content warning: explicit graphic of violence, drowning, sea, cliff, penculikan (implisit), Taegi
"Tuan, ada telepon untukmu."
Yoongi menggerakkan tangannya agar vampir yang baru saja bicara mendekat. Tangannya dibuka untuk menerima kotak kecil berlayar penuh itu. Tanpa memperdulikan siapa nama pemanggil, dan enggan juga untuk bertanya pada bawahannya, telepon genggam itu dibawa ke telinga.
Yoongi terdiam, menunggu siapapun di seberang sana berbicara.
"You there?"
Mata Yoongi membelalak.
"Kau tahu aku mencintaimu, 'kan?"
Tepat setelah kalimat itu selesai, telepon genggam itu melayang. Menubruk dinding dan jatuh berkeping-keping. Memutus panggilan yang baru saja masuk. Memaksa otaknya lupa pada kata-kata yang barusan terekam. Menghentikan aliran pikirannya yang berusaha menebak si pemilik suara, dan alasan apa yang membuatnya tiba-tiba mengatakan hal seperti itu.
Yoongi duga, kekasihnya tahu situasi ini. Yoongi duga, kekasihnya akan berdiri di sisi yang berlainan dengan dirinya. Tapi, pertanyaan bodoh yang seharusnya tidak perlu diragukan lagi jawabannya itu berhasil membolak-balikkan hati Yoongi.
Jika berpisah dengan Taehyung adalah harga yang harus dibayar untuk ini semua, Yoongi rela. Selama dia tetap berada di luar jangkauannya sekarang, Taehyung aman, dan Yoongi bisa lebih lega.
"Jungkook."
Vampir yang dipanggil segera mengangkat kepalanya. Menoleh kesana kemari mencari dimana letak sumber suara. Indera penglihatannya ditutup. Tapi semua memorinya tidak gagal mengenali suara rendah milik Min Yoongi.
"Aku sungguh tidak menyangka kau akan terlibat sejauh ini. Ku kira kau hanya main-main, tapi ternyata kau sungguh melempar bola api padaku."
Jungkook meludah, "Fuck you!"
Yoongi tak tertawa, malah merasa kasihan. Karena arah ludahan Jungkook jauh dari dimana Yoongi duduk. Jungkook bahkan tak tahu dimana Yoongi, tapi berani sekali bersikap arogan seperti itu.
"Aku tidak berencana membunuhmu, asal kau berhenti dengan semua leluconmu dan Jimin sekarang juga. Aku akan mengirimmu ke Jepang, dan membiayai hidupmu di sana. Enyahlah dari hadapan Jimin, dan lupakan semua ini. Penawaran yang bagus, bukan?"
Yoongi menatap datar pada lengan dan kaki Jungkook yang terikat kencang. Vampir muda ini selalu membantunya di banyak pekerjaan, tapi tak pernah mengira kali ini loyalitas Jungkook berpindah darinya. Apa yang Jungkook cari dari ikut campur dalam masalah Jimin? Jungkook juga terlibat dalam ini semua, lalu mengapa kini berlagak paling suci?
"Aku punya penawaran yang lebih mudah."
"Shoot."
"Serahkan dirimu pada pihak yang berwenang. Akui kesalahanmu, tebus dengan cara yang semestinya."
Kali ini Yoongi mendengus geli. Itu memang tawaran yang sangat mudah. Mudah untuk menghancurkan diri Min Yoongi sendiri. Kemudian melupakan semua pengorbanan yang sudah diberikannya untuk sampai di sini begitu saja? Lucu sekali.
"Lalu, apakah dengan begitu, Jimin akan menerimamu? Vampir yang mengirim berkas palsu ke pengadilan agar kecelakaan itu berubah menjadi kesalahan orang tua Jimin sendiri? Vampir yang mengirimkan uang pada setiap saksi di lokasi kejadian agar tutup mulut? Vampir yang menghilangkan rekaman cctv di sekitar tempat kecelakaan terjadi?" tepuk tangan Yoongi sendiri menggema di gedung yang besar dan kosong itu.
Tangan Jungkook juga dikotori darah yang sama dengan Yoongi dan Hoseok. Lalu apa yang membuatnya tiba-tiba begini?
"Kenapa Jungkook? Kenapa kau membiarkan dirimu sendiri masuk ke masalah ini?"
Jungkook tetap diam menunduk di tempatnya. Membiarkan keheningan merentang di antara mereka. Membuat tingkat kesabaran Yoongi perlahan-lahan menurun. Terpaksa dia berdiri dan menarik rambut vampir yang lebih muda agar kepalanya menengadah.
Sekali lagi Yoongi mengulang kalimat tanya yang sama. Tapi Jungkook bergeming. Bahkan dengan tangan Yoongi mencengkram rahangnya, tak membuat satu kata pun lolos dari bibir Jungkook.
Jauh di dalam hati Yoongi, pertanyaan Taehyung menggelitik. Cinta. Apa itu? Apa Jungkook mencintai Jimin? Seperti Taehyung mencintai Yoongi? Apakah Jungkook rela melakukan apapun demi Jimin yang dia cintai? Seperti Taehyung yang tiba-tiba menelepon memastikan Yoongi tahu tentang perasaannya? Bahkan saat Yoongi sudah mengancam keselamatan sahabat manusianya.
"Love, isn't it?"
"Love."
---
Jimin menggeliat dalam tidurnya. Tak bisa merasakan dahinya dikompres oleh Seokjin. Tak mengerti situasi di sekitarnya bagaimana. Jimin masih tak kunjung buka mata dan otot tubuhnya bergerak didorong bawah sadarnya yang ternyata ricuh. Dalam tidur panjangnya Jimin melihat laut. Hamparan perairan yang sangat luas, entah dimana batasnya. Riak ombak bermain-main di permukaannya. Dihiasi semburat oranye dari senja yang setengah jalan ke peraduan. Jimin tidak bisa melihat dasar laut, sungguh gelap dan terasa penuh misteri. Tapi anehnya, ada keinginan di dalam hati Jimin untuk melompat dan tenggelam di sana.
Jimin menatap kakinya, barulah dia tahu dimana keberadaannya, di tebing. Menoleh ke belakang, Jimin melihat hamparan rerumputan yang menari ditiup angin. Sungguh indah, batin Jimin. Ketika kembali dirinya menemui laut, matahari mendadak disembunyikan gumpalan mendung. Senja yang cantik musnah dan kini kelam. Dorongan untuk melompat dari tebing dan membiarkan tubuhnya ditelan laut semakin menguat. Perlahan kakinya silih berganti mengikis jarak ke bagian paling ujung. Jimin bisa merasakan detak jantungnya semakin cepat seiring dengan adrenalin yang semakin meningkat. Sejenak terlintas dalam benak Jimin untuk berlari kembali ke padang rumput. Hanya saja, misteri dalam gelap laut di hadapannya benar-benar mengundang untuk dicari tahu. Selain itu, di dalam lubuk hatinya, ada secercah kepercayaan, semua akan baik-baik saja ketika dirinya melompat ke laut. Lalu ketika momentum itu menyentuh keberanian Jimin, tanpa menghitung, dijatuhkanlah tubuh Jimin dari tebing.
Jimin menutup matanya, dia merasa terbang sesaat sebelum suara tubuhnya bertumbuk dengan air mengisi rungu. Dibiarkan terombang-ambing di air. Tak diusahakan berenang ke permukaan. Berharap Jimin bertemu dasar lautan yang menjadi misteri. Ketika membuka matanya, Jimin melihat seorang vampir, Yoongi, dia tersenyum. Yoongi mengulurkan tangan pada Jimin, dan Jimin berniat meraihnya, namun tangannya sedang digenggam oleh tangan lain, Jungkook. Wajah Jungkook tegas dengan taring mencuat, darah di sekitar bibirnya. Jungkook bertelanjang dada. Jimin kemudian terbayang apa yang sudah dilakukan Jungkook padanya. Sekuat tenaga Jimin berusaha melepaskan diri dari Jungkook yang bergerak ke atas menuju permukaan. Ingin Jimin adalah meraih Yoongi yang tangannya masih terjulur, tapi semakin lama Yoongi semakin tenggelam, dan Jimin tidak tahu apa yang harus dia lakukan saat ini.
Tepat saat oksigen kembali bisa dihirup Jimin, rasa lega merasuk. Jungkook yang membawanya ke permukaan tak nampak lagi. Jimin kembali memasukkan kepalanya ke dalam air, berusaha menemukan Jungkook, namun nihil. Jimin berusaha meneriakkan nama Jungkook tapi suaranya tak dapat keluar dari tenggorokan. Meski begitua dia terus-menerus berteriak. Meski Jimin mengingat apa yang diperbuat Jungkook, tapi hatinya tak bisa berbohong, Jimin benci ditinggalkan begini.
Sendirian.
Jimin tak tahu harus kemana dia berenang. Jimin hanya bisa berteriak tanpa terdengar. Menangis, meneteskan air mata yang menyatu dengan laut.
Apa Jimin seharusnya membiarkan dirinya tenggelam bersama Yoongi jika pada akhirnya Jungkook juga pergi?
---
hAPPY NEW YEAR TEMAN-TEMAN! mudah-mudahan ceritanya bisa selesai di bulan ini, ya. sangat diapresiasi kalau teman-teman yang baca mau kasih feedback, masukan, kritik, komen, vote apapun. karena itu jadi moodbooster khusus buat menulis. sekali lagi terima kasih<33 sampai ketemu di update selanjutnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
SET YOU FREE • kookmin
FanfictionJimin tidak tahu selama ini dia dikungkung kebohongan. Sampai suatu hari, Jungkook membuka kenyataan yang sangat pahit. Akankah Jimin mampu menerima fakta tersembunyi itu? Atau justru tidak mempercayainya? Tags: • feeder!Jimin • vampire!Jungkook • S...