Days After || 01

58 22 22
                                    

Zoya sedang sibuk memandangi cermin, memastikan penampilannya tidak ada satupun yang kurang. Menjadi seorang model membuat Zoya harus selalu tampil dengan sangat baik. Tidak hanya soal fisik, fashion keseharian yang Zoya tampilkan pun tak luput juga menjadi sorotan.

Zoya menoleh ke arah pintu begitu mendengar suara pintu terketuk. Melangkahkan kakinya setelah memastikan sekali lagi  penampilannya sudah sempurna.

"Selamat pagi, Nona Zoya. Ini ada kiriman bunga lagi seperti biasa," ucap Ruth—salah satu pelayan yang sudah lama bekerja di mansion keluarganya.

Zoya sudah sangat hapal. Bunga itu pastilah kiriman dari Ben. Cara kuno yang dilakukan Ben demi mendapatkan maaf dari Zoya.

Seharusnya minggu lalu adalah hari pernikahan Zoya dengan Ben. Tepat dua minggu yang lalu Zoya resmi membatalkan pernikahannya dengan Ben. Ben tidak pernah berhenti mengirimi Zoya bunga—terhitung sejak Zoya melihat Ben bercinta dengan Natalie di dalam ruangan pribadinya.

Dua hari setelah kejadian itu, Ben sempat berkunjung menemui orang tuanya sebagai tanda permintaan maaf. Kedatangan Ben tidak mendapat respon baik dari orang tua Zoya. Ayah Zoya bahkan menyumpah serapah pria itu. Bukannya kembali berjuang mendapatkan maaf, Ben bahkan tidak lagi datang—hanya bunga yang ia kirim setiap harinya sekaligus telepon dan juga rentetan pesan.

Zoya baru menyadarinya sekarang bahwa Ben sepecundang itu. Zoya sempat berpikir apakah dulu Zoya buta sampai tidak bisa melihat sifat asli pria itu.

Zoya meraih bunga yang diberikan oleh Ruth. Membaca sekilas kartu ucapan yang tersampir di antara rangkaian mawar merah.

The beautiful roses for the most beautiful woman I love. I am sorry, Zoya. Please forgive me!

_ Your Fiancé _

Zoya berdecak. Masih berani pria itu mengaku tunangannya dan mengatakan mencintainya setelah semua yang terjadi. Zoya sangsi kalau ucapan ini benar atas permintaan Ben. Bisa saja Ben meminta pegawai toko bunga itu untuk merangkai katanya.

"Tuan dan nyonya juga sudah menunggu di bawah untuk sarapan bersama, Nona."

"Baiklah, aku akan turun." Ruth menganggukkan kepalanya sebelum melangkah pergi.

Zoya mengambil handbag miliknya terlebih dahulu sebelum bergegas turun.

•••••

Zoya melangkahkan kakinya menghampiri meja yang sudah di isi oleh kedua orang tuanya. Makan bersama merupakan rutinitas yang harus selalu dilakukan dalam keluarganya. Makan bersama memberi kesempatan bagi sebuah keluarga untuk terhubung satu sama lain dan menciptakan komunikasi serta hubungan yang baik.

"Selamat pagi, Mom, Dad."

"Pagi, Sayang!"

"Apakah bunga yang kau pegang dari si brengsek itu lagi?" tanya Mark—ayah Zoya.

"Mark, jaga ucapan mu di depan makanan yang akan kita makan," balas Belinda—ibu Zoya.

Zoya tertawa mendengar perdebatan orang tuanya. Ibunya sangat tidak suka mendengar ucapan yang negatif di meja makan apalagi di depan makanan.

Menurut Belinda, makanan itu akan masuk ke dalam tubuh kita serta menjadi darah dan daging. Untuk itulah tidak boleh terpengaruh hal yang negatif, sehingga berdampak pada perilaku dan perbuatan kita yang juga akan baik.

DAYS AFTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang