2. SEPERTI PERNAH MENDENGAR NAMA INI

629 71 4
                                    

Jogja, terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan.

Apa agamamu?

Agamaku air yang membersihkan pertanyaanmu.

Dalam secangkir teh ada hati Jogja yang lembut meleleh.

Dalam secangkir kopi ada hati Jogja yang hati-hati waton hepi.

Dalam secangkir senja ada hati Jogja yang hangat dan berbahaya.

Cinta Joko Pinurbo pada Jogjakarta tersampaikan jelas dalam untaian puisinya. Boleh jadi orang akan mengernyit jika menyandingkan Jogjakarta dengan Kyoto. Namun, belum ada padanan kota yang pas dengan Jogjakarta selain pusat budaya Jepang. Tradisi berkompromi dengan modernisasi. Gedung pencakar langit berdampingan dengan permukiman lawas mengapit gang sempit. Hiruk pikuk aktivitas futuristik berbaur tradisi klasik. Mencipta harmoni yang pada akhirnya membuncahkan rindu.

Leander tidak terlalu mengenal sastrawan Joko Pinurbo. Mengetahui karya-karyanya pun hanya dari seniornya yang belajar menggombal demi mendapatkan hati wanita pujaan. Namun yang jelas, kesan Jogjakarta akan selalu terpatri dalam ingatannya. Dia tidak pernah kekurangan apa pun di sini. Mulai gunung sampai pantai tersedia. Percampuran agama di Indonesia tercermin nyata. Umat Katolik senusantara dapat berziarah ke Sendangsono. Muhammadiyah yang merupakan basis muslim terbesar Indonesia lahir di Kauman. Kejayaan Hindu dapat dikagumi jika berkunjung ke Candi Prambanan. Mbok bakul berkain jarik berpapasan dengan generasi Z bercelana jins sobek. Semuanya ada, juga tawa Leander, ketegangan, pencapaian, persahabatan, serta air mata.

Gerbang besi lembaga pemasyarakatan terbuka. Leander memanggul ransel, menoleh ke belakang sebagai salam perpisahan.

"Sampai ketemu, Serda Leander," ucap Sipir lalu terkekeh. "Ndak, saya salah. Jangan sampai kita ketemu lagi. Kalau ketemu enaknya di SGPC, sambil makan pecel."

Leander tahu Sipir Lapas menyebutkan pangkatnya sebagai tanda penghormatan. Namun dia justru merasa tersayat mendengarnya, sebab sadar bahwa dia tidak berhak lagi menyandang gelar itu. Leander mengangguk, tidak membalas dengan kata-kata. Sipir tadi lantas menepuk-nepuk punggung Leander.

Seiring detik arloji Victorinox yang bergerak, Leander harus membiasakan menjadi warga sipil. Ucapkan selamat tinggal pada baret merah dan Avtomat Kalashnikova 1947. Hak dan kewajiban militernya telah dilucuti. Jujur, Leander gamang seperti tiada tujuan hidup. Haruskah sekarang dia terjun ke Kali Code? Loncat dari jembatan lalu membiarkan kepalanya terantuk batu-batuan, terseret arus sampai nyawanya putus begitu saja?

Lalu hati kecil Leander tertawa. Sepecundang itukah dirinya sekarang? Baru enam tahun mendekam di jeruji besi sudah menyebabkan ciut nyali. Mana semboyan berani, benar, berhasil yang dulu menggelora di dadanya? Mana sesanti dwi dharma bhirawa yudha yang dibangga-banggakannya? Perang menjadi makanan sehari-harinya dulu. Bukankah dia berkali-kali bercumbu dengan maut, tetapi pada akhirnya keluar sebagai pemenang?

Leander meraba sakunya. Kosong. Miskin. Recehan pun tidak punya. Berarti dia tidak bisa naik Transjogja. Menumpang becak pun terlalu jauh. Lapas terletak di barat laut, sementara rumahnya di tenggara. Leander memaksa berjalan kaki sejauh yang dia mampu, menganggapnya long march dari Batujajar sampai Cilacap.

Dua jam Leander berjalan tanpa henti. Matahari semakin tinggi, panasnya membakar pori-pori. Dia mengelapkan lengan kemeja menyeka kening. Punggungnya basah kuyup. Perutnya keroncongan. Beruntung di sepanjang Margo Utomo banyak pohon asem. Leander berteduh di bawahnya, memetik daun-daunnya yang asam untuk pengganjal perut dan meredakan haus, meskipun yang diminum adalah liurnya sendiri yang secara alami mengucur akibat rasa asam.

Leander berjongkok di trotoar, melepas sepatu lars hitam. Kulit telapak kakinya mengelupas. Enam tahun dalam sel agaknya menipiskan daya tahan. Sewaktu aktif di kesatuan, dia sering mendaki gunung, menyibak hutan, menyelami sungai dan lautan, menahan ribuan pukulan. Fisiknya prima dan biasa saja menerima hajaran demi hajaran. Lihat Leander sekarang, meringis pedih. Cengeng betul.

The J8Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang