Belum juga Langit menyelesaikan perkataannya, mendadak Luna membuka matanya. Kenapa harus saat dalam posisi ini. Jarak di antara mereka sangat dekat dan mata mereka saling bertatapan.Tubuh Langit membeku, suasana menjadi sangat canggung, keheningan diantara mereka. Namun tiba-tiba Luna menarik kerah Langit dan " CUP! " Bibir Langit mengenai bibir Luna. Mata Langit terbelalak, dia berusaha mencerna apa yang terjadi.
Ini ciuman pertamaku.Lalu Luna membisikkan sesuatu ke telinga Langit. Dia berkata, " aku terus berdiri menunggumu di sana, jangan tinggalkan aku lagi. Kalau kau meninggalkanku lagi, aku akan menunggumu di tempat yang sama."
Wajah Langit memerah, begitupun dengan telinganya yang ikut memerah. Tetapi kesadaran Luna belum sepenuhnya pulih, entah dia akan mengingat kejadian hari ini atau tidak.
Dengan cepat Langit menjauh dari Luna sebelum kesadarannya pulih sepenuhnya.
" Aaarrggh, aw kepalaku sakit," teriak Luna kesakitan sembari memegangi kepalanya.
" Kau sudah sadar ? " Langit dengan cepat mendekati Luna. Perasaan khawatir kembali menghantui pikirannya melihat Luna yang kesakitan.
Luna tak menggubris pertanyaan Langit. Perlahan rasa sakit di kepalanya mereda dan kesadarannya sudah pulih sepenuhnya.
" Kau orang yang waktu itu, kan?" Luna melirik ke arah cowok disampingnya itu.
" Iya namaku Langit. " Jawab Langit.
Luna kembali mengingat kejadian waktu itu, dia ingat bagaimana Langit meninggalkannya sendirian. Jadi kau kembali lagi rupanya.
"Maaf seharusnya aku tidak meninggalkanmu waktu itu." Lirih Langit. Dia merasa sangat bersalah atas yang terjadi pada Luna.
"Aku terus berdiri di sana karena tak tahu mau kemana, di tempat asing ini tak mengenal siapapun. Ini bukan salahmu." Jelas Luna.
Mendengar itu hati Langit justru semakin merasa tak enak. Suasana menjadi sangat canggung.
" Aku akan pergi, terima kasih." Luna beranjak dari sofa. Kakinya masih belum kuat berjalan, sehingga membuat Luna terjatuh. Langit yang melihatnyapun dengan sigap menangkap Luna, menggendongnya dan kembali meletakkannya di sofa.
Perlakuan Langit membuat Luna heran. Kenapa dia menjadi sangat berbeda.
" Tinggallah di sini. Kau tak bisa pergi dengan kaki seperti itu. Aku memaksa, kau tak punya pilihan." Langit berusaha meyakinkan Luna.
Luna melihat ke arah kakinya, kakinya terasa sangat lemas dan berat ditambah kepalanya masih sedikit pusing.
" Baiklah, aku akan tinggal di sini. Magic portal hanya akan terbuka 5 tahun sekali, tapi aku yakin Bunda akan berusaha agar aku bisa pulang lebih cepat."
" Tidak masalah, tinggalah sampai kapanpun kau mau."
" Kau bisa tidur di kamar itu, kebetulan kosong." Ujar Langit menunjuk kamar tersebut.
Langit membuka kamar itu dan membersihkannya. Kamar itu lumayan kotor karena selalu dikunci dan jarang dibersihkan. Tapi apapun yang dikerjakan Langit pasti akan selesai dengan sangat baik dan cepat.
Langit menghampiri Luna yang masih terbaring di sofa. Dia terlihat sedang termenung. Tiba-tiba Langit menggendong Luna, hal itu membuat Luna kaget sekaligus terpesona, karena Langit bersedia merawatnya yang saat ini tak berdaya.
" Kau tak perlu sedih, kau pasti sembuh, aku tak akan meninggalkanmu lagi."
Luna hanya terdiam. Langit meletakkan Luna di tempat tidurnya. Lagi-lagi keheningan menyelimuti mereka, suasana menjadi sangat canggung. Bahkan tubuh pun merasa gugup. Selama 3 menit mereka terdiam tak mengatakan sepatah katapun.
Langit melirik ke setiap sudut kamar. Ia terus meremas tangannya, dia masih berdiri di samping tempat tidur, kakinya terasa kaku seolah membeku. Sedangkan Luna memalingkan wajahnya dari Langit.
" Kenapa dia terus berdiri di situ dan tidak mengatakan apapun?" Hati Luna menjadi gelisah tak karuan.
Tak tahan dengan keheningan itu dan rasa penasaran yang melanda hati perihal ' ciuman' itu. Langit memberanikan diri dan bertanya, " Luna apa kau mengingat kejadian itu?"
" Kejadian yang mana?" Luna membalikkan wajah ke arah Langit dengan penuh keheranan.
" Apa dia tak ingat? " Batin Langit.
Langit memberanikan diri untuk bertanya, rasa penasarannya mengalahkan egonya. " Kau tadi menciumku dan berkata jangan meninggalkanku. "
Luna tertegun, matanya terbelalak.
Luna mencoba kembali mengingat semuanya. Oh no, aku menciumnyaa. I-itu ciuman pertamaku. Bunda maafkan akuu.Pipi Luna memerah, detak jantungnya meningkat. " Aku harus bagaimana, bisa-bisanya aku seceroboh itu memberikan ciuman pertamaku pada orang yang baru kutemui 2 kali." Batin Luna menyesali apa yang dia perbuat.
" Apa yang kau katakan, kebohongan macam apa ini, sepertinya kau berhalusinasi. Berhenti membayangkan hal kotor tentangku. Cowok mesum." Jawab Luna dengan wajah dingin.
Luna memutuskan untuk menyangkalnya dan berpura-pura tak tahu apa-apa. Dia sangat hebat dalam mengendalikan ekspresi wajahnya.
Mendengar jawaban Luna membuat Langit sedih, sakit hati sekaligus kecewa. Dia keluar dari kamar Luna tanpa mengatakan apapun lagi.
"Maaf, aku terlalu malu untuk mengakuinya."
********
" Ternyata dugaanku benar, dia tidak mengingatnya. Itu tidak lebih dari sebuah kesalahan." Langit sedikit sedih karena ciuman pertamanya hilang begitu saja dan sama sekali tak berkesan. Seharusnya dia berikan kepada orang yang disukainya, tetapi malah kepada orang asing, ditambah lagi dia sama sekali tak mengingatnya.
Langit berbaring di tempat tidurnya mencoba menutup matanya.
" Argh, apa-apaan dia, menyebutku
'cowok mesum' ?"Ucapan Luna selalu membekas di benak Langit. Mulutnya pedas seperti cabai. Kalau cabai bikin aku sakit perut. Kalau dia bikin aku sakit kepala karena kepikiran omongannya terus. Bisa-bisanya dia mengacaukan kehidupanku yang tenang.
"Ah sudahlah." Langit menutup matanya. Selang beberapa menit kemudian ,
" BRUGH "
Langit terbangun dan membuka matanya. Dia dengan cepat menutup seluruh tubuhnya sampai ke wajah dengan selimut. Keringat membanjiri tubuhnya.
"Suara apa itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Girlfriend The Moon Goddess
Ficção AdolescenteMasa kecil yang seharusnya penuh tawa dan kebahagiaan malah harus ia jalani penuh air mata. Kisah hidup Langit, saat lahir ibunya meninggal, dan dibenci ayahnya sendiri disebut sebagai pembawa sial. Dan menjadi bahan bully temannya. Tiba-tiba ada se...