"Yerina."
Bima keluar dengan raut wajah yang tak bisa diartikan. Yerina segera berdiri dari tempatnya meninggalkan Vito. Bima sedikit terkejut melihat kehadiran Jeka dan Vito serta Luna yang pernah menjadi pasiennya.
"Ada apa Bima? Vina baik-baik saja kan? Ceritakan padaku Bima!" Yerina kini berteriak kepada dokter tampan itu.
"Penyakit Vina semakin parah. Dia membutuhkan operasi itu, Yerina."
Hancur Yerina saat ini. Anak sekecil itu harus melalui operasi berat seperti ini. Dia tidak punya apapun saat ini. Perhiasan pun untuk dijual tidak ada satu pun. Ia menghubungi Lia.
Bima mencoba menenangkan Yerina dan menghalanginya untuk melalukan yang aneh. Tapi Yerina tetap wanita yang keras kepala terap menghubungi Lia. Hingga Lia menjawabnya.
"Lia jual toko kita saat ini juga! Aku cari pembeli apa saja yang penting laku saat ini. Aku membutuhkan biaya itu Lia, aku mohon!"
"Biar aku yang membayarnya, Yerina." Vito berdiri dan mendekati Yerina dan Bima.
Bima mengingat kisah Yerina dan baru tersadar bahwa pria yang pernah ia temui itu adalah suami Yerina. Ia mencoba memasang raut wajah serius karena takut ketahuan oleh Yerina bahwa ia terkejut saat ini.
Mendengar ucapan Vito, Yerina naik darah seketika. Ia tidak ingin Vito ikut andil dalam kasus Vina saat ini. Tetapi Vito tetap memaksa, "Yerina. Vina juga anakku dan aku berhak mengeluarkan biaya untuknya."
"Aku tau Vina anakmu dan aku, Vito. Tapi aku menyesal karena harus kamu ayahnya. Aku hanya yang kedua bagimu dan sama halnya dia yang menjadi bagian kedua dalam hidupmu!" bentak Yerina.
Jeka yang merasa sudah tidak kondusif pun mendekat, "Kak Yerina. Aku mohon beri Kak Vito kesempatan untuk membantu putrinya. Lagipula menjual toko bukan perkara yang mudah dalam waktu yang singkat."
Bima ikut mengajukan diri, "Aku saja yang membayar semuanya, Yerina. Kau lupa kalau ada aku yang selalu menemanimu. Kau tenang saja."
"Tidak Bima. Kau sudah sering membantuku dan aku tidak mau karena ini kau harus mengeluarkan biaya besar lagi. Aku sudah membuatmu kesulitan lagi," ucap Yerina tidak enak hati.
Tiba-tiba dering telepon Yerina berbunyi. Segera ia mengangkatnya karena itu telepon dari Lia. Saat ini Yerina hanya berharap hanya kabar baik yang dibawa Lia untuk tidak memperkeruh suasana hatinya.
"Maaf kak. Pembeli secara cepat ini tidak mungkin. Bagian penjual rumah pun tidak bisa membantu."
"Sial! Aku harus apa sekarang?"
Vito menarik tangan Yerina dan menatap mata cantik milik wanita itu lalu menguncinya. Semua orang menatap keduanya haru karena hubungan yang terjalin diantaranya dulu adalah sebuah larangan.
Namun kini hanya Yerina dalam hidup Vito. Bukan lagi kedua tetapi menjadi satu-satunya dalam hidup pria itu. Ia pun meyakinkan Yerina, "Beri aku satu kesempatan Yerina. Aku mohon. Berikan aku kesempatan untuk menjalani rumah tangga denganmu dan juga bersama anak kita, Viren dan Vina."
Rasa sakit pada hati Yerina tidak akan sembuh begitu saja. Sungguh sakit luka hati beberapa tahun lalu kini terungkit kembali dan menambah bekas itu semakin dalam. Wanita itu bingung harus bagaimana saat ini. Banyak hal yang ia pertimbangkan.
Hingga seorang anak kecil yang sudah mulai beranjak remaja berlari ke arahnya. Anak itu terlihat khawatir melihat ibu sambungnya itu menangis dan bergetar, "Viren gak ngerti apa yang terjadi diantara papa dan mama tapi Viren mohon jangan mementingkan ego kalian sendiri. Kasian adik Vina yang saat ini butuh pengobatan dan harus menunggu hanya karena perdebatan kalian."
![](https://img.wattpad.com/cover/276753117-288-k797955.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu
Короткий рассказ*𝑫𝒊𝒔𝒄𝒍𝒂𝒊𝒎𝒆𝒓* 𝑫𝒊𝒉𝒂𝒓𝒂𝒑𝒌𝒂𝒏 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒄𝒂 𝒃𝒐𝒐𝒌 "𝑲𝒆𝒅𝒖𝒂" 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒅𝒂𝒉𝒖𝒍𝒖. 𝑺𝒆𝒒𝒖𝒆𝒍 𝒅𝒂𝒓𝒊 "𝑲𝒆𝒅𝒖𝒂" **** Sudah jauh aku berlari, namun apakah aku harus kembali ke titik awal? - Yerina. Sejauh...