0.7

365 37 0
                                    

Chan menahan nafas setelah berhasil menyelinap masuk ke dalam ruang kepala sekolah. Tadi pemuda Jeon itu sempat memberinya ramuan—entah itu ramuan apa Chan tidak tahu. Bahkan sepertinya ramuan itu tidak berefek apa-apa untuk tubuh Chan. Chan masih merasa biasa, tidak menjadi kuat ataupun lemas bukan main.

"Waktu gue nggak banyak!" ucap Chan setelah melirik jam dipergelangan tangan kiri. Ia bahkan hanya punya waktu kurang dari satu jam. Belum lagi Chan harus berlari ke rooftop yang entah membutuhkan waktu berapa lama karna banyaknya anak tangga yang harus ia lalui. Kemungkinan besar tingkat keberhasilan Chan memang tipis, pemuda itu juga pesimis bisa melakukannya. Tapi—Kak Wonwoo bahkan sudah berkorban supaya Chan bisa keluar dari tempat ini. Belum lagi Kak Jisoo, Kak Mingyu yang asli—mungkin? Dan yang tak akan pernah Chan lupa adalah jasa Kak Jihoon.

Chan menatap jeli setiap sudut. Rak buku yang berserakan, beberapa noda darah yang tertinggal di atas lantai membuat Chan meneguk ludah kasar. Langkah jenjang itu mulai berjalan mendekat ke arah meja kerja kebanggaan kepala sekokah. Masih dengan nafas yang memburu, bersama tangan yang bergetar, detak jantung yang menggila di dalam sana, pemuda itu nekad mencari sepasang liontin seperti yang Wonwoo maksud.

Semogo saja, ucapan Mingyu sewaktu di kamar mandi adalah petunjuk mengenai sepasang liontin berbentuk matahari itu.

Chan awalnya memang tak pernah percaya dengan hal-hal berbau mistis. Mantra, sihir, kutukan, tumbal dan semacamnya tak pernah masuk ke dalam kamus seorang Lee Chan. Itu semua mustahil terjadi di dunia yang diisi kaum milenial seperti sekarang. Tapi setelah satu hari yang ia lewati tanpa jeda waktu untuk beristirahat bahkan menarik nafas lega—Chan akhirnya paham. Dunia lain itu ada, mantra itu ada, sihir itu ada, kutukan, tumbal, semua itu ada dan nyata terjadi di dunia.

"Kendaliin diri lo, Chan!"

Chan mulai mencari disekitar meja. Membuka lemari kecil yang nyatanya hanya berisi berkas. Menyibak setiap halaman berkas tersebut dan hasilnya sama sekali tidak sesuai harapan. Chan tak menyerah, ia mencari ke bagian lain sebisa kempuan yang pemuda itu miliki. Mengeluarkan semua tenaga karna waktu terus memburu meminta Chan segera cepat dan menyelesaikan ini semua. Chan harus kembali ke dunianya bersama Seokmin. Semoga saja Hong Jisoo berhasil menemukan abangnya. Entah dalam keadaan apa pun itu, Seokmin harus ketemu. Dan Chan memaksa!

"Disini nggak ada!"

"Dimana sih?"

Chan beralih pada almari besar yang tepat berada di belakang meja kepala sekolah. Almari berukiran cantik yang rasa-rasanya sudah sangat berumur. Pemuda itu membukanya, memperhatikan semua isi yang kebanyakan hanya timpukan kertas yang tersusun rapi. Chan mengangkat satu tumpukan kertas yang sudah terikat menggunakan tali. Menaruhnya di atas lantai, dan mengambil tumpukan kertas lainnya untuk pemuda itu singkirkan. Mungkin saja sepasang liontin yang Wonwoo maksud terselip dan berada dibagian paling belakang? Jadi pemuda Lee itu menurunkan semua tumpukan kertas.

Tidak ada.

Chan sudah ingin sekali mengumpat, berteriak sekuat tenaga membuang segala rasa emosi yang masih bersarang di diri pemuda itu. Chan ingin memaki tantang hidupnya yang begitu menyedihkan karna terjebak di tempat yang dipenuhi—mereka, yang tak terlihat hanya dengan mata biasa. Yang memburu satu sama lain untuk tetap bertahan lebih lama. Yang berpura baik namun nyatanya menusuk dari belakang. Benar kata Hong Jisoo sewaktu mereka bertemu untuk pertama kali di kamar mandi kemarin siang.

"Nggak juga sih. Menurut gue malah kebanyakan dari mereka lebih berlaku kasar dan serakah."

Chan terdiam. Wajah pemuda itu ia usap gusar lantas memijat tengkuk yang pegal bukan main.

Tunggu.

"Hmm?" gumamnya lantas berjongkok. Tubuh Chan yang bisa dikatakan ideal itu condong masuk ke dalam almari memastikan bahwa yang ia lihat itu benar. Ada sebuah tombol berwarna silver pada bagian rak paling bawah. Chan lantas memencet tombol itu, membuat benda yang terbuat dari kayu bergesar ke samping kanan dan membuka jalan rahasia yang ternyata terletak tepat dibawah almari. Chan segera keluar dan mendekati lubang beranak tangga itu.

[𝟏]  𝐬𝐜𝐡𝐨𝐨𝐥 (𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐚𝐤 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐢𝐡𝐚𝐭) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang