24

476 85 0
                                    

Halo semuanya!

Selamat malam!

.

.

.

HAPPY READING!

AWAS TYPO!

oOoOoOoOo

Pagi itu Kinanti bangun lebih dulu. Dia terbangun di posisi favorit nya, miring ke arah kanan sehingga dia membelakangi Fadil. Harusnya mereka mengganti posisi tidur agar ini tidak terulang, namun bagaimana lagi.

Tidak ada yang terjadi tadi malam. Bahkan setelah ciuman kedua mereka yang cukup intens. Mereka berhenti sejenak karena sama-sama kehabisan napas. Saat Fadil akan merengkuh lehernya untuk yang kedua kali, laki-laki itu mendadak bersin, membuat mereka berdua tersadar sehingga tidak terjadi hal-hal yang mungkin saja dia atau Fadil sesali nantinya.

Fadil memang berjanji akan mengusahakan agar pernikahan mereka berhasil, tidak akan berkhianat atau apapun. Namun, Kinanti tidak ingin hamil sementara belum ada kejelasan terkait perasaan laki-laki itu. Dia tidak ingin nantinya keberadaan anak diantara mereka berdua menjadi penghalang kebahagian Fadil. Siapa yang bisa menebak masa depan? Bisa saja nantinya Fadil bertemu wanita yang bisa membuatnya jatuh cinta, sementara laki-laki itu terikat bersamanya dan anak mereka.

Gue terlalu paranoid. I know.

Kinanti tidak bisa menghilangkan pikiran-pikiran buruk itu dari kepalanya. Padahal dia tumbuh besar di keluarga yang harmonis, namun bayangannya soal rumah tangga tidak pernah manis. Masa depan baginya benar-benar kelam, jadi dia butuh backup plan.

Bukan berarti Kinanti selalu mencurigai atau tidak percaya pada pasangannya. Bukan. Orang bilang dia terlalu memikirkan segalanya, terlalu melogikakan segala hal. Sementara, di dunia ini ada hal-hal yang tidak bisa dipikir dengan logika sama sekali.

Kinanti mendesah, berusaha melepaskan diri dari kerumitan kepalanya sendiri dan menoleh ke samping. Fadil masih tidur, memeluk guling dan selimut menutupi tubuhnya hingga sebatas leher. Dia memeriksa kening laki-laki itu, dan masih merasakan sedikit hawa panas. Namun sudah tidak separah tadi malam. Sebelum tidur, dia menyuruh Fadil kembali meminum obat penurun panas, agar lebih cepat terlelap dan laki-laki itu menurutinya.

"Selamat tahun baru."

Kinanti segera menarik tangannya dari kening Fadil begitu mendengar suara laki-laki itu. "Tadi malam udah ngucapin."

Fadil merapatkan selimutnya. "Sekarang udah pagi, jadi ngucapin lagi."

"Harapannya nggak sekalian?"

"Lo mau gue cium lagi, ya?"

Kinanti mendelik. "Gue bilang harapan ya Dil, bukan ciuman."

"Habis make a wish kan gue cium lo," balasnya santai. "Mau reka ulang?"

Kinanti mendengus. Setelah mengikat rambutnya, dia pun turun dari tempat tidur. Kemudian dia menarik selimut Fadil tiba-tiba hingga laki-laki itu langsung diserang dingin ke sekujur tubuhnya.

"Astaga, Kinan!" teriak Fadil, berusaha menarik selimut lagi yang sudah teronggok di ujung kakinya. "Dingin tau!"

"Katanya mau reka ulang?" ledek Kinanti.

"Nantangin gue?" Fadil merapatkan kembali selimutnya, dia menatap Kinanti yang sedang berjalan ke kamar mandi. "Ntar kalo gue cium beneran, lo nagih lagi."

"Ngimpi aja terus."

Kinanti masuk ke kamar mandi hanya untuk menggosok gigi dan mencuci mukanya. Dia akan mandi nanti menjelang siang, karena lewat tengah hari mereka akan pulang ke Bengkulu. Lusa Fadil akan kembali masuk kerja seperti biasanya. Jadi besok mereka akan istirahat di rumah, mungkin Kinanti akan membereskan barang-barang yang sudah dikirimnya lebih dulu.

SELINDUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang