Pukul sebelas malam, Jaemin baru tiba di hotel setelah melakukan penerbangan dari Seoul ke Bangkok selama kurang lebih tujuh jam dan satu jam lagi untuk check in - check out disertai perjalanan menuju hotel. Tubuhnya terasa remuk juga gerah. Sepertinya ia harus segera mandi air hangat.
Manajer hyung masuk ke dalam kamar hotel Jaemin untuk membantu artisnya membenahi barang-barang. Mulai dari pakaian, barang pribadi, juga beberapa berkas yang dibutuhkan saat melakukan penerbangan. Setelah itu manajer hyung menyalak lilin aromaterapi yang sengaja ia bawa agar Jaemin merasa lebih tenang dan santai saat di hotel.
"Jaemin-ah, makanannya sudah hyung siapkan di meja. Setelah mandi langsung makan ya? Jika butuh sesuatu panggil saja."
"Iya hyung."
Dan pria itupun pergi. Jaemin memejamkan matanya sambil berendam air hangat. Belum sehari ia meninggalkan Renjun tetapi ia merasa begitu rindu. Merindukan suara lemah lembutnya, senyumannya, tubuh ringkihnya, dan juga perhatiannya.
Geez, Jaemin sangat beruntuk berhasil menikahi Renjun hanya saja terkadang ia cukup egois serta mendominasi hubungan mereka.
Setelah berendam cukup lama Jaemin pun beranjak. Mengenakan jubah mandi yang sangat halus lantas memakai cairan pelembab wajah. Saatnya untuk makan. Makanan khas Thailand yang dibeli langsung oleh manajernya berhasil menggugah selera Jaemin. Sambil memakan hidangan tersebut Jaemin menyempatkan diri untuk bertukar pesan dengan Renjun yang mungkin sudah tertidur lelap.
Nam Jaemin
23.56 pmAku sudah sampai di hotel
Kamu sudah tidur?
Aku akan membeli beberapa hadiah untukmu, tunggu aku ya
Saranghae 💚Tidak ada balasan hingga Jaemin menyelesaikan acara makan malamnya. Ia menghela nafas panjang, kemudian segera merapikan semuanya kembali lantas berbaring di atas kasur berukuran king tersebut. Ia harus tidur karena besok akan menjadi hari yang panjang untuknya.
Selamat malam, Jaemin.
.
.
.
.
.
.Untuk pertama kalinya Renjun keluar dari rumah menggunakan pakaian laki-laki. Tanpa riasan dan cat kuku lagi. Ia berlari kecil menghampiri sebuah mobil berwarna hitam yang terparkir di depan gedung kondominium. Tubuh kurusnya itu langsung disambut pelukan oleh si pemilik mobil.
Jeno.
"Wow," Jeno memandangi Renjun dari ujung kepala hingga kaki, "tetap terlihat cantik."
Satu pukulan mengenai dada Jeno membuatnya mengaduh lantas tertawa, "aku merasa sangat nyaman memakai ini."
Jeno bisa melihat raut wajah Renjun yang begitu cerah seolah ia benar-benar mendapat kebebasannya setelah memakai pakaian laki-laki. Yang biasanya ia selalu memakai rok, kini ia bisa memakai celana. Sangat nyaman dan tentunya membuat jati diri Renjun muncul kembali secara perlahan.
Kedua manusia itu pergi berbelanja di super market. Rencananya Renjun ingin pergi mengunjungi apartemen Jeno juga memasak beberapa hidangan untuk mereka berdua.
Katanya sih Jeno baru pindah ke apartemen yang lebih luas dan tentunya lebih bagus dari sebelumnya."Selamat datang." Jeno membuka pintu apartemennya kemudian mempersilahkan Renjun untuk masuk lebih dulu. Renjun tersenyum malu kemudian segera masuk, melepas sepasang sepatu putihnya.
Wah, sangat luas dan bersih. Masih ada beberapa sisi yang kosong.
"Kurasa aku akan betah berlama-lamaan di sini."
"Harus." Jeno melingkarkan kedua tangannya di pinggang Renjun dari belakang dan menyembunyikan wajahnya di bahu ringkih tersebut. Mengusap perut Renjun memberikan sengatan hangat yang berhasil membuat Renjun memejamkan matanya.
"Jeno-ya, bisakah kamu pergi mandi sekarang?"
Jeno mendongak, "aku bau ya?"
"Tidak. Hanya saja... aroma tubuhmu itu membuatku..." Wajah Renjun memerah lantas ia mendesah malu, mendorong tubuh Jeno menjauh kemudian menyibukkan diri dengan barang belanjaan yang sudah ia beli sebelumnya.
Yang jelas aroma tubuh Jeno yang sangat khas membuatnya horny.
.
.
.
.
.
."Terima kasih atas kerja samanya!"
"Terima kasih!"
Jaemin membungkuk beberapa kali untuk mengucapkan terima kasih kepada para staff terutama para rekan kerjanya. Ia berjalan ke belakang kamera mendekati manajernya sambil memegangi pinggang. Sial, rasa sakit di punggung hingga pinggangnya kembali muncul.
"Kau baik?" Tanya manajer sambil memberikan handuk kecil untuk Jaemin. Jaemin baru saja menyelesaikan syuting hari pertama dan lokasinya berada di daerah yang terpapar sinar matahari.
"Punggungku sakit." Ujarnya sambil mendudukkan diri di kursi. Manajer hyung segera menyodorkan kipas mini ke tangan Jaemin, juga merogoh tasnya untuk mengeluarkan obat pereda nyeri.
"Minumlah dulu dan kita kembali ke hotel."
Sesampainya mereka di hotel, Jaemin langsung berbaring di atas kasur dengan sebuah bantal mengganjal di bagian punggungnya. Ia meringis kesakitan, lantas mengatur nafasnya untuk tetap tenang.
Manajer hyung selalu berada di sampingnya. Memberikan pijatan kecil di bagian punggung supaya meredakan rasa nyeri tersebut, obatnya belum bereaksi sama sekali.
"Mau kembali ke Seoul saja? Aku bisa berbicara kepada produser untuk membatalkan kontrak."
Jaemin menggeleng, "tidak hyung, ini hanya sakit biasa. Aku tidak bisa membatalkan kontraknya."
"Kenapa? Kau sakit, Jaemin-ah. Bagaimana jika kau harus kembali dirawat di rumah sakit?"
"Hyung, ini proyek besar. Upahnya juga besar. Aku melakukan semua ini untuk karirku..." Jaemin memijat dahinya pelan, "dan tentunya untuk istriku, Renjun."
"Kau keras kepala tapi aku hargai itu. Kau cukup bertanggung jawab atas profesimu sebagai seorang artis dan seorang suami. Sekarang bertelungkup, aku akan memijatnya."
Di saat Jaemin merasa lelah, ia selalu teringat dengan istrinya. Ia memang mementingkan karir yang sudah ia bangun selama ini namun di sisi lain ia bekerja untuk Renjun. Kelak ia bisa memberikan kehidupan yang layak untuk istri dan anak-anaknya beberapa tahun lagi. Jaemin sudah menyiapkan tabungan pensiun untuknya dan juga Renjun, menabung untuk membeli sebuah rumah atau mobil, juga bermimpi untuk membawa Renjun keliling dunia.
Terkadang Jaemin memang egois di saat-saat tertentu. Hal itulah yang membuat mereka sering bertengkar akhir-akhir ini. Tapi tentunya tidak menghancurkan semangat Jaemin untuk bekerja lebih keras lagi.
Pikirannya hanyalah karir dan Renjun.
Nam Jaemin, kau adalah pria egois yang mementingkan kehidupan masa depan bersama istrimu. Namun kau benar-benar malang. Karena keegoisanmu itu, istrimu terlanjur bertindak lebih jauh.
Mungkin Renjun akan jatuh ke tangan yang lebih tepat.
Dan kau pasti tidak akan menyukainya.
.
.
.
.
.
.To be continue
.
.
.
.
.
.
- navypearl -
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in The Dark | JenoRenjunJaemin✔️
RomanceNam Renjun, ia memang mencintai suaminya tetapi semuanya berubah ketika ia bertemu pandang dengan pria bermata tajam itu. Lee Jeno, saudara tiri dari suaminya sendiri. • Male Pregnant + Love Affair • CROSS DRESSING, BOYSLOVE, MISSGENDERING • NoRen...