O1. Secarik Kertas

780 124 13
                                    

Di pojok ruangan yang di dominasi warna putih yang telah menjadi tempat tinggal selama kuliah terdapat Yoshi yang sedang membaca buku yang kemarin ia pinjam dari perpustakaan kota.

Lelaki bertubuh tinggi itu bukanlah tipe yang suka membaca buku, ia membaca hanya ketika dirinya ingin saja. Tapi beda cerita kalau buku kuliah ataupun buku pelajaran.

Berjam-jam ia lewatkan hanya untuk membaca, bahkan ia melewatkan makan malamnya. Yoshi selalu begitu, ia selalu fokus dengan apa yang ia kerjakan. Apalagi buku itu sangat seru menurutnya, seolah Yoshi terbawa ke dalam cerita tersebut. Selalu penasaran dengan teka-teki dari alur cerita tersebut, membuat Yoshi terus menerus membaca mencari jawaban dari setiap teka-teki di setiap bagian cerita dari buku itu. Tak peduli sudah berapa jam ia habiskan, ia terus membaca seolah-olah tak ada hari esok.

Yoshi bangkit dari posisinya, meregangkan tubuhnya yang terasa pegal. Bagaimana tidak, ia membaca bukan dalam posisi yang baik untuk membaca. Telungkup di kasurnya dengan bantal menjadi tumpuan dagunya, seperti itulah posisinya selama berjam-jam, terkadang merubah posisinya menjadi berbaring, begitu terus. Padahal ia memiliki meja belajar yang layak pakai, tetapi lelaki itu memilih posisi tersebut.

"Udah hampir jam dua belas aja anjir," gumamnya kala melihat jam yang terletak di dinding kamarnya.

Terhitung hampir empat jam waktunya ia habiskan untuk membaca. Tapi Yoshi gak menyesal, terbayarkan dengan cerita yang sangat bagus, rasanya Yoshi ingin menemui penulisnya dan mengucapkan ribuan terimakasih karena telah menulis buku sebagus itu. Yoshi sedikit merasa nyesal sebenarnya, karena tidak membeli buku itu dan memilih meminjam di perpustakaan. Memang sih buku itu tetap buku cetakan asli, tapi tetap saja Yoshi merasa kurang mengapresiasi karya penulis buku tersebut. Tapi mau bagaimana lagi, kebutuhan Yoshi banyak dan lebih penting, maka dari itu ia menyimpan uangnya untuk kebutuhan dirinya.

Yoshi pernah baca tweet salah satu penulis di twitter: Selama membaca buku yang asli dan tidak membeli yang bajakan, itu udah cukup kok mengapresiasi penulis.

Perutnya terasa lapar, Yoshi memutuskan untuk berhenti sejanak, menempelkan sticky note berukuran kecil pada halaman seratus sembilan puluh yang ia gunakan menjadi pembatas buku. Lalu mengambil sebungkus mie instan kuah dan sebutir telur dari tempat penyimpanan makanannya. Keluar dari kamar berlalu menuju dapur bersama yang berada di pojok lorong kamar.

"Anjir! lo buat terkejut aja!" pekik Aji yang berada di dapur sedang menyeduh kopi kemasan sachet.

"Lebay amat bos," sahut Yoshi mulai merebus air untuk memasak mie instan miliknya.

Aji gak menjawab lagi, melainkan melempar pertanyaan ke Yoshi, "Lo tadi gue aja makan sate padang di simpang kagak mau, lagian tumben banget jam segini baru makan malam?"

Yoshi yang sedang menuang mie ke dalam panci lantas menoleh ke Aji dengan senyuman jahil, "Peduli banget sih sayang."

Satu tonjokan didapat Yoshi di lengannya, jelas pelakunya adalah teman kosan kamar sebelahnya, Febrian Ajinegara. "Anjing, lo kalau mau belok jangan sama gue deh!"

"Mulut lo gue siram kuah indomie ya, lagian gue masih suka cewek, anying! Tapi ya emang lagi gak pengen pacaran aja sih."

"Lagak lo lagi gak pengen pacaran, bilang aja kagak ada yang mau sama lo."

"Bangsat."

**

Setelah menghabiskan makanannya dan mencuci alat makan serta panci yang ia gunakan tadi, Yoshi kembali ke kamarnya lagi. Agenda selanjutnya adalah melanjutkan buku bacaannya tadi.

Lelaki bertubuh tinggi itu memutuskan begadang menamatkan buku itu. Rasanya tanggung banget jika tidak diselesaikan. Toh, besok ia juga tak ada kelas pagi, tak masalah jika ia besok kesiangan. Jikapun ada, tidak menjadi masalah juga, Yoshi sudah terbiasa begadang.

Huruf demi huruf, kata demi kata, kalimat demi kalimat, hingga bagian demi bagian ia lewatkan, tak mempedulikan waktu yang juga terus berjalan. Hingga sampailah Yoshi pada halaman dua ratus dua puluh empat.

Terdapat secarik kertas yang terselip.

Yoshi mengambil kertas itu, membaca kalimat yang ada.

Aneh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aneh.

Itu kata pertama yang terlintas di pikiran Yoshi setelah membaca secarik kertaa tersebut. Bagaimana bisa ia membebaskan orang asing untuk mengirim pesan kepadanya, kalau Yoshi sih big no.

Tapi anehnya lagi, senyum Yoshi tercipta meskipum tipis. Yang lebih aneh, setelah berfikir seperti tadi, lelaki itu malah menyimpan secarik kertas itu ke saku celananya, dan melanjutkan bacaannya lagi.

Tapi, entah kenapa pikiran Yoshi tak lagi fokus, sosok karinaaghata itu membuat Yoshi penasaran.

Who are you?

Page 224

hai halo.

aku hadir membawa cerita Yoshi dan Karina hehe, semoga suka ya.

Aku cuma mau ingetin, buat yang gak suka, gak usah baca ya, daripada kamu buat dosa dengan cara spread hate ke aku atau bahkan Yoshi dan Karina nya langsung. Dan perlu diingat ini cuma FIKSI.

udah segitu dulu, makasih udah mau baca, jangan lupa vote dan komennya ya, fren hehe love u all 💙

see you.

New cast unlocked

Jihoon TreasureasFebrian AJI Negara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jihoon Treasure
as
Febrian AJI Negara


Page 224 | Yoshi KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang