Part 16 : Musuh atau Kawan

109 9 18
                                    

╭┈─────── ೄྀ࿐ ˊˎ
╰┈─➤ 𝖅𝖔𝖒𝖇𝖎𝖊 𝕬𝖙𝖙𝖆𝖈𝖐
                 16. 𝕸𝖚𝖘𝖚𝖍 𝖆𝖙𝖆𝖚 𝕶𝖆𝖜𝖆𝖓

. . . ⇢ ˗ˏˋ follow for more ࿐ྂ

"Aku tau kau dikhianati oleh teman mu yang sudah mati itu kan?" Tukas Hilda blak-blakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tau kau dikhianati oleh teman mu yang sudah mati itu kan?" Tukas Hilda blak-blakan.

Namun aku tetap diam saja, tak peduli, itu akan membuatku tambah membencinya. "Dengar, aku tak seperti teman bajingan mu itu, aku hanya ingin bekerjasama baik dengan mu, Akira." Ucap Hilda. Akira menggenggam kuat kedua tangannya.

"Apa aku bisa percaya dengan seorang pengkhianat?" Balas Akira sambil melirik tajam dari ekor matanya.

"Hei! Jaga ucapanmu itu! Jangan memancing emosiku, dasar anak kecil!"

"Sudahlah aku tak ingin berkelahi dengamu." Ucap Akira enteng.

Akira pergi meninggalkan Hilda dengan kata-katanya yang menusuk, membuat Hilda tak terima dengan ucapan Akira. Segera Hilda mengambil belati yang di keluarkannya dari saku kaki kecil. Melesatkan satu belati yang mengenai pipi Akira, membuat pipinya tergores.

Syuuu!

"Ck!"

Dengan gerakan tiba-tiba, Akira melompat ke belakang posisi membelakangi Hilda, membuat Hilda terbelalak melihat kecepatan dan kelincahan Akira. Lalu Akira menyilangkan tangan Hilda ke belakang, mencengkram, dan menggenggamnya dengan kuat. Membuat Hilda berdecak kesakitan.

"Arghhh!"

"Apa yang kau lakukan? Kau coba cari gara-gara dengan ku?" Menggenggam kuat.

Akira menunggu penjelasan yang keluar dari mulut Hilda, serta cairan merah pekat yang berhasil menggores pipi Akira tak mau berhenti mengeluarkan darah.

"A-aku, ti-tidak, terima, d-dengan ucapanmu itu!" Ujar Hilda berbicara terbatah akibat menahan cengkraman tangan Akira yang membuatnya kesakitan. Kemudian Akira menyipitkan matanya.

Sretttt!

Akira mengelurkan belati yang mengarahkan ke leher jenjang Hilda. Hilda tak percaya Akira begitu sungguh-sungguh, kali ini ia tak segan-segan membunuh Hilda hidup-hidup.

Keringat dingin mengucur deras, kali ini posisi Hilda benar-benar terpojokkan dengan aksi Akira yang membuatnya mati ketakutan.

Jantung berdegup kencang, Akira masih mengarahkan belati yang baru saja di asahnya sedikit demi sedikit mulai melukai leher Hilda.

"Tak takut mati rupanya, padahal aku sudah menyayat sedikit lehermu ini."

"Sial! Bagaimana ini, gadis gila ini akan membunuhku hidup-hidup kalau begini jadinya. Aku harus melakukan sesuatu!" Ucapnya dalam hati.

Tak ada jawaban dari Hilda, kini dia benar-benar panik masih terlalu pagi, sepi, tak ada orang yang berpatroli.

Hilda tersenyum menyeringai, "Bunuh saja aku!"

Mendengar ucapan Hilda mata Akira membulat, ia semakin kuat mencengkram erat tangan dan belati itu semakin dalam saja sayatannya.

"Ck!"

Brukk!

Akira mendorong Hilda kasar hampir ia membuatnya tersungkur mencium tanah. Sedangkan Akira mengelap belatinya yang baru saja terkena bercak darah Hilda.

"Kenapa kau tak membunuhku saja?"

"Gak pengen aja!"

"Jawaban macam apa itu?! Jawab yang benar!" Ucap Hilda berteriak pada Akira.

Akira menghela nafas, "Karena sepertinya kau bersungguh-sungguh ingin berkerjasama denganku." Balas Akira.

Hilda pun tersenyum tipis. "Baiklah, kita perkenalkan sekali lagi." Hilda mengulurkan tangannya, "Perkenalkan namaku Hilda."

"Akira."

"Yang dikatakan Adam memang benar. Aku lemah dan keras kepala, sejak dunia ini berubah aku yang dulunya adalah perempuan pemalu dan takut mengekspresikan diri, sekarang jadi seperti ini. Bagaimana dengan mu?"

"Aku juga seperti itu, tipe perempuan yang tak pandai bergaul, dan tak peduli dengan lingkungan sekitarku, aku memiliki keluarga yang dibilang tak terlalu akrab, adikku baru saja meninggal dua hari yang lalu."

"Aku turut prihatin." Hilda menatap langit-langit, kemudian melanjutkan kata-katanya, "Aku dulu bekerja di salon kecantikan, itu pun untung-untungan aku diterima kerja disana."

"Kenapa?" Tanya Akira penasaran.

"Mereka tak mau menerimaku karena aku perempuan yang jelek, membosankan, dan berkacamata. Huh ... menyebalkan ya, dunia ini kejam, tidak cantik pun tak mendapatkan pekerjaan."

"Kau cantik apa katamu, Hilda. Seharusnya kau jujur dengan penampilanmu yang sekarang, jika kau puas itu tandanya kau cantik, kamu tak perlu mendengar bacotan mereka tentang penampilanmu."

Hilda melongo mendengar ucapan Akira yang berusaha menyemangati Hilda, seumur-umur dia tak pernah mendapatkan pembedaan dari orang lain, baru kali ini seorang yang ingin membunuhnya menyemangatinya.

Akira dan Hilda menikmati keindahan matahari terbit, walaupun agak berantakan karena tadi mereka berdua hampir saling membunuh. Lalu salah seorang pasukan militer itu memanggil Hilda dan Akira.

"Hei kalian!" Ucap pasukan itu sambil berlari membawa tembak menuju tempat Akira dan Hilda berada, "Akhirnya ketemu, aku mencari kalian kemana-mana. Cepat, komandan Adam memanggil kalian ke kantornya."

Aku dan Hilda bergegas menuju ke tempat Adam, ini akan menjadi misi yang berbahaya.

≻───── ⋆✩⋆ ─────≺

↳˳⸙;; ❝ TO BE CONTINUED ᵕ̈ ೫˚∗:

Gimana part kali ini? Akhirnya Akira dan Hilda menjadi teman serta patner yang baik.

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya, suka cerita ini? Masukkan reading list kalian biar gak ketinggalan notif seru cerita ini ❤️

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya, suka cerita ini? Masukkan reading list kalian biar gak ketinggalan notif seru cerita ini ❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yuk guys! Yg mau temenan sama aku selain di wp bisa cek akun sosmed ku diatas ya✔️

≻───── ⋆✩⋆ ─────≺

Last Survival [END✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang