"Dengan Pak Jeka, Pak Vito dan adik kecil cantik ini Jena ya?"
Kini Vito, Jeka, dan Jena telah berada di rumah sakit dimana Dokter Bima bekerja. Mereka tengah bertemu dengan suster untuk menunggu nomor antrian dan terlihat Bima telah masuk ke ruangannya setelah istirahat.
Mereka bertiga duduk menunggu hingga giliran mereka tiba. "Nona Jena silahkan masuk," ucap suster tadi.
Kini Jeka diikuti Vito membawa Jena masuk ke dalam. Sama seperti dokter anak pada umumnya, ruangan ini cerah penuh warna diikuti dengan mainan kecil di sana yang akan membuat anak-anak tenang seperti Jena yang saat ini tengah bermain.
"Siang dengan Pak Jeka? Saya Dokter Bima yang akan mengecek Jena hari ini. Sebelumnya ada keluhan apa pak?"
Vito berdiri dari duduknya dengan alasan hendak menemani Jena bermain tapi sebenarnya ia mencari bukti foto ataupun lainnya. Sedangkan Jeka bingung karena harus menjawab apa.
Sedangkan Vito menemukan sebuah buku diari di atas meja belakang Bima. Segera Vito menyuruh Jeka untuk menemani Bima terus berbicara sedangkan dirinya perlahan membuka diari itu.
"I-iya dok, Jena tuh kalau makan susah. Dia harus dipancing dulu pakai mainan. Apa ada sesuatu untuk meningkatkan keinginan Jena untuk makan?" tanya Jeka bingung mau menanyakan apa lagi.
Padahal sudah jelas anaknya itu rajin makan. Semua orang akan berspekulasi demikian karena tubuh Jena yang gendut dan pipinya yang menggemaskan. Begitupun dengan Dokter Bima saat ini.
"S-saya rasa anak Pak Jeka tidak kekurangan nafsu makan. Beratnya ideal dengan tingginya dan itu baik untuk perkembangan anak seusianya," balas Bima.
Vito yang sudah membaca diari tersebut pun kembali ke tempatnya seolah tak ada yang terjadi, "Saya rasa dokter sudah memiliki anak karena paham sekali dengan anak-anak."
Bima terkekeh pelan, "Tidak pak. Saya seorang dokter anak dan tentunya paham. Saya belum menikah karena wanita yang saya ingin nikahi masih belum bisa melupakan mantan suaminya."
"Mantan suami? Maaf dokter saya lancang tapi sepertinya dokter sangat mencintai gadis itu." ucap Jeka.
"Benar Pak. Dia punya anak satu dan masih memikirkan masa depan anaknya yang sampai sekarang belum mengetahui siapa ayahnya. Astaga maaf pak saya jadi menceritakan keluh kesah saya kepada pasien," ucap Bima meminta maaf terus menerus.
Sedangkan Vito kini mengarang sebuah cerita. Akhirnya mereka segera pulang mengantar Jena dan melanjutkan perjalanan mereka menuju rumah Yerina. Jeka melihat reaksi berbeda dari kakaknya saat ini.
Pasalnya kakaknya itu terlihat berpikir sejak tadi, "Ada apa kak? Memikirkan ucapan Dokter Bima?"
Vito mengangguk sebagai tanda iya, "Apakah wanita yang dimaksud Dokter Bima adalah Yerina?"
Jeka membulatkan kedua bola matanya. Pasalnya semua ciri-ciri itu mendekati ciri Yerina. Dari segi pernikahan dan tentunya anak. "Jadi Vina adalah anak kalian kak?"
****
"Vina jangan lari-lari sayang."
Kini Yerina duduk santai di teras rumahnya menemani Vina bermain. Pikirannya terus melayang mengingat 5 hari lagi gadis kecilnya akan dioperasi. Namun tidak ada persiapan biaya yang ia miliki.
Tiba-tiba, sebuah mobil berhenti tepat di depan rumahnya. Itu bukan mobil milik Bima lalu siapa? Yerina tidak memperdulikannya karena mungkin mobil tamu tetangganya. Namun semua pemikirannya itu salah ketika ia lihat sosok yang menghancurkannya tiga tahun lalu.
"Vina masuk kamar dulu sayang."
"Kenapa mama?" tanya Vina lugu.
Yerina menguatkan dirinya untuk tidak emosi saat itu juga, "Ikuti perintah mama Vina."
Akhirnya gadis mungil itu segera masuk. Melihat Vina masuk membuat dua pria yang datang ini masuk ke halaman rumah Yerina. Wanita itu masih tidak berbuat apapun saat ini.
"Apa maumu kemari?" tanya Yerina.
"Vina anakku?"
Yerina cukup terkejut. Bagaimana bisa Vito tahu bahwa Vina adalah anaknya? Dua pria yang datang itu adalah Vito dan Jeka. Jeka sendiri hanya menyaksikan keduanya dari jauh tanpa ingin mengganggu.
Begitupula dengan Yerina yang mencoba untuk tidak menunjukkan ekspresi terkejutnya saat ini. Ia meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja. Dengan diamnya Yerina membuat Vito menyimpulkan bahwa benar Vina adalah anaknya.
"Siapa namanya? Kapan dia lahir? Kenapa kau tidak memberitahuku Yerina?" Vito mengamuk.
Vito marah karena selama bertahun-tahun Yerina menyembunyikan identitas darah dagingnya sendiri dan juga kehamilan istrinya. Yerina sendiri tersenyum masam mendengar teriakan Vito.
Bersamaan dengan teriakan Vito, Lia datang dengan sepedanya dengan niat ingin bermain bersama Vina. Betapa terkejutnya ia saat melihat kehadiran Vito di sana.
Yerina yang masih diam setelah mendengar amukan Vito tadi meminta Lia untuk melakukan sesuatu, "Tolong bawa Vina sementara. Ada yang harus aku selesaikan."
Lia mengangguk dan kini memanggil Vina. Mata Vito terus memperhatikan wajah gadis kecil itu. Alis dan matanya mengikuti wajah Yerina sedangkan hidung dan mulutnya serta senyum kotak itu milik Vito.
Setelah Vina dan Lia pergi. Kini Yerina menatap Vito dan mencoba menenangkan perasaannya yang tidak karuan saat ini. Bertemu dengan masa lalunya dan membuka luka lama membuatnya hampir gila.
"Haruskah kau tahu bahwa anak kecil itu siapa? Bukankah aku menjadi yang kedua untukmu tanpa aku tahu kebenarannya? Jangan meminta suatu hal yang mencerminkan dirimu Vito."
Kata-kata yang diucapkan Yerin sebagai bumerang bagi Vito sendiri. Pasalnya ia sadar bahwa telah membuat luka yang begitu dalam pada wanita yang sangat ia cintai.
Jeka mengerti sekarang. Jikalau memang benar bahwa Vina adalah anak Vito dan Yerina ini adalah alasan mengapa wanita itu menyembunyikan identitas anaknya. Ia tidak mau anaknya tersakiti karena mengetahui masa kelam ibunya bersama ayahnya.
Tanpa terasa bulir air mata kini membasahi pipi Yerina. Hal itu tertangkap oleh Vito yang kini melemah, "Aku tahu aku salah. Aku mohon maafkan aku, Yerina. Satu hal yang pasti, aku sangat mencintaimu."
"Sayang sekali aku sudah tidak mencintai pria bejat sepertimu."
Vito menghela napas panjang dan membiarkan Yerina sendiri untuk sementara dan dirinya menenangkan diri terlebih dahulu. Vito berlalu menuju mobil sedangkan Jeka mendekati Yerina.
Wanita menangis sejadi-jadinya saat Vito pergi dan tersisa Jeka di sana. "Aku paham kalau Kak Vito sangat menyakiti perasaanmu. Begitupun dengan aku yang pasti menyakitimu saat kami semua berbohong. Satu hal yang tidak bisa kau lupakan Yerina. Tidak ada bekas ayah."
Setelah berucap demikian, Jeka ikut berlalu menuju mobil dan meninggalkan kawasan rumah Yerina. Sedangkan wanita itu kini terduduk sambil menangis. Hingga satu nama terpikirkan olehnya. Ia juga merindukan nama itu.
"Apa kabar kamu Viren?"
TBC
Akhirnya Vito tahu kalau Vina anaknya tapi gimana kelanjutannya ya?
See you ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu
Short Story*𝑫𝒊𝒔𝒄𝒍𝒂𝒊𝒎𝒆𝒓* 𝑫𝒊𝒉𝒂𝒓𝒂𝒑𝒌𝒂𝒏 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒄𝒂 𝒃𝒐𝒐𝒌 "𝑲𝒆𝒅𝒖𝒂" 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒅𝒂𝒉𝒖𝒍𝒖. 𝑺𝒆𝒒𝒖𝒆𝒍 𝒅𝒂𝒓𝒊 "𝑲𝒆𝒅𝒖𝒂" **** Sudah jauh aku berlari, namun apakah aku harus kembali ke titik awal? - Yerina. Sejauh...