Chapter 8

1.4K 246 15
                                    

Chi Fang membeku, dan buru-buru mundur. Tatapannya jatuh pada seragam sekolah yang satu ukuran lebih besar dari dirinya menuju wajah tanpa ekspresi milik Yu Mo.

Senyum halus muncul di wajahnya tanpa sadar.

Situasi keluarga Chi di kehidupan sebelumnya benar-benar buruk. Chi Fang juga terbiasa tersenyum pada orang. Untungnya, dia berperilaku baik dan tidak akan membuat orang merasa tersinggung.

Yu Mo mengerutkan kening. "Jangan tersenyum jika kamu tidak ingin."

Ekspresi wajah Chi Fang berhenti, dan dia tersenyum sedikit setelah beberapa saat, "Aku pergi sekarang."

Yu Mo membeku sesaat, dan melihat Chi Fang pergi dari sisinya, merasa kehilangan.

Samar-samar dia bisa memperhatikan bahwa Chi Fang tampak sedikit marah, tetapi tidak tahu mengapa Chi Fang marah. Yu Mo berdiri di sana sebentar, lalu berjalan keluar dari jalan setapak. Supir yang telah menunggu di sisi jalan kemudian mengemudi dengan tergesa-gesa.

Selama Yu Mo duduk di dalam mobil, ia masih sedikit linglung. Pelayan memandang Mo sejenak, "Tuan muda... apakah anda ingin berganti pakaian dulu?"

Yu Mo membeku dan melihat ke bawah, hanya untuk menemukan bahwa seragam sekolahnya memiliki tanda berminyak di atasnya. Ketika Chi Fang menyentuhnya, dia seperti sedang memegang... panekuk?

Dia ragu-ragu sejenak, kemudian Yu Mo melepas pakaiannya. Tetapi tidak menyerahkannya kepada pengurus rumah tangga, dan hanya memegangnya sendiri.

.

.

.

Chi Fang berjalan menuju apartemen kecilnya dengan kepala tertunduk, dan menghela nafas dalam-dalam ketika dia berdiri di lift dan menatap pintu lift dengan linglung.

Dia jelas seorang pria berusia dua puluhan, tetapi marah karena kata-kata seorang anak kecil. Apalagi anak ini akan menjadi pebisnis hebat di masa depan. Dia tidak mengambil kesempatan untuk 'memeluk paha'*, tetapi dia malah tidak sabaran.

.

***[Memeluk paha berarti menjilat pada seseorang demi keuntungan. Istilah itu terinspirasi dari orang-orang beragama Buddha yang berdoa kepada dewa untuk meminta bantuan. Patung buddha di kuil biasanya berukuran besar sehingga orang akan 'memeluk' paha/kakinya saat berdoa meminta pertolongan.]***

.

Lift berhenti, dan Chi Fang melihat ke belakang lalu berjalan keluar dari lift.

Lupakan saja, toh dia sudah terlanjur marah. Tidak ada gunanya menyesalinya sekarang.

Dia makan panekuk telur untuk makan malam. Meski agak dingin, Chi Fang dengan senang hati memakannya.

Hanya dalam beberapa hari, Chi Fang sangat memahami sulitnya belajar hanya karena dia tidak mendengarkan kelas sejak SMP. Bahkan jika dia ingin bekerja keras sekarang, dia selalu merasa tidak tahu bagaimana cara untuk bekerja keras.

Setelah tersandung untuk menyelesaikan pekerjaan rumah, Chi Fang melirik jam dan menyalakan telepon.

Chi Fang tidak tertarik pada game ketika dia masih kecil, dan ponselnya bersih tidak seperti ponsel anak laki-laki lain. Tidak ada game seluler atau hal lainnya. Hanya ada beberapa aplikasi obrolan yang tersisa.

Dia membuka penguin kecil (Obrolan QQ). Chi Fang dengan bosan melihat berita dari teman-temannya. Sebelum itu, hanya ada tiga atau empat orang teman Chi Fang. Kecuali Pang Zifei, ada beberapa orang lain. Chi Fang melihat satu per satu di kelompok kelas untuk mengecek nomer-nomer kontak yang dimilikinya.

Setelah Kelahiran Kembali, Aku Terjerat dengan Sang Tiran [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang