Chapter 6

61 11 0
                                    

Setelah satu abad cerita ini gantung, akhirnya aku bisa lanjut lagi 🥰

Apakah masih ada yang nunggu cerita ini up?

Jangan lupa tinggalkan jejak ya ❤️

Happy reading 🌹

*****

Mampus! Gue harus gimana, nih?

Alana mengacak-acak rambutnya hingga berantakan. Ia hanya bisa menatap layar ponselnya dengan wajah ditekuk. Ada dua pesan yang belum ia balas. Pesan dari Prass dan Zharfan masuk ke ponselnya di saat yang bersamaan.

Alana menggeram. Gara-gara Rendra, Prass berhasil mendapat nomor ponselnya tadi malam. Sementara Zharfan, ia sudah memiliki nomor ponsel cowok itu sejak masuk DHS.

Gue bales yang mana dulu ya?

Baru juga Alana akan membalas pesan dari Zharfan lebih dulu, sebuah panggilan telepon masuk ke ponselnya. Tubuhnya mendadak lemas saat mengetahui siapa si penelepon.

Aduh, Kak Prass kenapa sih pakai telepon segala? Nggak sabaran banget!

"Ha ... halo ...," sapa Alana takut-takut.

"Hai, Al. Maaf ya, aku telepon," sapa Prass di seberang telepon.

"Eh, iya, nggak apa-apa, Kak. Ehm ... omong-omong, ada apa, ya?"

Prass tertawa lembut. "Santai aja ngomongnya, Al. Jangan gugup gitu."

"I ... iya, Kak. Maaf, Kak. Habisnya kaget."

"Lucu banget sih, kamu!"

Jantung Alana berdetak lebih cepat seketika saat mendengar ucapan Prass. Gawat! Kenapa gue deg-degan gini dibilang lucu? Aduh, gue kan, mau pedekate sama Kak Zharfan. Kenapa gampang banget meleyot gini sama Kak Prass?

"Besok makan siang bareng, yuk?"

"Maaf, Kak. Alana nggak bisa. Besok ada eskul basket," jawab Alana lalu menggigit bibir bawahnya.

Jujur, Alana takut berhadapan dengan Prass. Bukan karena Prass menyeramkan, tetapi ia ngeri melihat siapa saja yang menjadi circle cowok favorit itu. Belum lagi cewek-cewek yang pernah dekat dan dibuat patah hati. Kalau nantinya ia ketahuan dekat dengan Prass, pasti dirinya akan memiliki banyak musuh secara tiba-tiba.

"Eh iya, kamu kan udah resmi jadi anak basket ya? Sayang banget ya, cewek sama cowok jadwal latihannya beda. Kalau jadwalnya bareng kan, aku bisa sering ketemu kamu."

Wait ... gimana? Gimana? Ini Kak Prass beneran mau deketin gue? Mampus! Gue harus jawab apa coba?

"Al?"

"Eh, iya, Kak?"

"See you besok, Alana."

See you besok? Maksudnya, dia mau dateng pas gue latihan basket? Aduh! Boleh nggak kalau gue bolos latihan aja?

***

"Gue jadian sama Kak Regi!" seru Sybil dengan wajah memerah.

"Akhirnya nggak di-ghosting ya Bil!"

"Pecah telor nih di antara kita berempat!"

"Habis ini kayaknya Alana bakal nyusul deh!" goda Sybil seraya melirik Alana.

Namun, Alana tidak memberi respons. Di saat dua sahabatnya heboh akan berita jadian Sybil dengan Regi, dirinya hanya berdiam diri. Bukan karena tidak ikut bahagia, tetapi perkataan Prass di telepon tadi malam sangat mengganggunya dan membuatnya tidak tenang.

EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang