14 🔞

1.3K 74 21
                                    


"Hey, cepat jawab"
Masih dengan orang yang sama, Retakka kembali menanyai pria itu.
Mulutnya sudah penuh dengan luka bakar, lidahnya mengeluarkan darah dan nanah akibat puntung rokok yang disulut oleh Boboiboy tadi bahkan Boboiboy menambahkan 3 puntung lagi. Sedangkan Boboiboy sekarang sedang duduk di kursi sembari tersenyum-senyum melihat pria yang hampir mati itu.



"Gak mau ngomong juga aku kasih rokok lagi lohh"

Retakka mendelik tajam ke arah bocah(?) yang gayanya sudah seperti orang yang sudah dewasa itu, siapa lagi kalau bukan Boboiboy.
Tangannya menunjuk ke arah luka yang ada di bibir pria itu.
"Kau lihat lukanya, tidak ada luka saja dia sudah tidak mau bicara apalagi dengan luka seperti, dia tambah tidak berguna"

Boboiboy mengernyitkan dahinya, matanya menatap langsung mata kekuningan milik Retakka. Walaupun sudah seumuran dengan Atoknya dia tetap saja terlihat seperti anak muda, ditambah lagi badannya yang tegap dan sudah pasti dia punya ABS pada perutnya.




'Apa dia operasi plastik?'

"Hey bocah apa yang kau pikirkan hah"
Perdebatan terjadi di antara kakek tua dan anak muda itu membuat kedua sekretaris mereka kebingungan.


"Tidak tidak, aku hanya memikirkan cara apa yang bisa membuat dia bicara" Ucap Boboiboy santai sembari mengeluarkan sesuatu dari balik jas hitamnya. Sebuah kertas kecil dengan benda tajam di dalamnya, sangat tipis bahkan terkadang tanpa sadar telah melukai tangan sendiri.
Silet, senjata kecil yang berbahaya, entah apa yang membuat Boboiboy suka sekali membawa benda kecil itu kemana-mana.

Tangan Boboiboy dicegat oleh Retakka ketika dia hendak kembali mendekati pria yang entah masih memiliki nyawa atau tidak itu.
"Apa kau masih ingin menyiksanya lagi, hei dengar bocah cara kerjaku bukan seperti ini. Aku hanya bekerja dengan cara licik dan bersih, bukan cara sadis dan kotor"

Selama Retakka bersaing dengan para pembisnis yang lain dia tidak pernah menggunakan cara yang sadis sampai menghilangkan nyawa seseorang seperti ini, jika memang perlu dia akan menyewa orang lain untuk mengerjakannya.
"Kalau kau tidak mau ikut mending keluar saja, lagipula aku ingin menikmatinya sebentar"
Ucap Boboiboy masih memperlihatkan senyumannya.

Semua orang yang ada di ruangan itupun keluar dan hanya menyisakan Boboiboy dan juga pria itu. Nampak sekali sudah tidak berdaya dengan mulutnya yang penuh luka bakar dan nanah.
Dia masih hidup walaupun sudah tidak sanggup lagi untuk hanya sekedar bernafas, setiap kali bernafas tenggorokannya terasa seperti di sayat halus-halus seperti orang yang memisahkan antara daging sapi dan kulitnya.




Ketakutannya semakin meningkat karena Boboiboy dengan rambut putih ini mendekat kearahnya. Senyumannya yang manis itu tampak sangat menakutkan, ditambah matanya yang seakan-akan bersinar dikegelapan menambah rasa ngeri pria itu.
"Mulai dari yang mana dulu"

Melangkah lebih dekat, menarik daun telinga pria itu. Tangannya dengan perlahan menggoreskan silet itu ke bagian belakang telinganya, darah mengalir sedikit demi sedikit hingga membasahi bagian pundaknya. Rasa perih dia rasakan sampai ke otaknya.
Ingin sekali dia berteriak sekencang-kencangnya, tapi bernafas pun rasanya dia tidak sanggup.

Tidak puasa hanya dengan menggores saja, Boboiboy mulai menyaitnya secara perlahan-lahan. Goresan demi goresan dengan darah yang sudah memenuhi tangannya ternyata belum cukup membuat korbannya tak sadarkan diri.
"Masih kuat ya, ini bakalan sakit loh. Aku gak tanggung jawab ya kalo nanti mati"



Setelah beberapa lama telinga itupun berhasil lepas dari tempat asalnya, cukup sulit karena disitu terdapat tulang rawan walaupun tidak sekeras tulang yang lainnya. Potongan telinga itu dia perlihatkan pada korbannya yang sudah tidak berdaya, dengan darah yang masih mengalir di daerah bekas telinganya. Dan itu membuat telinganya berdenging, suara yang ia dengar tidak jelas lagi. Bahkan suara Boboiboy sekarang hanya samar-samar.

Sisi Yang Lain [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang