👑 TKoTI Οκτώ 👑

797 145 41
                                    

Update 🤣 maapkeun lama, guys😭😆

👑

“Tidak! Aku tidak mau!” seru Erestha akhirnya dapat mengendalikan seluruh kekuatannya sendiri saat beberapa waktu lalu tak mampu akibat terlalu terkejut.

Egnise yang menoleh pada Zóey kini menghadap kepada Erestha kembali yang ada di depannya. “Kau lebih memilih menyelamatkan hidupmu sendiri dibanding seluruh makhluk yang akan lenyap akibat penolakanmu?” tawar Egnise dengan seringaian tipis yang tercipta di sudut bibirnya.

Erestha menatap cemas pada kedua orang tuanya yang ikut bimbang dengan perkataan Egnise.

“Silakan jika itu pilihan kalian,” ucap Egnise dengan menaikkan pendek sebelah tangannya ke udara. Membuat serangan-serangan yang terhenti di udara akibat ulahnya itu makin bergetar.

“Kau harus menyerahkannya, Zóey!” seru dewa lain yang membuat senyuman lebar tak terbantah Egnise makin terukir. Egnise mulai melepas rantai transparan yang tadinya membuat mereka semua tak bisa bergerak seperti patung, menjadi bisa mengendalikan tubuh mereka kembali.

“Tidak akan!” Synnefo berseru kemudian. Ia menatap ke arah Egnise yang makin mengangkat tangannya tadi tanda mengancam.

Zeus yang berada di sana tampak mengangkat tongkat petirnya, membuat kilat ikut serta di langit yang membuat semua mata di sana menatap ke arahnya, termasuk Egnise. “Kau tidak diundang ke sini, Egnise.”

Egnise beralih menghadap pada Zeus dengan senyuman miringnya. “Aku tidak perlu undangan untuk bisa masuk jika tidak ada peraturan yang tertulis jika Rajanya Raja Iblis dilarang mengikuti sayembara.”

Zeus tampak mengalihkan pandangannya dari Egnise ke serangan kilatan yang terhenti di udara, membuat gerakan memutar dengan tongkatnya membuat langit di atas mereka berubah menjadi warna abu-abu. Tatapan mereka semua ke arah apa yang dilakukan Zeus di atas serangan-serangan itu, membuat kilatan dari atas yang bertujuan untuk menghilangkan serangan yang hendak dilempar Egnise ke lokasi lain sebagai ancaman pernikahan itu.

Suara petir menyambar begitu kuat sampai angin tersapu begitu kuat, lantai yang kokoh itu sedikit terbelah dan menjadi terlempar sedikit materialnya.

Mereka menghalangi mata masing-masing menghindari serpihan yang terlempar di udara.

Egnise menatap ke arah apa yang dilakukan Zeus dengan lurus, serpihan yang terlempar ke arahnya terbakar lebih dahulu sebelum sampai mengenai dirinya. Seringaian Egnise makin terbit melihat serangan Zeus tak dapat melenyapkan serangan-serangan itu, walau ia adalah Dewanya Para Dewa, yang membuat serangan-serangan itu juga seorang dewa dan dewi yang mengendalikan kehidupan di muka bumi.

Melihat hal tak mempan itu, Egnise menatap ke arah Zeus sekilas sebelum menatap ke arah Zóey. “Aku berikan waktu enam menit untuk kau berpikir.” Egnise menatap penuh dendam yang tersimpan di balik tatapannya ke arah Zóey dan Synnefo. Sampai api di sayapnya kembali terbakar dan menyala mengikuti hawa mengerikan yang ia bawa. “Serahkan satu putrimu padaku, atau tidak akan ada satu hal pun lagi yang bisa kalian semua pimpin untuk menghidupkan alam semesta ini.” Egnise berucap yang langsung tercipta jam pasir di sebuah tangan patung yang terlihat mengadah ke langit terukir di sana.

Jam pasir yang terdiri di antara dua tabung yang terhubung dengan tabung kecil di pertengahan kedua tabung itu. Pasir mulai mengalir dari satu tabung atas ke tabung bawah lain.

Egnise hanya tersenyum miring yang saat semua yang ada di sana terlihat begitu khawatir. Iblis penuh dendam itu terlihat menghilang seperti kilat dari tempatnya tadi melihat jejaknya berubah menjadi api, kemudian abu, dan beralih menjadi semula.

The King of Tenebris InferniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang