O4. Should I

325 90 10
                                    

Mencari kafe yang memiliki akses wifi gratis sepertinya sudah menjadi kebiasaan sebagian besar mahasiswa, tak terkecuali pemuda yang berada di pojok ruangan dengan laptop di hadapannya dan ditemani segelas minuman coklat dingin.

Fokusnya hanya tertuju pada layar laptopnya yang menampilkan slide-slide PowerPoint. Tak terusik sedikitpun oleh musik yang mengisi ruangan serta suara-suara percakapan pengunjung lainnya. Setidaknya begitu sebelum dering ponselnya terdengar akibat adanya panggilan masuk.

Yoshi mengalihkan pandangannya pada ponsel yang berada di samping laptopnya, mengambil ponsel yang layarnya menampilkan nama Selia di sana.

"Halo Sel—"

"Yos, please tolongin gue," ucap Selia dari sana. Yoshi dapat rasakan kepanikan dari suara gadis itu.

"Sel tenang dulu ya, cerita pelan-pelan ya."

Selia tak langsung membalas, terdengar hembusan nafas Selia, "Tolongin gue please,  lo gak sibuk kan? Tadi gue minta tolong ke Aji tapi dianya ada kelas..." ucap Selia terdengar lebih tenang meskipun masih terasa nada kepanikannya.

"Enggak kok Sel,  ada apa?"

"Karin Yos, demam tinggi dia gak mau di ajak ke dokter, gak mau makan juga. Boleh minta tolong beliin obat sama bubur buat Karin ga?  Aduh... gue bingung banget ini..."

"Hah? Karina sakit?"

"Iya. Tolong ya Yos, gue bingung harus minta tolong siapa lagi, gue panik banget ini."

"Oke gue otw nih, lo tenang dulu ya jangan panik, gue kesana ASAP."

"Thanks Yos..."

"Anytime."

Yoshi langsung membereskan barang-barangnya, meninggalkan kafe dan bergegas mencari apotek terdekat.

***

Selia masih berusaha membujuk Karina agar gadis itu mau diajak ke dokter. "Rin, mending ke dokter aja yuk, badan lo panas banget," bujuk Selia ke Karina yang saat ini tengah berbaring di kasurnya.

Karina menggeleng lemah, "gak usah Sel, gue istirahat aja nanti mendingan kok."

Selia pasrah mendengar jawaban Karina, sudah kesekian kali gadis itu menanyakan pertanyaan yang sama ke Karina dan dijawab dengan jawaban yang sama seperti tadi.

"Yaudah deh, tapi lo makan ya?"

Karina menggeleng lemah lagi, "gak selera, Sel."

"Rin, makan ya. Dikit aja gakpapa kok, asal perut lo terisi, lo dari tadi malam belum makan loh," ujar Selia membujuk lagi.

"Yaudah," pasrahnya.

Selia bernafas lega seraya menampilkam senyum tipisnya. Jujur saja dia sangat khawatir dengan keadaan Karina sekarang.

Pagi tadi saat Selia ingin mengajak Karina sarapan bareng, namun ia menemukan Karina meringkuk di balik selimutnya. Langsung saja saat itu Selia mengecek suhu badan Karina menggunakan termometer digital miliknya, dan benar saja, suhu tubuh Karina sangat tinggi.

Sejak pagi tadi juga Selia mengajak Karina ke dokter agar diperiksa, namun gadis itu terus menerus menolak. Selia juga menyuruh Karina makan, lagi-lagi gadis itu terus menolak. Hingga tadi Selia kembali mengecek Karina, dan ternyata suhu tubuh gadis itu semakin panas, membuat kepanikan dan kekhawatirannya semakin menjadi-jadi.

Dering telepon Selia terdengar saat ia sedang membuah teh hangat untuk Karina, nama Yoshi terpampang di layar ponselnya. Tanpa menunda, Selia mengangkat panggilan tersebut.

Page 224 | Yoshi KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang