👑 TKoTI Εξι 👑

849 174 157
                                    

Maapkan diriku yg lambat update untuk cerita satu ini🙃 Don't forget Vomment, guys❤️

👑

Mereka semua yang memijakkan kaki di kerajaan dewa kehidupan terlihat menunjukkan kesan baik di sayembara yang telah berlangsung. Melihat para dewa sangat antusias untuk menjadi mempelai Erestha setelah melihat kecantikannya yang bahkan menandingi dewi kecantikan sekali pun.

Erestha harus menutupi raut kekecewaan dari lubuk hatinya saat menatap sayembara atas namanya itu dengan senyuman. Tapi ia tak pandai berbohong, lengkungan bibirnya memang tertarik manis, tapi matanya tak bisa membohong.

Uzuri dan Aira yang melihatnya hanya bisa tertunduk, sadar bahwa mereka tak bisa apa-apa untuk Erestha jika dewa sudah turun tangan atas andil hidupnya.

Erestha yang menatap sayembara itu dari balkon atas tapi tak menaruh perhatian sama sekali ke arah bawah sana, ia melirik pada pondasi mereka. Erestha yang menyentuh palang merasakan getaran yang tak pernah ia tahu.

Ia menatap mereka semua yang tak menunjukkan perasaan yang sama dengan apa yang Erestha alami barusan, membuatnya makin mengeratkan tangannya di palang, merasakan kembali getaran yang makin kuat.

Netra Erestha sekali lagi memfokuskan pada pondasi awan yang terlihat tak lagi putih bersih.

“Erestha, ada apa?” Uzuri berucap yang melihat raut khawatir sekaligus kebingungan dari Erestha pun memutuskan bertanya.

Tapi dia sama sekali tak mendengar jawaban dari Erestha yang terlihat sangat terfokus pada pondasi awan yang sangat jauh nampak terdapat sebuah titik hitam yang makin lama makin mendekat.

“Erestha, apa itu?” Aira mengeluarkan suaranya juga menatap sesuatu yang juga ditaruh seluruh perhatian dari Erestha.

Makin lama, titik itu terlihat makin dekat membuat Erestha makin menajamkan matanya. Kedua warna matanya yang berbeda itu tak semata-mata hanya untuk mempercantik, matanya lebih peka dari mereka yang ada di sana membuat Erestha bisa melihat agak lebih jauh dari mereka semua.

Getaran makin terasa, membuat Uzuri dan Aira melengos pada sekeliling mereka.

Mata Erestha membulat sempurna melihat sebuah titik itu kini menjadi dua, tambah lima, makin banyak sejumlah sepuluh, dua puluh, lima puluh, seratus, dan ribuan. Tidak! Itu bukan titik, tapi mereka bertanduk dan memiliki sayap. Menyerbu kerajaan mereka dari awan yang berubah menjadi warna hitam.

Membuat Erestha mundur dari tempatnya dengan kedua tangan mencengkeram gaunnya amat keras. Getaran berubah menjadi guncangan hebat. Erestha langsung turun dari balkon ke arah bawah dengan sangat cepat disusul oleh kedua pelayan kepercayaannya.

Mereka semua yang ada di sana terlihat terheran-heran, dan terfokus pada getaran yang menjalar di pondasi mereka. Air-air membuat ombak dengan sendirinya, dan tak sedikit yang tumpah, bahkan beberapa furniture jatuh dari tempatnya.

Belum sempat mereka menengok pada arah kaki masing-masing, terlihat satu makhluk dengan sayap sangat lebar melewati mereka dari arah bawah sangat kencang, menyapu udara di sana membuat topan kuat.

“Erza!” sebut salah satu dewa di sana menatap anak buah Egnise terlihat terbang di atas kerajaan dengan sayapnya yang amat besar, bahkan menutupi sebagian pencahayaan yang ada di sana.

Zelios mulai menyusul seperti kilat pada Erza yang mulai berhenti di atmosfer, mereka berdua terbang di udara, tepat di atas kerajaan menatap pada para dewa dan dewi di sana yang semuanya menaruh pandang pada mereka.

Ribuan iblis seperti mereka mulai menyusul dari bawah membuat para dewa dan dewi memisahkan tempat mereka dengan para pendosa seperti iblis.

Erestha memaku di tempat melihat makhluk berfisik iblis yang tak pernah ia lihat sama sekali, mereka sangat cepat, gerakan mereka bagai kilat. Bahkan kurang dari semenit, para iblis itu sudah mulai terlihat di setiap sudut mata memandang. Memenuhi kerajaan awan di sana dengan sayap, ekor, dan tanduk mereka.

Sangat mengerikan, dan mereka sangat banyak!

Uzuri dan Aira mulai melindungi Erestha dari banyaknya iblis di sana yang mulai menyerbu tempat mereka.

“Erestha, lari!” seru Uzuri sangat keras di tengah kerumunan dan kegaduhan para dewa dan dewi di sana yang disambut oleh para iblis tanpa undangan tersebut.

Erestha terpaku, napasnya tersendat habis, pemandangan paling mengerikan yang pernah ia lihat.

Erestha merasa kekuatan sangat besar mulai menyerangnya, langit langsung menghitam dan angin berembus amat keras bahkan menghalau penglihatan mereka sanking kuatnya.

Mereka semua yang ada di sana langsung menatap ke arah atas, seolah tahu bahwa makhluk paling kuat itu akan muncul. Dan tepat sedetik kemudian, mereka melihat makhluk yang paling dibicarakan selama sejarah berlangsung itu muncul seperti kilat tanpa aba-aba, ia tak muncul dari atas, tak juga dari bawah, kanan ataupun kiri. Dia muncul begitu saja dengan force kuat miliknya.

Sayap hitamnya yang sangat lebar itu terlihat mengerikan dengan api yang mengobar seperti di neraka, bahkan sanking besarnya cahaya matahari tertutup oleh kepakkan sayapnya seorang. Netranya terlihat berwarna sangat merah tanpa warna apa pun membuat sebagian dewa dan dewi yang ada di sana menutup mata mereka sanking kuatnya pancaran matanya yang mampu membuat orang lain buta jika menatapnya.

Percikan api dari neraka yang membakar sayapnya itu terlihat berjatuhan dan membuat terbakar sangat besar akibat satu tetes percikannya saja. Mereka semua berlarian menjauh dari arah Rajanya Raja Iblis itu akibat tak ingin terbakar jika berada di dekatnya.

Dia terlihat memakai jubah leluhur Black Wolf yang terlihat mengobar di punggungnya dengan seekor Corvus yang terlihat besarnya seperti setengah naga terbang di atas salah satu bahu raja iblis itu.

Matanya hanya tertuju pada Erestha yang bergetar menatap sosok mengerikan itu yang terbang hampir menutupi langit akibat sayapnya.

Sekitar lebih dari puluhan serangan terlempar padanya, dari jarak ratusan meter maka serangan itu hangus dengan sendirinya tanpa pergerakan dari Egnise sama sekali, membuat para dewa dan dewi di sana hanya bisa diam membisu.

Makhluk sangat kuat itu yang memimpin para iblis. Egnise Nekrós Okeanore Mortuus—Rajanya Raja Iblis.

Lambat laun, matanya yang berwarna merah itu kini berubah memiliki pupil berwarna hitam pekat dengan bersamaan dua doúkas, Erza dan Zelios yang tadinya berada di udara kini turun dengan embusan angin topan.

“Tidak! Jangan biarkan dia turun! Jika tidak, maka awan akan terbakar karenanya!” seru dewa air di sana menatap pada Egnise yang mulai menatap pada dewa yang menyebut dirinya.

Sebagian kawasan sudah terbakar karenanya dan hanya sedikit yang mampu dipadamkan oleh para dewa dan dewi dengan kekuasaan mereka.

Egnise terjun dari atas sana membuat teriakan menggema dan semua dewi menutup mata mereka.

Egnise berpijak pada pondasi dengan embusan sayap yang meretakkan kerajaan, menyapu air terjun hingga habis, dan membuat pepohonan tertarik dari akarnya.

Mereka semua menatap pada kekuatan besar iblis itu yang kini terlihat malah membakar seluruh pondasi besar kerajaan membuat suasana makin riuh dan panas. Seluruh serangan yang dilontarkan padanya terlihat hancur lebih dahulu di jarak ratusan meter jauhnya tanpa lewat dari pandangannya sedikit pun.

Mereka berteriak saat seluruh kawasan terbakar olehnya dengan api makin mengobar besar. Tak sedikit pondasi yang langsung runtuh oleh api dari neraka yang bisa ia kendalikan itu, tempat yang damai itu kini berubah menjadi neraka tingkat pertama.

Suara petir terdengar dan kilatan-kilatan mulai muncul dari atas mereka, menyambar sangat keras dengan menghancurkan apa saja yang disambar oleh petir yang ia buat. Sesuai rumornya. Mempunyai kendali atas petir terkuat Zeus dan petir vulkanik. Memegang kuasa penuh dengan api terpanas dari neraka, api putih yang paling panas dari inti matahari, juga api biru dan merah. Mampu mengendalikan es terdingin dari nebula, mengoperasikan udara atmosfer sejauh kekuasaannya. Dapat mengontrol waktu dengan powernya, meneleportasi dengan cepat ke segala penjuru sudah menjadi ketakutan makhluk lain jika ia tiba-tiba sudah berada di depan mata mereka seperti sekarang. Mereka dalam bahaya.

Egnise membuat neraka di sana, tepat setelah salah satu sudut bibirnya terangkat yang membuat seluruh makhluk di sana merinding sanking mengerikannya. Kemudian ia mengeluarkan logistik, “Erestha Afreedit, kau sedang disambut oleh calon mempelaimu.”





To be Continued

The King of Tenebris InferniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang