Part 17 : Misi Olixda Selatan [bagian 1]

91 7 8
                                    

╭┈─────── ೄྀ࿐ ˊˎ
╰┈─➤ 𝖅𝖔𝖒𝖇𝖎𝖊 𝕬𝖙𝖙𝖆𝖈𝖐
                 17. 𝕸𝖎𝖘𝖎 𝕺𝖑𝖎𝖝𝖉𝖆 𝕾𝖊𝖑𝖆𝖙𝖆𝖓 [𝖇𝖆𝖌𝖎𝖆𝖓 1]

. . . ⇢ ˗ˏˋ follow for more ࿐ྂ

Setelah menemui Adam di dalam kantornya Akira dan Hilda berangkat menuju kota Olixda Selatan menggunakan helikopter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah menemui Adam di dalam kantornya Akira dan Hilda berangkat menuju kota Olixda Selatan menggunakan helikopter. Berjalan menuju helikopter, aku kembali mengingat pembicaraanku tadi, berdua dengan Adam saat di kantor.

"Apa imbalan yang ku dapat selepas menyelesaikan misi ini?"

"Tentu saja kau akan tinggal disini ini tempat yang cukup layak bukan? Dan satu lagi, kau ingin bertemu dengan orang tua mu kan?"

"Apa kau bisa menemukan keberadaan mereka?"

"Ya, asal kau berusaha dengan misi mu, dan aku akan berusaha mencari informasi tentang orang tua mu."

Disisi lain aku ragu dengan Adam tapi ini juga akan membantu mencari info tentang orang tua ku, jadi aku setuju dengan kesepakatan Adam. Karena asik dengan pikiran sendiri Akira tak menyadari ketika Hilda memanggilnya.

"A-ki-ra?" Ucapnya sambil menekan kata di setiap hurufnya.

"Ah? Apa?" Hilda mengerutkan keningnya. "Apa yang kau pikirkan, bocah? Kau hampir terjatuh tadi." Ucap Hilda.

"Huh, maaf, aku tadi habis memikirkan sesuatu." Ucap Akira gugup. "Begitu? Baiklah, kalau kurang enak badan ngomong aja jangan sungkan." Balas Hilda tersenyum tipis.

Mereka pun menaiki helikopter itu. Saat berada di dalam helikopter terlihat suasana wilayah yang ku lihat begitu sepi dan hancur, serta zombie-zombie corona itu yang berevolusi menjadi semakin berbahaya dan ganas, bermunculan dibalik sela-sela gedung.

"Hilda, kau bertahan hidup untuk siapa?"

Ucapan Akira barusan membuat Hilda membulatkan matanya saat menatap luar jendela, lalu mengepalkan tangannya erat.

"Aku bertahan hidup untuk diriku sendiri. Kenapa kau bertanya seperti itu?" Pikir Hilda mengernyitkan dahinya. "Aku hanya bertanya itu aja kok."

"Hmm, aku tak punya keluarga sepertimu."

Pernyataan Hilda, baru saja membuat Akira berdecak kaget.

"Aku dibesarkan di panti asuhan SS sejak lahir, ya mungkin orang tua ku tak menginginkanku jadinya aku dibuang dan berada di panti asuhan itu. Sejak saat itu aku sangat membenci orang tua ku, lalu membenci kehidupanku yang pahit--"

"Namun bunda Mery berusaha menyemangati ku agar tidak menyalahkan takdir, itu membuatku sedikit tenang. Lalu saat aku berumur tujuh belas tahun aku memutuskan untuk keluar dari panti asuhan itu dan menjalani kehidupanku sendiri."

"Maaf, aku tak tau jika kehidupanmu akan semenyakitkan ini."

"Gak papa kok. Aku yakin kau bertahan hidup untuk keluargamu kan?" Ucap Hilda sambil menatap Akira, "Emm ... i-iya." Balas Akira.

"Lima menit lagi kita sampai, bersiaplah untuk mendarat, jangan lupa memakai masker perlindungan!"

Aku pun segera mengaktifkan sebuah kacamata pelindung yang akan melindungi dari paparan virus zombie itu. Kemudian kami melompat dari helikopter yang memang jaraknya lumayan tinggi, tapi dengan tekad ku yang terus memburu aku tak takut dengan itu.

"Hilda, lampiaskan semua kekesalamu pada bajingan zombie itu."

Mendengar kata Akira, Hilda memicingkan sudut bibirnya berlari dan terjun bebas. "Hahahaha, ini akan menjadi pertarungan yang menyenangkan!"

Brukkk!

Srekkk!

Pendaratan yang lumayan bagus. "Bagaimana pergerakan zombie disini?" Ucap Hilda berbicara dengan benda yang menempel di sela telinganya, ternyata itu kacamata pelindung sepertiku dan alat komunikasi yang terhubung ke markas Roxiden.

"Jarak lima meter bersiaplah ada zombie yang mencium bau kalian, berlari menuju tempat kalian berada." Mendengar itu Hilda dan Akira mempersiapkan senjatanya masing-masing. "Cepat hitung mundur!"

"Baik! Lima ...!"

"Empat ...!"

"Tiga ...!"

"Dua ...!"

"Satu ...!"

GROARRRR!!!

"Gotcha! Itu dia!" Ucap Hilda memegang golok bersiap untuk bertarung. "Akira tunggu!" Langkah Akira terhenti, Hilda memanggilnya dari belakang, "Mari berpesta zombie." Ucap Hilda memicingkan sudut bibirnya.

Mereka berdua langsung menghabisi zombie itu dengan sekali tebas, darah ada dimana-mana. Sedangkan Hilda berlari serta menusuk mengibaskan goloknya bak psycho gila.

Hilda POV

Aku tak tau perasaan ini sangat menyenangkan bagiku, setelah berhasil membunuh zombie-zombie itu seakan dendam terbesar terhadap orang tua ku yang telah membuangku terbalaskan. Walaupun itu tidak cukup.

GROARRRR!!!

Crashhhhhh!!!

Brughh!!!

Bughhh!!!

"HIYAAA! MATI KAU DASAR ZOMBIE BIADAP!!!"

ARGHHHHH!!!

Brukkk!!!

Aku menyelesaikan zombie terakhir yang ukurannya lumayan besar, agak menyebalkan karena zombie bajingan itu mencakar tangan kiriku. Untungnya itu tak masalah karena tangan kiriku terbuat dari robot.

"Akira kamu gak papa?" Teriak Hilda berlari menghampiri Akira yang sedari tadi memegang lengan kirinya, "Aku gak papa kok, cuma sedikit nyeri." Jawabku, "Oh gitu baiklah."

"AKIRA AWASSSS!!!" Teriak Hilda.

≻───── ⋆✩⋆ ─────≺

↳˳⸙;; ❝ TO BE CONTINUED ᵕ̈ ೫˚∗:

Gimana guys part kali ini?
Penasaran gak kelanjutannya gimana😲✨

Yuk tunggu apalagi masukkan book ini di reading list kalian ya, jangan lupa follow akun ini juga😆

Yuk tunggu apalagi masukkan book ini di reading list kalian ya, jangan lupa follow akun ini juga😆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yuk guys! Yg mau temenan sama aku selain di wp bisa cek akun sosmed ku diatas ya✔️

≻───── ⋆✩⋆ ─────≺

Last Survival [END✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang