27a. KEJUTAN PANAS

816 65 7
                                    

"Pernah nggak sih lo takut mati sebatang kara?"

Joy ingat pertanyaan Liliana waktu dia bilang mau hidup lajang selamanya. Joy menganggap konyol pertanyaan Liliana, sebab dari dalam kandungan dia hidup sendiri, bukan anak kembar. Lahir ke dunia sendiri.
Joy punya Juan, tapi bukan berarti mereka selalu bersama. Mereka punya kegiatan sendiri, teman main sendiri, kenalan sendiri. Malah Juan menolak bersekolah di SMA yang sama dengan Joy. Felix mengabulkan karena menganggapnya sudah cukup matang mengambil keputusan atas apa yang baik dan buruk.

Joy punya sahabat pada setiap level sekolahnya. Ada sahabat SD, sahabat SMP, sahabat SMA, dan sahabat kuliah. Jalan ke mana saja bersama. Sangking akrabnya malah mendeklarasikan slogan best friend forever. Beli gelang persahabatan pula. Janji tinggal janji. Begitu jenjang kehidupan berubah, otomatis sahabat yang dulu satu frekuensi menghilang. Jadi, apa yang harus Joy takutkan?
Tidak bahagia?

Bahagia macam apa? Apa kabar istri-istri yang disiksa lahir-batin oleh suami. Kalau pernikahan pasti menjadi sumber kebahagiaan, sudah pasti tidak bakal ada istilah KDRT. Kalau pernikahan menjamin kebahagiaan, tidak bakal ada perselingkuhan. Joy berani jamin dia lebih bahagia dibandingkan Liliana.
Single artinya bebas. Kapan mau ke salon, kapan mau nonton film, kapan mau belanja, semua ditentukan sendiri. Tidak seperti Liliana, mau ibadah Minggu di gereja saja menunggu persetujuan suami.
Dulu saat tinggal serumah dengan Felix dan Juan, Joy rutin hadir misa Minggu pagi. Keluarga Darmawan termasuk Liliana jarang absen misa. Sekarang, Joy tidak pernah lagi berjumpa dengan Liliana. Sahabatnya semakin bertingkah misterius. Alasan kenapa bobot tubuhnya kian merosot saja dia tidak mau bilang. Feeling Joy mengatakan Samuel berperan merampas kebahagiaan Liliana. Tapi Joy bisa apa? Selama sahabatnya tidak minta tolong, dia berasumsi semua baik-baik saja.

Pukul 7 tepat. Joy mengirimkan pesan WhatsApp kepada Liliana.

Aurea Joy:
Misa bareng yuk. Gue ke Stella Maris, dekat kan dari rumah lo.

Joy kangen kebiasaan lama, ke mal bareng Liliana atau wisata kuliner sepulang misa. Keluarga Wiyono dan Darmawan mungkin tidak terlalu akrab secara bisnis. Namun mengingat mereka terhitung satu paroki, sehabis dari gereja tak jarang berburu makanan. Joy berharap Liliana datang. Liliana seperti menghilang belakangan. Joy pun tidak terlalu berharap mereka akan bertemu di gereja.

🔫 🔫 🔫

Bangku gereja hampir penuh saat Joy tiba. Dia harus puas berada di tiga deret dari belakang. Ibunya mengajari untuk berdoa sebelum misa dimulai. Itulah yang dia lakukan. Bersyukur atas berkat Tuhan.

Usai membuat tanda salib penutup, Joy menoleh ke sebelah. Menaikkan alis mendapati laki-laki yang duduk di sebelahnya.

"Kamu misa di sini? Bukannya jauh dari mess ya?"

"Lagi cari tempat jalan-jalan yang bagus."

Leander paling jago memberikan jawaban tak terduga. Masa orang ke gereja niatnya jalan-jalan bukan ibadah? Joy heran.

"Habis dari sini mau ke mana?"
Berani sekali Leander bertanya. Pengawal JAWS Guard lain mana ada yang seberani dia, menanyakan ke mana Joy pergi. Iris hitamnya lebih lancang lagi, bukannya menatap mata Joy malah terarah ke bibirnya.

Leander pernah berciuman dengan seorang Kowad. Resminya mereka tidak pacaran meskipun saling suka. Seamin tapi tidak seiman, penghalang terbesar keduanya bersatu. Setelah Kowad itu dilamar orang, Leander menutup pintu hatinya. Sejak itu belum pernah ada bibir perempuan yang menarik perhatiannya. Sampai dia menemukan bibir Joy. Salahnya sendiri memata-matai Joy. Leander jadi bisa melihat pantulan bibir wanita itu dipulas lip tint setiap pagi di cermin.

"Ke kantor JAWS, latihan Jiu-Jitsu."

Joy rutin melatih kemampuannya. Felix mendatangkan pelatih martial art ke rumah sejak Joy berusia 6 tahun. Joy dan Juan belajar beberapa untuk menjaga diri. Terbukti bermanfaat. Joy pernah melawan orang yang mau menjambret tasnya dengan Jiu-Jitsu.

The J8Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang