Bab 7

763 114 8
                                    

Senja bergayut berganti malamBegitupun rasa hatiku kepadamuKamu yang selalu ada, kamu yang terbiasa ada,Tiba-tiba kusadari,Aku takut kalau kamu jadi tak adaAku takut kehilanganmuWahai kamu, sosok yang perasaanku kepadamutak terdeskripsikan oleh ha...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Senja bergayut berganti malam
Begitupun rasa hatiku kepadamu
Kamu yang selalu ada, kamu yang terbiasa ada,
Tiba-tiba kusadari,
Aku takut kalau kamu jadi tak ada
Aku takut kehilanganmu
Wahai kamu, sosok yang perasaanku kepadamu
tak terdeskripsikan oleh hatiku....





Jisoo tertegun. Menyadari kebenaran kata-kata Taeyong. Benar juga. Dari awal alasan utama mereka menikah adalah demi menjaga perasaan mama Taeyong, sekarang sang mama sudah tiada, tidak ada lagi alasan yang membuat mereka harus menikah. Tapi Jisoo teringat kepada Sejeong yang mempercayakan Taeyong kepadanya, kepada Doyoung yang akhirnya mempercayai kalau Jisoo dan Taeyong saling mencintai, dan kepada ibunya yang begitu berbahagia karena Jisoo akhirnya bisa menyembuhkan luka hatinya dan bertemu dengan jodohnya. Bagaimana perasaan mereka semua kalau menyadari bahwa Jisoo dan Taeyong telah membohongi mereka?

Taeyong berdehem pelan, menggugah Jisoo dari lamunannya,

"Tetapi tentu saja kita tidak bisa gegabah mengakhiri pernikahan ini....", Taeyong menatap Jisoo dalam-dalam, "Selain karena pernikahan ini baru sebentar, kita juga harus bisa memberikan alasan yang tepat kepada keluarga kita kenapa kita berpisah... jadi sementara ini, mungkin kita harus bertoleransi dan melanjutkan sandiwara pernikahan ini, kamu tidak keberatan kan Jisoo?"

Jisoo tercenung, sebenarnya melanjutkan sandiwara pernikahan ini terasa sangat memberatkan, tetapi membayangkan bercerai diusia pernikahan yang masih sangat muda, belum lagi menjelaskan kepada semuanya terasa begitu berat. Jisoo juga yakin bahwa berpura-pura melanjutkan pernikahan ini adalah yang terbaik,

"Ya... mungkin kita bisa menjalani seperti ini dulu sampai kita bisa menemukan alasan dan waktu yang tepat untuk berpisah."

Taeyong menganggukkan kepalanya, lalu tersenyum miring,

"Lagipula kita sepertinya nyaman menjalani pernikahan ini." senyumnya berubah menggoda, "Aku takut tiba-tiba kita sudah menjalani bertahun-tahun dan tetap belum menemukan alasan untuk berpisah., hmmm bagaimana kalau kita jalani pernikahan yang sesungguhnya saja?"

Jisoo membelalakkan mata dan menatap Taeyong dengan marah,

"Hentikan candaanmu itu."

"Aku tidak bercanda." senyum Taeyong berubah sensual, "Kupikir aku cukup bisa menerima memiliki isteri sepertimu, dalam hal sebenarnya."

Wajah Jisoo menjadi merah padam ketika berhasil mencerna kata-kata Taeyong, lelaki ini benar-benar kurang ajar dan tidak tahu sopan santun. Kalau memang Jisoo memiliki impian tentang seorang suami, pasti dia bukan tipe lelaki seperti Taeyong!

***

"Gaun baru untukmu sudah datang." Taeyong yang sedang membaca buku di atas ranjang mengedikkan bahunya ke arah gaun hijau keemasan yang digantungkan di lemari, "Cobalah."

Jisoo yang baru memasuki kamar mengernyit bingung. Gaun baru? untuk apa? Hari ini sudah hampir tiga minggu setelah kematian mama Taeyong. Semula semua terasa berat bagi mereka di rumah ini. Sejeong masih sering menangis terisak-isak sendirian, untunglah Doyoung sering mengunjunginya dan menguatkannya, hingga bisa membuatnya mulai bisa tersenyum dan tertawa sedikit.

Perjanjian Hati [Taeyong x Jisoo] REMAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang