“ Ah iya…maaf Mas Damar,” ucap Jeje membuat Mas Damar menggeleng.
“ Ayo saya anterin pulang,” Nana mengangguk. Meskipun jarak ke rumah tak jauh, namun dengan kaleng-kaleng minuman yang jatuh ini cukup menyulitkan juga. Lalu dengan tiba-tiba Nana terpikirkan sesuatu. Ia baru sadar kalau di rumah sedang ramai berkumpul-kumpul. Apabila mereka bertemu dengan Mas Damar, tentu akan seterkejut Jeje tadi.
“ Mas Damar, di rumah saya banyak teman-teman abang lagi kumpul-kumpul. Mas Damar ikut aja, tapi nanti jangan langsung ketemu yaa biar mereka nggak shock,” kata Nana ragu-ragu.
“ Iya Na nggapapa,”
Tak lama kemudian Nana dan Jeje turun dari mobil Mas Damar yang diparkir dari kejauhan. Nana meminta Mas Damar untuk menunggu di samping rumah terlebih dahulu.
“ Busett lama amat ini yang ditunggu-tunggu keburu haus gue,” kata Echan tak tau diri.
Lalu Nana berdiri di tengah-tengahnya dengan raut wajah serius dan penuh keraguan.“ Abang-abang semua, Nana tadi dianterin sama orang. Nana ajak kesini gapapa kan?”
Tama menyahut, “ Siapa?”
“ Emm, CEO nya Anathala Music. Namanya Mas Damar,”
Rendy terbatuk-batuk menyemburkan beberapa soda ke baju Echan yang membuatnya mengumpat keras “ HEH NA LO NGAPAIN ANJIR TIBA-TIBA KETEMU MAS DAMAR??” ucapnya ngegas disertai alis yang bergerak naik turun.
“ Eh beneran Na? Lah ini kudu dirapiin dulu dong anjir gamaen maen CEO nya mau kesini. Tau gitu gue pakaian rapi tadi,” sahut David.
“ Gapapa bang gapapa. Orangnya enakan kok masih seumuran abang juga jadi friendly gitu. Tapi…”
Winwin menimpali,” Tapi apa Na?”
“ Tapi kalian jangan kaget ya. Apapun yang kalian lihat, itu bukan yang sebenernya,”
“ Hah maksudnya?” bingung Jevin.
Echan menyahut, “ Udah bang pokoknya kalo kalian nanti ketemu dia, jangan kaget,”
“ Orangnya ada di luar, bentar ya Nana suruh masuk dulu,” ujar Nana lalu bergegas keluar pintu. Mas Damar sudah ada disana. Ia menggunakan setelan blezer pink yang sesuai dengan dirinya saat ini. Seorang CEO. Namun tak memungkiri umurnya hanya beda satu tahun dengan Nana.
“ Abang..ini Mas Damar,” Nana berjalan menuju teras. Di sampingnya ada Mas Damar yang tersenyum ramah.
Namun respon mereka sungguh tak terduga. David yang awalnya mengupas salak langsung menghentikan aktivitasnya seketika. Mark yang semenjak tadi berbicara langsung diam tak bersuara. Mereka terkejut, amat terkejut.
Nana yang tahu tentang apa yang mereka pikirkan langsung mencoba mengalihkan, “ Mas Damar emang mirip banget sama Abang Jovi,"
Lalu terdengar Jevin menyahut, “ Serius semirip ini?? Cuman beda rambut?"
Atau Tama yang menimpali, sambil diam lupa berkedip, “ Reinkarnasi?”
“ Kembar terpisah?”
“ Operasi plastik?”
Semua celotehan tak masuk akal itu membuat Mas Damar tertawa. Lalu dengan santainya Rendy menimpali, “ Kan? Kaget kan abang semua?? Sama, gue dulu juga gitu kok bang,"
Suasana masih hening dan canggung, kemudian seketika David menyeletuk, membuat semua menoleh ke arahnya. Termasuk Jeje.
“ Apa Jovi punya kembaran lain selain Nana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAM RUN
Fiksi Penggemar" Kira-kira kita bisa nggak berdiri di depan ratusan orang nanti?" " Kenapa cuman ratusan?? Jutaan aja bisa kok," " Gimana bisa?" " Gimana bisa apanya? Nggak ada sesuatu yang nggak mungkin di dunia ini," SEQUEL OF PAGE OF 365 -it's about our dreams...