Chapter 8

56 8 0
                                    

Kembali lagi dengan Alana dan The Battle 🤣🤣🤣

Happy reading 🌹

*****

Prass meniup asap rokok ke udara seraya menengadahkan kepala. Beberapa kali ia melirik dan mengecek ponselnya. Seperti tidak sabar menunggu kabar dari seseorang.

"Noh, udah ditungguin Si Bos!"

Seruan Dede membuat Prass menegakkan punggung. Ia mengintip dari dalam warung dan tersenyum lebar saat Sam dan Rendra datang.

"Yang lain mana?" tanya Prass begitu Sam dan Rendra memasuki warung.

"Nge-band Prass," sahut Sam seraya melepas jaket. Cowok itu menyambar bungkus rokok yang tergeletak di meja dan mengambil satu batang rokok dari sana.

"Ck! Kan gue udah bilang, pulang sekolah dateng ke tongkrongan! Ikut Battle, tapi jarang ikut ngumpul!" gerutu Prass.

"Biarin aja. Yang penting nggak jadi pengkhianat Battle kalau gue mah!" Sidiq menimpali dengan santai.

"Telepon si Ivan gih! Suruh ke sini!" titah Prass.

"Nggak bisa, Prass."

"Kenapa nggak bisa?" tanya Prass dengan nada meninggi.

"Ya gimana? Alana ngotot ngajak mereka nge-band. Nggak bisa apa-apa mereka," tutur Rendra yang baru saja mengambil nasi beserta lauk pauk di warung.

Mendengar nama Alana, raut wajah Prass berubah lunak. "Oh, mereka nggak bisa ke sini karena Alana ngajakin nge-band?"

Rendra mengangguk. "Alana tahu kalau mereka gabung Battle. Ngambek deh doi. Kata Dimas, Alana uring-uringan dari kemarin. Dia bilang, kenapa sih gue dikelilingi anak-anak Battle?!"

Ledakan tawa menggema saat Rendra menirukan suara dan gaya bicara Alana.

"Pantes, Alana gue chat nggak dibales. Gue telepon juga nggak diangkat," kata Prass setelah mengecek ponselnya lagi. Masih kosong. Tidak ada notifikasi pesan dan telepon masuk nama Alana di sana.

"Samperin gih! Mereka nge-band di sekolah kok!" seru Dito.

"Nanti. Sabar." Prass mengetukkan jemarinya di atas paha. "Woy! Telepon Ivan, Dikta, Ahmad, atau Dimas deh! Siapa aja yang mau angkat telepon gue!"

"Wah, gue nggak ada nomornya!"

"Sam atau Rendra tuh! Mereka satu kelas pasti ada nomornya!"

"Ada nih gue. Sebentar," kata Sam seraya mengeluarkan ponsel dari saku celana. Ia mencari nomor ponsel teman-temannya dengan cepat, takut mendapat amukan dari ketua geng mereka.

"Cok! Lama banget angkat teleponnya!" semprot Sam saat panggilan telepon diangkat dari seberang. Ia langsung menghidupkan speaker agar Prass bisa mendengar obrolan.

"Sorry, gue lagi nge-band. Nggak kedengeran ada telepon masuk. Untung ini lagi istirahat," jawab Ahmad dari seberang telepon.

"Speaker aktifin dong! Gue lagi di tower nih bareng Bos!" perintah Sam.

"Oh, oke. Sebentar," kata Ahmad. "Gimana? Gimana?" tanyanya setelah menghidupkan speaker.

"Prass galau nih. Telepon Alana nggak diangkat. Chat juga dianggurin."

"Waduh. Sebentar," jawab Ahmad. "Al, lo nggak pegang hape ya dari tadi?"

"Hape gue di tas. Kenapa?" Suara lembut itu terdengar dari kejauhan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang