Saat ini Ben tengah menyelesaikan pekerjaannya yang beberapa minggu ini sering ia abaikan. Ben sulit untuk berkonsentrasi.
Permasalahannya dengan Zoya belum kunjung selesai—setidaknya begitu menurut Ben. Wanita itu sampai saat ini masih menolak keras permintaan Ben untuk kembali bersama.
Ben menghela napas. Di ambilnya foto Zoya yang terdapat di atas meja kerjanya. Foto itu di ambil satu tahun lalu saat mereka berdua sedang berlibur. Di usapnya foto yang menampakkan Zoya tengah tersenyum itu dengan halus.
"Aku minta maaf, Zoya," lirihnya.
Ada rasa tak rela di hatinya saat menyadari Zoya tidak akan kembali padanya. Ben sadar betul apa yang ia lakukan ini salah. Sejujurnya Ben sama sekali tidak berniat membuat hubungan mereka kandas seperti ini.
Tapi mau bagaimana lagi, segalanya sudah terjadi. Yang bisa Ben lakukan hanya berusaha keras agar Zoya mau kembali padanya.
Ben meletakkan kembali pigura yang sempat ia pegang saat mendengar pintu ruangannya terketuk.
"Masuk," pintanya mempersilahkan untuk masuk.
Seorang wanita dengan perawakan tinggi semampai memasuki ruangan Ben, berkulit putih dengan rambut lurus tergerai. Wanita itu memakai setelan khas kantoran.
"Ini laporan perusahaan yang anda minta, Sir."
"Letakkan saja di atas meja, Sandra."
Wanita itu tak lain adalah Sandra. Sekretaris Ben yang baru, menggantikan Mili yang sudah di pecat oleh Ben.
Kurang profesional sebenarnya mencampurkan urusan pribadi dengan pekerjaan. Mili termasuk karyawan yang kompeten. Kesalahannya hanya karena membiarkan Zoya masuk saat ia tengah melakukan seks dengan Natalie. Yang menyebabkan Zoya membatalkan pernikahan mereka.
"Apa ada lagi yang anda perlukan, Sir? Anda bisa memberitahu saya." Sandra kembali bertanya pada Ben.
"Tidak! Kau bisa keluar sekarang." Ben kembali fokus pada pekerjaannya.
"Anda ingin saya buatkan sesuatu? Teh atau kopi misalnya? Anda terlihat banyak pikiran," ucap Sandra.
Ben mengalihkan wajahnya ke arah Sandra. Di lihatnya sekretaris barunya ini dari atas hingga bawah.
Lipstik berwarna merah. Kemeja putih ketat yang bahkan tidak bisa menyamarkan bentuk dadanya. Rok hitam ketat di atas lutut yang menampilkan kaki jenjang milik Sandra.
Sedari awal Ben sudah tahu wanita seperti apa Sandra ini.
"Kemari," pintanya menyuruh Sandra mendekat.
Sandra menyunggingkan senyumnya. Dari awal masuk Sandra memang menyukai atasannya ini. Tampan dan kaya, dua hal yang sulit Sandra tolak.
Perlahan Sandra mendekatkan dirinya pada Ben. Berdiri di sisi meja pria itu. Ben masih duduk di bangkunya, di tepuknya paha agar Sandra duduk di pangkuannya.
Sandra yang mengerti pun segera menuruti permintaan Ben.
"Apa yang kau mau, hm?" tanya Ben mengamati wajah Sandra dengan intens.
"Kau tahu apa yang lebih aku butuhkan di banding kopi ataupun teh?" Ben menjalankan jari jemarinya di sepanjang betis hingga paha Sandra.
"Apa?" Sandra berusaha menormalkan detak jantungnya, tidak kuasa di tatap Ben dengan begitu intens.
"Kau," ucap Ben dengan nada tegas. Permainan tangan Ben semakin menuntut. Ia mulai meremas paha wanita itu.
Sandra yang mendapati perlakukan seperti itu tidak bisa menahan gejolak yang mulai timbul dalam dirinya. Sandra mengalungkan tangannya ke leher Ben, ia menutup matanya saat bibir Ben mulai mendekat.

KAMU SEDANG MEMBACA
DAYS AFTER
RomanceHubungan asmara yang sudah terjalin lama tidak menjamin hubungan akan langgeng! Zoya tidak mempercayai itu, tapi justru Ben membuktikannya. *** Lazoia Philana Mahatma memutuskan hubungannya dengan Ben satu minggu sebelum pernikahan mereka. Berbekal...