Halo semuanya!
Selamat malam!
Aku datang bawa lanjutannya lagi, lagi pengen wkwk
HAPPY READING!
AWAS TYPO!
oOoOoOoOo
Setelah makan malam berupa sop ayam, yang dimasak oleh Fadil -Kinanti hanya membantu laki-laki itu memotong wortel dan kentang- mereka pun duduk di depan televisi. Fadil bersender nyaman di sofa sementara Kinanti duduk di lantai dengan laptop menyala di hadapannya.
Hari ini malam minggu, iklannya sudah dimatikan semenjak sore dan sekarang dia tinggal melalukan pekerjaan administrasi nya. Tadinya Fadil ingin mengajaknya ke Pantai Panjang, sekadar makan dan jalan-jalan atau ngedate jika memakai istilah laki-laki itu. Namun sayang, hujan mengguyur kota Bengkulu dengan derasnya.
Pandangan Kinanti teralihkan ketika layar ponsel Fadil yang tak jauh dari laptop nya menyala, menampilkan ada chat masuk di WhatsApp. Dia bisa melihat dengan jelas siapa pengirim pesan tersebut. Penyanyi dangdut.
"Yang," panggil Kinanti.
"Hmm?"
"Ciee nyahut," godanya.
Setelah pernikahan Feby satu bulan yang lalu, Kinanti memang sering sekali menggoda Fadil dengan panggilan sayang. Meskipun laki-laki itu kadang jengkel, namun tetap saja reflek menyahut jika Kinanti memanggilnya dengan panggilan itu.
"Apa sih, Nan?"
"Hape lo tuh, ada WA," ujar Kinanti seolah tak peduli. Dia melihat Fadil mengambil ponselnya tak lama kemudian benda itu kembali ke atas meja. "Siapa?"
"Ike."
Karena tak ada penjelasan setelahnya, Kinanti menoleh ke belakang menatap Fadil. "Ngapain dia chat lo malam minggu begini?"
"Besok ada acara senam gitu di bank. Dia nanyain gue ikut apa enggak."
"Trus dia mau nebeng?"
Fadil mengangkat bahunya. "Nggak tau ya, soalnya gue bilang nggak ikut."
Kinanti menganggukkan kepalanya kemudian kembali berkutat dengan laptop nya dengan senyum lebar. Kemudian tanpa sadar tiba-tiba dia bernyanyi, "Aku, selalu bahagia, saat hujan turun~"
"Nan," potong Fadil. "Ngetik yang bener aja deh, nggak usah pake nyanyi segala."
"Orang gue lagi seneng," sungut Kinanti, namun tidak melanjutkan nyanyiannya.
"Ngomong-ngomong soal lagu, lo pasti belum denger lagu Selindung ya?"
"Lagu siapa tuh?"
Fadil mendengus. "Nggak jadi deh."
Kinanti berhenti mengetik, kemudian teringat. Dia menoleh ke belakang. "Oh iya, lagu Fiersa kan? Lo pernah bilang kapan tau."
"Hmm," sahut Fadil tanpa minat.
"Kelupaan gue, habis ini gue coba dengerin," jawabnya sambil cengengesan.
"Nggak usah, nggak penting juga."
Kinanti terkekeh. "Uluh-uluh ngambek," ledeknya sebelum kembali memutar badan melanjutkan pekerjaannya. Tidak ada sahutan dari Fadil sama sekali selain siaran televisi yang berganti dengan cepat. Kemudian dia melihat dari sudut mata laki-laki itu mengambil ponselnya, sebelum akhirnya kembali terdengar suara Fadil.
"Tadi gue liat si Feby upload story di Jogja trus ngetag lo. Katanya kapan nyusul."
"Kapan dia upload?" tanya Kinanti tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop dan terus mengetik.
KAMU SEDANG MEMBACA
SELINDUNG
Teen FictionKetika SMA, Kinanti Sandyakala duduk sebangku dengan Feby Revano, membuat mereka dekat sehingga temannya berpikir mereka berdua berpacaran. Pemahaman itu terus berlangsung hingga mereka dewasa, padahal kenyataannya Kinanti menyimpan rasa ada orang l...