TUJUH

123 29 2
                                    

Toko bunga Yerina hari ini tetap ramai seperti sebelumnya. Vina juga tentunya ada di sana menemani ibunya. Yerina melihat jam dan ternyata sudah mendekati waktu makan siang gadis kecilnya itu.

Segera ia menuju ke belakang mempersiapkan makanan. Tiba-tiba pintu toko terbuka memperlihatkan anak kecil yang berusia 6 tahun masuk ke dalam. Lia cukup terkejut melihat gadis itu karena ia kenal dan sangat kenal.

Setelah mempersiapkan makanan Vina, Yerina keluar untuk menyuapi gadis kecilnya itu. "Lia kalau mau makan di luar biar aku saja yang menja---"

"Mama Yerina."

***

Kini Yerina, Vina, dan tentunya Viren tengah berada di Kafe anak dekat Toko Bunga milik Yerina. Wanita itu cukup terkejut melihat anak yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri itu datang ke tokonya.

Yerina masih belum sanggup jika harus melihat Viren saat ini yang ternyata ikut membohonginya. Ia meminta Vina untuk bermain sebentar di sana sedangkan dirinya tengah berbincang dengan Viren.

"Apa kabar sayang? Viren sehat?" tanya Yerina.

Viren pun mengangguk, "Siapa dia ma? Anak mama?"

Yerina kini bingung bagaimana harus menjelaskannya pada Viren, "I-iya itu anak mama."

Viren terlihat sedih dan ia mengingat bahwa ia pernah menolong anak itu di kafe ini juga. Gadis kecil itu menangis karena terlalu rindu pada Mama Yerina yang lebih ia sayangi dari ibu kandungnya.

Gadis kecil itu turun dari bangkunya dan memeluk Yerina. Secara otomatis Yerina ikut memeluk erat gadis kecilnya itu. Bagaimanapun ada banyak waktu yang mereka habiskan sebelumnya dan memiliki ikatan seperti ibu dan anak.

Air mata Yerina jatuh begitu saja. Begitupun dengan Yerina yang menangis. Setelah merasa tenang, Yerina kembali mendudukkan Viren di bangkunya. Gadis kecil itu masih menangis dengan hidung kecilnya yang merah.

"Viren kangen sama Mama Yerina. Sejak Mama Yerina pergi, Mama Irina ikut pergi. Viren cuma sama Ttinb. Papa juga jadi gak seperti biasanya, Ma. Dia jarang makan, jarang main lagi sama Viren dan selalu peluk foto Mama Yerina sebelum tidur."

"Palingan kalau mau main, Viren cuma ke rumah Jena main sama Tante Luna. Semuanya pergi ninggalin Viren. Mama Yerina juga."

Yerina segera menggenggam tangan mungil Viren, "Gak gitu sayang. Mama udah gak bisa sama papa jadinya kita pisah dan mama pergi ke sini mulai kehidupan baru mama."

"Kenapa gak pernah hubungin Viren? Mama punya nomor Ttinb kan?" tanya Viren lagi.

Yerina benar-benar takjub. Bocah seumur Viren yang sudah mengerti banyak hal dan punya banyak pertanyaan. 3 tahun ia meninggalkan gadis kecil ini dan benar-benar sudah tumbuh besar.

"Sekarang Ttinb mana?" tanya Yerina.

"Halo Yer."

Sinb segera memeluk Yerina erat. Setelah Yerina pergi, keadaan tidak baik-baik saja dan banyak yang berubah. Sinb melepas pelukannya setelah ia rasa cukup dan tersenyum kepala Yerina.

"Apa kabar Mbih?" tanya Yerina.

"Baik. Kamu apa kabar? V-vina?" tanya Sinb.

Yerina berbalik melihat putri kecilnya sekilas, "Iya aku baik. Dia putriku."

Sinb cukup terkejut. Pantas saja kemarin Vito dan Jeka membawa Jena ke dokter yang bernama Bima untuk mengetahui siapa Vina sebenarnya. Ia coba memahami sisi Yerina saat ini.

"Bersama?"

Yerina terlihat ragu untuk bercerita membuat Sinb menggenggam tangannya pelan, "Sudah nanti saja cerita kalau kamu belum siap."

Tiba-tiba suara teriakan pegawai membuat Yerina dan Sinb serta Viren berbalik. Bagaimana tidak jika ia melihat seorang gadis kecil pingsan. Segera Yerina berdiri dari tempat duduknya dan betapa terkejutnya saat melihat Vina terbaring dengan dada yang naik turun.

Sinb dan Viren juga ikut mendekat. Yerina kini sudah bingung dan mencari tas Vina untuk mengambil obat semprotnya. Namun tidak ada reaksi apapun dari gadis kecil itu.

"Ayo kita ke rumah sakit, Yerina. Ada sopir di luar."

"T-tapi ...."

Sinb menghela napasnya, "Bukan gengsi sekarang Yerina tapi keselamatan Vina."

Yerina segera mengangkat Vina menuju mobil dan mereka berangkat ke rumah sakit. Tak lupa Yerina menghubungi Lia untuk menutup toko dan menghubungi Bima. Sedangkan Sinb ikut menghubungi Vito.

Wanita ini tengah memangku anaknya sambil menangis. Ia mengingat teguran Bima padanya mengenai penyakit Vina yang harus mendapatkan operasi segera. Namun sampai hari ini, biaya untuk itu belum terkumpul.

"Yerina, Vina sakit apa?" tanya Sinb.

Yerina menyeka air matanya, "S-sejak lahir, dia memiliki kelainan jantung dan asma akut."

Sinb terkejut dan menatap wajah anak kecil yang tidak sadarkan diri dengan dada yang naik turun. Jika dilihat lebih seksama, wajah Vina sangat mirip Vito dan Yerina. Tidak lama kemudian, mereka tiba di rumah sakit.

Segera sopir membawa ranjang rumah sakit dan mengambil alih gendongan Yerina ke ranjang. Sinb pun menggenggam tangan Viren erat memasuki rumah sakit. Yerina meminta perawat memanggil Bima dan kini Bima terkejut melihat Vina.

"Ada apa dengannya Yerina?" tanya Bima mengambil stetoskop miliknya dari perawat.

"Dia bermain di Kafe dan tiba-tiba terjatuh. Aku tidak paham lagi Bima. Tolong selamatkan anakku."

Oh ini yang bernama Dokter Bima. Aku rasa hubungan Yerina dan Dokter Bima hanya sebatas teman - batin Sinb.

Bima segera masuk ke dalam UGD dan kini Yerina terduduk sambil menangis. Sinb juga ikut duduk diikuti Viren untuk menenangkan Yerina. Ada banyak pertanyaan yang hinggap di benak Sinb saat ini.

"Mama tenang aja. Adek Vina pasti sembuh kok," ucap Viren.

Yerina melirik Viren dan langsung saja memeluknya. Tiba-tiba 3 orang dewasa dan 1 anak kecil datang dengan sedikit berlari menghampiri mereka. Yerina sedikit terkejut melihat mereka semua.

Luna segera memeluk Yerina. Wanita itu masih belum bisa memproses apa yang terjadi saat ini. Namun tiba-tiba saja wanita yang ia kenal dengan Luna kini memeluknya.

"Maafkan aku, Yerina. Aku sudah menyakiti hatimu tapi mohon maafkan aku," ucap Luna.

Yerina melepas pelukannya, "A-aku sudah tidak apa-apa Kak Luna. Semuanya telah terjadi."

Vito mendekat dan mencoba menenangkan Yerina. Namun wanita itu malah menjauh, "Bagaimana keadaan anak kita?"

"Anak kita? Siapa kau yang menganggapnya sebagai anak?" tanya Yerina.

Vito menghela napasnya, "Vina itu anakku, meskipun kau tidak menganggapku sebagai ayahnya tapi aku terap ayahnya."

"Dia bukan anakmu Vito! Sejak lahir ia tidak pernah punya ayah! Karena aku, ibunya menikah dengan pria yang bodoh dan bejat sepertinya!" Yerina kini mengamuk di depan UGD.

Vito mencoba memahami Yerina yang tengah sensitif saat ini. Ia mencoba memeluk wanita yang masih mengisi relung hatinya namun wanita itu memaksa untuk melepas tetapi akhirnya wanita itu menerimanya.

"Mau kau anggap aku atau tidak, Vina tetap anakku, Yerina."

Yerina melepas pelukannya, "Iya! Vina adalah anakmu dan anakku!"







TBC

Wih udah ketahuan nihh ....

SatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang