Bab 9

779 107 3
                                    


Kadangkala cinta yang kamu nantiSudah ada dalam genggaman tanganmuHanya saja kamu belum menyadarinya :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kadangkala cinta yang kamu nanti
Sudah ada dalam genggaman tanganmu
Hanya saja kamu belum menyadarinya :)


Jisoo merasakan napasnya sesak ketika air laut mulai menenggelamkannya, asin yang panas memasuki tubuhnya, membuatnya megap-megap mencoba meminta pertolongan untuk terakhir kalinya, lalu semuanya hampir terasa gelap.

Lalu lengan kuat itu mengangkatnya, menempelkan tubuh lemasnya ke dada telanjangnya yang keras. Aroma itu.. aroma parfum yang sangat dikenalnya... Taeyong? Jisoo tersenyum dalam hati, menyadari Taeyong telah menyelamatkannya. Lalu kesadarannya hilang.

***

Ketika terbangun, Jisoo ada di rumah sakit. Yang dirasakan pertama kali adalah pusing dan kehilangan orientasi, lalu dia mengenali wajah itu, ibunya dan Doyoung di belakangnya. Yang duduk di tepi ranjangnya dan menatapnya dengan cemas.

Dia terbangun dan langsung terbatuk-batuk, membersihkan tenggorokannya yang terasa panas, Ibu Jisoo berusaha menepuk-nepuk pundak Jisoo untuk membantunya, sementara Doyoung berlari keluar untuk memanggil dokter.

Jisoo menatap sekeliling ketika kesadarannya sudah kembali, dimana Taeyong? itu yang terpikir olehnya pertama kali. Bukankah waktu itu Taeyong yang menyelamatkannya? kenapa sekarang dia tidak ada? Tiba-tiba sebersit rasa kecewa memenuhi dirinya.

Doyoung masuk kembali dengan dokter, dan Sejeong yang mengikuti dengan cemas di belakangnya . Dokter memeriksa Jisoo sejenak lalu pergi dan tampak becakap-cakap dengan ibu Jisoo dan Doyoung, sementara Sejeong duduk di tepi ranjang,

"Syukurlah kak Jisoo, kakak sudah sadar, kami cemas sekali menanti di sini." Sejeong duduk di pinggiran ranjang dan menggenggam tangan Jisoo.

Jisoo tetap memandang ke sekeliling, masih susah berbicara. Dimana Taeyong? pikirnya.

Sejeong sepertinya menyadari apa yang ada di benak Jisoo, dia tersenyum.

"Kak Taeyong sedang membeli kopi di bawah. Kami yang memaksanya supaya menyingkir karena seharian dia seperti orang gila, mondar mandir di koridor, keluar masuk kamar, menunggumu sadar."

Taeyong mencemaskannya sampai seperti itu? benarkah? Sejenak dada Jisoo membuncah oleh perasaan hangat. Lalu dia teringat akan kejadian sebelum dia tenggelam, kedatangan Seulgi, sikap acuh tak acuh Taeyong ketika Seulgi terang-terangan menggodanya, dan kemudian kemarahan Jisoo yang kekanak-kanakan. Astaga, kenapa dia marah? Kalau dia tidak mempunyai perasaan terhadap Taeyong, dia tidak perlu semarah itu. Omong kosong kalau Seulgi memang tidak menghargai keberadaannya, seharusnya hal itu tidak akan mengganggunya kalau dia tidak mempunyai perasaan apa-apa kepada Taeyong.

Pipi Jisoo memerah malu menyadari betapa kekanak-kanakan sikapnya sebelum tenggelam, Taeyong pasti menertawakannya, karena dia seolah menunjukkan kalau dia cemburu berat kepada Seulgi.

Perjanjian Hati [Taeyong x Jisoo] REMAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang