33

523 90 1
                                    

Halo semuanya!

Selamat malam!

Selamat hari senin, tapi semoga hari kalian ga selalu hari senin 🥰

.

.

.

HAPPY READING!

AWAS TYPO!

oOoOoOoOo

Kinanti langsung menuju kamar tidur utama, kembali membanting pintunya untuk meluapkan kekesalan sebelum akhirnya menghempaskan diri ke tempat tidur.

Dia bergerak tidak karuan di atas tempat tidur hingga membuat seprei berantakan.

Anjir! Lo ngapain, Nan? Mabok kagak, tiba-tiba confess begitu depan Fadil. Gila lo ya?!

Kejadian beberapa saat lalu sama sekali diluar prediksinya. Dia memang ingin mengajak Fadil untuk melakukan itu karena sudah pusing dengan pikirannya sendiri. Dia berharap, dengan demikian mereka bisa lebih dekat dan laki-laki itu segera jatuh cinta padanya. Akan lebih bagus lagi kalau mereka segera punya anak.

Tapi, tiba-tiba saja dia malah menyatakan perasaannya pada Fadil. Yang paling menyebalkan dari semua itu, bukannya berakhir romantis dan percintaan panas seperti novel yang sering dibacanya, mereka malah saling berdebat dan menyisakan kesal yang luar biasa pada diri masing-masing.

Ceklek!

Kinanti menghentikan kegiatannya mengacak rambut sendiri saat pintu kamar tiba-tiba terbuka. Buru-buru dia memejamkan mata rapat-rapat.

"Kita belum selesai ngomong."

Kinanti diam tak menyahuti sama sekali. Seolah sudah tidur nyenyak.

"Nggak usah pura-pura tidur deh lo."

Kinanti berdecak. "Udah nggak ada lagi yang pengen gue bahas sama lo."

"Jelas masih banyak yang harus kita bahas."

"Gue mau tidur."

Fadil naik ke tempat tidur, menarik bahu Kinanti hingga gadis itu telentang namun tetap menutup matanya. "Apa perlu gue cium dulu baru lo mau ngomong?"

Kinanti membuka matanya cepat. Dengan kesal dia duduk dan menatap suaminya itu jengkel, sementara perasaannya tak karuan. "Apa sih?"

"Lo yang apa-apaan," sela Fadil. "Tiba-tiba masuk, ngajakin ena-ena, bilang sayang sama gue trus tiba-tiba ngamuk nggak jelas."

"Soalnya lo bikin gue kesel mulu. Heran."

"Katanya sayang sama gue?"

Kinanti memutar bola matanya. "Trus tiba-tiba aja gue nggak bisa kesel gitu sama lo?" tanyanya. "Ngarep lo. Yang ada gue malah makin sebel."

"Buset, itu mulut. Suami loh ini, kepala rumah tangga."

Kinanti mendelik, namun tidak berkata apa-apa.

"Jawab jujur, lo didesak sama keluarga  buat punya anak?"

Kinanti menggeleng. "Nggak ada hubungannya sama sekali sama keluarga. Mama lo baik banget sama gue. Emang sih katanya anak itu bikin hubungan suami istri lebih deket, tapi kalau gue mau pacaran dulu sama lo nggak papa kata mama. Toh anak juga udah diatur sama yang Di Atas."

"Trus kenapa random banget tiba-tiba pengen gue tidurin dan punya anak?"

"Biar lo lebih cepet sayang sama gue. Gue takut lo malah CLBK sama mantan lo," jawab Kinanti tanpa berpikir.

SELINDUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang