👑 TKoTI Δέκα 👑

408 68 42
                                    

Melihat dewi yang sedang berbaring tak sadarkan diri di tengah-tengah kasur sutra, membuat Egnise yang sedang berdiri di samping ranjang itu mengangkat sebelah tangannya ke arah pergelangan tangan Erestha.

Raja iblis itu diam menatap sekilas ke arah mata tertutup Erestha sebelum melafalkan sebuah kalimat pelan dari bibirnya, "Patro-num defendat."

Tepat setelah mantra itu keluar dari bibirnya, sebuah lingkaran cahaya sangat terang berwarna kuning berputar-putar seperti gasing di pergelangan tangan Erestha. Perlahan membentuk sebuah gelang giok dengan warna hijau zamrud yang membungkus kuat di pergelangan tangan dewi itu.

Setelah sinar cahaya terakhir terlihat berputar. Gelang yang sangat indah dan kuat itu terbentuk di pergelangan tangan kecil milik Erestha. Namun dengan cepat warna gelang tersebut mulai kehilangan cahayanya, dan perlahan ikut kehilangan warna juga tiap ukiran putih seperti asap dan air yang menjadi motif gelang unik tersebut. Gelang itu mulai kehilangan warna, dan dengan cepat kehilangan wujud kasat mata di pergelangan tangan Erestha, yang kini tak tampak lagi gelang tersebut.

Setelah gelang tersebut hilang dengan transparan, Egnise kemudian menurunkan tangannya kembali. Dia berbalik pergi dengan jubah yang sedikit terkibar mengikuti langkah lebarnya tanpa menoleh ke belakang.

Dua pintu dengan ukiran klasik yang tadinya tertutup langsung terbuka lebar ketika sosoknya menuju ke arah sana. Seolah tak hanya bisa memerintah makhluk hidup saja, bahkan benda mati pun patuh padanya.

Setelah melewati batas pintu dan menghilangkan sosok gagahnya, pintu itu perlahan dengan tenang menutup kembali.

Suasana kamar makin sunyi, hanya diisi oleh suara percikan api yang membakar arang di obor di tiap sudut ruangan, juga tungku api yang menjadi sumber cahaya di ruangan itu.

Mata Erestha mengerjap, kelopak netranya berkedut dengan penciuman asing menusuk hidung kecil dan mancungnya. Suara percikan api pun samar terdengar di telinganya. Merasa suasana asing dan seperti mimpi buruk itu membuat Erestha membuka kedua matanya.

Mimpi buruk yang dia impikan pun masih kalah dengan buruknya kenyataan yang ada di sekelilingnya sekarang.

Erestha dengan cepat bangkit untuk duduk dengan sangat ketakukan, melihat pemandangan asing yang serba hitam dan suram membuat Erestha mundur dengan gemetar.

Mata indahnya menoleh pada sekeliling, dia merasa sedang ada di penjara yang sangat besar. Suara yang terdengar di telinganya pun bukan suara kicauan burung ataupun air mengalir, namun suara bara api yang membakar arang. Dia menunduk untuk menoleh pada ranjang besar yang sedang menumpu tubuh kecilnya, satinnya sangat lembut, namun warnanya yang hitam membuat itu terlihat tidak cantik sama sekali bagi Erestha.

Ditambah bingkai kasur yang terbuat dari kayu dengan warna lagi-lagi hitam mengkilap diukir sangat detail berbentuk melilit seperti jalaran batang bunga mawar yang berduri.

Dua pintu besar berbentuk katedral yang bisa memuat raksasa menjulang tinggi di bagian bawah kasur. Ukiran pintu tersebut sangat menakutkan, Erestha tidak melihat material kaca yang berkilau seperti di kerajaan di atas sana. Pintu itu tampak dibuat dari seperti beribu pedang sangat tajam yang ditumpuk-tumpuk lalu dibakar. Yang bahkan jika disentuh dapat meninggalkan luka.

Warna jingga yang ditimbulkan oleh api di obor juga tungku menimbulkan kesan tambah menyeramkan di malam itu. Bahkan angin yang berhembus begitu kuat membuat kain hitam yang menutupi jendela sampai mengibar-ngibar.

Erestha sangat ketakukan dan merasa asing di sana, bahkan jika dilihat lebih teliti, dia bisa melihat bahwa ada kedua bola mata yang sedari tadi berkedip-kedip di tembok yang berukir menyeramkan itu. Seolah ada beberapa jiwa yang ditanam di sana dan dia merasa bahwa tembok pun hidup.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The King of Tenebris InferniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang