0.6

209 27 1
                                    

Manusia memang mudah terperdaya. Percaya, dan akhirnya kecewa. Percaya lagi, dan siap menanggung kecewa untuk kedua kali. Mungkin, Chan memang terlihat begitu lemah dan mudah goyah hanya dengan ucapan. Dia bukan lagi Chan si kepala batu dengan hobi menentang segela perintah dan ucapan abangnya Seokmin yang menurut Chan tidak benar. Pemuda itu kini menjadi sosok yang patuh, lebih tepatnya seperti boneka hidup yang diperbundak banyak jiwa di dalam banguanan tua itu.

Seperti sekarang, pemuda Lee itu bergegas menuju ruang kepala sekolah. Ia mendapat jawaban dari segala pertanyaan yang sebelumnya belum sempat dijawab baik oleh Hong Jisoo, atau Kim Mingyu. Chan sekarang tahu semua fakta. Bahkan cerita asal mula sebelum semuanya menjadi runyam dan memakan korban seperti ini.

Mike—atau yang sempat Chan salah artikan sebagai Kim Mingyu. Lebih tepatnya jiwa yang mengambil alih tubuh Kim Mingyu.

"Lo—"

"Ya, semua yang ada disini udah mati. Kecuali lo, dan mungkin—abang lo?"

"Gue pingin tahu semuanya, Kak. Baru gue bisa percaya sama kalian."

Satu helaan nafas Wonwoo hembuskan. Pemuda itu menarik kursi lantas menjatuhkan diri disana. Maniknya terus mengintai seorang Lee Chan layaknya tersangka. Jemari pemuda itu mengetuk pada meja dengan tempo pelan dan beraturan.

"Semua?" Chan mengangguk cepat.

"Orang yang lo temui itu bukan Mingyu, tapi Mike. Jiwa yang penuh dengan kebencian dan belum bisa menerima kenyataan bahwa dirinya sudah mati. Secara kasar, Mike mengambil alih tubuh Mingyu karna memang dia adalah orang yang terakhir mati diantara kami."

Chan diam. Berpikir keras, "Kami?"

"Ya. Gue, Jisoo, Mingyu, Jihoon adalah sahabat," ucap Wonwoo tenang.

"Intinya, Mike dulunya juga manusia. Mike dengan segala obsesinya untuk memiliki pengikut setia—dari dunia lain justru menjadikan kami korban. Gue sendiri nggak tahu alasannya apa sampai dia jadiin kita korbannya. Jihoon jadi korban pertama. Dan gue juga nggak tahu cara manipulasi apa yang Jihoon lakuin supaya jiwa kita nggak lenyap dan masih bisa bertahan. Sedangkan tubuh kita—" Wonwoo menggeleng. Bahkan sampai detik ini ia terus mencari keberadaan tubuhnya yang sangat pemuda itu yakini tidak jauh dan masih berada diruang lengkup bangunan tua ini. Semua usahanya gagal, bahkan satu pun petunjuk tidak pemuda itu dapatkan.

"Kalau gitu, penyebab Mike mati apa?" tanya Chan penasaran.

"Gue baru tahu ternyata setiap tumbal yang dikorbankan berdasarkan apa kemauan iblis itu."

Chan sempat tak percaya, namun anggukan Wonwoo setidaknya menjadi final bahwa apa yang ia pikirkan itu sangat tepat. Ya, Mike mati karna iblis itu menginginkannya jadi korban berikutnya. Jiwa Mike yang menyatu bersama iblis itu—menambah kekacauan.

"Kalau gitu di mana jiwa Kak mingyu sekarang? Kenapa nggak sama kalian?" Wonwoo menggeleng lemas. Pemuda itu sebenarnya tak mau kembali mengingat hal menyakitkan ini. Namun Chan menginginkannya, Chan ingin tahu semuannya. Jadi Wonwoo akan bercerita.

"Mungkin udah tertangkap?"

Seketika hening. Chan merasa tak enak hati karna secara tidak sengaja telah membuka luka lama bagi pemuda itu. Chan memang tak tahu seberapa kental persahabatan mereka, namun sepertinya ikatan itu begitu kuat.

"Kak!" penggilnya tiba-tiba. Membuat Wonwoo langsung mengangkat wajah spontan.

"Kak Mingyu belum sepenuhnya hilang. Gue ketemu dia, di kamar mandi waktu ambil HP." Chan sangat yakin bahwa yang ia temui sewaktu di kamar mandi adalah jiwa Kim Mingyu. Mingyu yang asli. Karna aura dari pemuda itu bisa Chan rasakan berbeda.

[𝟏]  𝐬𝐜𝐡𝐨𝐨𝐥 (𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐚𝐤 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐢𝐡𝐚𝐭) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang