Chapter 2

179 36 3
                                    

Chapter 1 sepi komen, jadi up rada lama ehehehe 😆

Tandai kalau ada typo ya 🥰

Happy reading 🌹

*****

Ledakan tawa dan kepulan asap rokok beradu di warung samping tower yang berjarak satu kilometer dari belakang sekolah. Puluhan anak berseragam dengan logo DHS duduk di sana. Bukan melepas penat saat jam pelajaran yang memusingkan kepala selesai. Melainkan kabur dari guru konseling karena ketahuan adu jotos di lingkungan sekolah kemarin pagi.

"Lagian siapa sih, yang berani ngadu? Kemarin perasaan aman aja kita keroyok Noufal di belakang," gerutu Sidiq setelah mengembuskan asap rokoknya ke udara.

"Siapa lagi kalau bukan mantan tercintanya Prassanjaya ini. Ya nggak, Prass?" tanya Dede seraya merangkul bahu Prass.

"Sonia, maksud lo?" tanya Sidiq.

"Siapa lagi?"

Prass tidak berminat menanggapi obrolan kedua temannya. Ia segera mematikan rokok dan merogoh ponsel yang ada di dalam saku celananya. Sebelum membuka ponsel, Prass menoleh ke arah pintu warung. Ada dua anak baru yang bergabung dengan anggota geng mereka. Prass sudah mengenalnya dengan baik. Sam dan Rendra.

"Hei! Lo berdua anak baru!" seru Prass. "Sini!"

"Ada apa, Prass?" tanya Sam pada Prass tanpa embel-embel kakak. Memang sudah menjadi ketentuan anggota Battle. Jika sudah menjadi anggota, kedudukan mereka sama. Bahkan, para kakak kelas juga tidak mau dipanggil 'Kak' atau 'Bang' oleh junior yang baru bergabung. Senior junior sudah tidak ada lagi di sini. Mereka sangat loyal kepada sesama yang setia. Namun, jangan harap ada kata maaf untuk yang berkhianat.

Prass membuka ponsel, mencari sebuah foto yang diambilnya di kantin saat jam istirahat kemarin siang.

"Lo kenal mereka?" tanya Prass seraya menunjukkan sebuah foto pada kedua adik kelasnya.

"Wih, ada inceran baru lagi nih Prass!" seru Dede saat ikut melongok menatap layar ponsel milik Prass. "Anak kelas sepuluh cakep-cakep, ya?"

"Diem dulu, lo. Gue baru tanya ke Sam," kata Prass. "Kenal nggak sama mereka?"

"Kenal lah, Prass. Mereka temen sekelas gue," jawab Raendra setelah melihat wajah dalam jepretan itu.

"Siapa namanya?"

"Yang mukanya rada judes itu Pink. Kalau yang disebelahnya itu Alana."

"Pink? Lucu banget namanya. Judes tapi imut menurut gue," kata Dede.

"Pink anak sultan tuh. Anaknya Pak Brian Topaz. Dia nggak akan mau pacaran sama sembarang orang."

Mendengar ucapan Sam, Dede langsung mengangkat tangan tanda menyerah. "Ops! Ini bukan mundur alon-alon lagi. Tapi langsung tancap gas mundur. Makasih deh, mending gue jomblo daripada nanti bikin Pink sakit hati terus dipukulin bokapnya."

"Jadi si Pink ini yang tiap hari dijaga bodyguard di depan sekolah?" tanya Prass.

"Bener. Nggak ada yang berani deketin dia."

EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang