Epilog

267 19 15
                                    

manteman, ada notes di akhir untuk kalian semua, tolong dibaca juga ya, thanks xoxo


Tiba-tiba Jungkook berharap hidupnya adalah sebuah aplikasi gim. Yang bisa diulang kembali dengan nyawa cadangan. Bahkan dihapus data untuk mereset semuanya dari awal.

Beberapa bulan ke belakang begitu intens. Kenyataan memang sudah diekspektasikan Jungkook akan buruk, tapi tak separah ini.

Jimin mungkin memang tak akan ada bersamanya di akhir perjalanan, tapi bukan berarti Jungkook menduga Jimin akan hilang dari kehidupannya seperti ini.

Jemari Jungkook menekan tombol-tombol pada layar kunci apartemen yang kini penghuninya pergi. Untuk apa dijaga keamanannya? Pemiliknya entah kemana.

Pintunya didorong perlahan kemudian menghadirkan semerbak wewangian yang Jungkook kenal. Jungkook familiar dengan aroma lavender yang khas dari apartemen ini. Jungkook suka.

Ketika melepas sepatunya, dia melihat beberapa pasang alas kaki ada di sana. Teronggok berdebu tak pernah disentuh, tak tahu berapa lama. Ada sandal bulu berwarna putih yang pernah diklaim sebagai favorit dan tak boleh digunakan siapapun barang selangkah. Wajah yang tergambar di kepala Jungkook sangat jelas sedang cemberut. Pipinya menyembul, bibirnya mengerucut. Jungkook yang ada di ingatannya saat itu tertawa karena gemas, tapi Jungkook yang sekarang sudah mati rasa.

Kosong.

Mata Jungkook mengedar ke area ruang tamu yang berisikan sofa-sofa dan televisi besar. Tempatnya menghabiskan waktu bersama sembari menonton karya sutradara favorit manusia bermata bulan sabit saat tersenyum itu. Beberapa kali menghabiskan waktu untuk meluapkan nafsu bersama dalam ciuman-ciuman dan merabai anggota tubuh satu sama lain. Tatapan mata yang sering mereka tukar dalam diam, serta kata-kata yang minta ampun untuk diutarakan, kini tinggal kenangan saja.

Karena tatapan mata itu tak akan berbalas. Serta kata-kata itu, akan terus mengganjal di tenggorokan sampai mati.

Jungkook berbelok ke dapur, hati kecilnya berharap seseorang berdiri di sana menyambut. Tapi sama seperti seisi apartemen yang lain, mereka terabaikan. Baskom bekas mengompres bahkan masih ada di sana dengan air yang mungkin sudah berminggu-minggu yang lalu menghangat mengikuti suhu ruang.

Jungkook pernah berjanji memasakkan makanan kesukaan manusia favoritnya. Jungkook menjanjikan akhir pekan adalah waktu yang tepat, dan hari ini Sabtu, adalah akhir pekan. Sayangnya manusia favorit Jungkook tak lagi menunggu janji yang Jungkook sampaikan.

Lagi pula tetap salah Jungkook, akhir pekan yang dijanjikannya sudah terlewat bermalam-malam yang lalu– tak terhitung. Pantas saja kini Jungkook dilupakan, janjinya sudah basi.

Jungkook ingat ciuman pertamanya yang disebabkan gelas pecah. Saat itu dia berharap waktu berhenti. Agar seterusnya Jungkook bisa merasakan lembut bibir ranum si manusia. Agar seterusnya dingin tubuh Jungkook dihangatkan deru nafas manusia favoritnya. Yang sesekali menggodanya dengan jilatan kecil seperti anak kucing.

Semuanya berlalu seperti baru kemarin, padahal rentang waktu yang ditempuh sampai ke hari ini mampu mempertemukan indra penglihatan manusia dengan purnama indah sebanyak tiga kali. Dan tak ada satu haripun dalam masa itu yang terlewat oleh Jungkook tanpa memikirkan manusia favoritnya–Park Jimin.

Saat Jungkook berjalan menuju kamar Jimin, lagi-lagi dia berharap, menemukan manusianya tengah terbuntal selimut di atas kasur, tertidur pulas. Sayangnya nihil.

Jungkook tak tahu bagaimana kondisi terakhir kali kamar Jimin sebelum dia dibawa pergi dari apartemen. Yang dia ingat, Jimin masih di sana, pucat, menggigil dan berkeringat karena racunnya dan Yoongi.

SET YOU FREE • kookminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang