Sore ini taman kota sedang sangat ramai. Ada pasangan yang sedang berpacaran, ada yang sedang bermain dan juga berolahraga sore.
Disebuah kursi panjang, Eira duduk sendirian. Ia sangat merindukan suasana taman. Sudah lama ia tidak datang ketempat umum seperti ini karena orang tuanya tidak mengizinkannya.
Tatapannya mengarah pada anak-anak yang bermain jungkat-jungkit lalu kearah anak-anak yang bermain ayunan. Eira ingin sangat ingin bermain ayunan namun ayunan itu mengingatkannya pada masa lalunya yang sangat ia rindukan.
Matanya mulai berkaca ketika mengingat masa lalunya, kemudian ia menepis hal itu jauh-jauh dan mengusap air matanya.
Eira masih setia duduk sendiri walau beberapa kali ada penjual yang datang menawarinya dagangan mereka. Dengan sopan dan lembut Eira menolaknya.
Tempat ini sekarang lebih didominasi oleh kumpulan orang-orang yang sedang jalan-jalan sore. Tidak sedikit orang yang datang untuk berpacaran atau menghabiskan waktu bersama keluarga mereka.
Kemudian Eira bangkit lalu berjalan pulang. Eira tidak ingin menggunakan angkutan umum untuk pulang dan memilih untuk berjalan pulang kerumah.
Daun kering mulai berjatuhan ketanah karena hembusan angin. Eira cukup menikmati suasana ini. Ia melamun beberapa saat yang tersadar akan sesuatu.
Sebuah mobil hitam tiba-tiba berhenti disampingnya. Eira hampir berpikiran bahwa ia akan diculik. Namun ia sadar, pikirannya tidak salah. Kumpulan pria-pria berandal turun dari mobil itu. Mereka menatap Eira seperti menemukan mangsa baru.
Jantung Eira berdetak kencang, alarm tanda bahaya mulai ia rasakan. Sebelum ia srmpat kabur, tangannya sudah lebih dulu ditahan.
"Lepasin! Lepasin gue!" Eira terus meronta-ronta minta dilepaskan.
"Lo diam sekarang atau gue tampar," ancam salah satu dari mereka dengan tatapan yang menyeramkan.
"Lepasin gue! Kalian siapa sih?!" Eira masih enggan menuruti mereka. Amarah, ketakutan, dan kesedihan menyelimutinya saat ini.
"Ah, gak usah banyak bacot. Masukin dia kemobil!" perintah salah satu dari mereka. Mata Eira membulat, ia berusaha melepaskan dirinya namun kedua tangannya sudah ditahan.
Mereka memasukkan Eira dengan paksa kedalam mobil. Eira hanya bisa menangis sesegukkan. Keadaannya sedang tidak baik-baik saja.Seharusnya ia tidak keluar dari rumah.
"Tuhan, tolongin Eira! Eira takut!" Ia terus merapalkan doa berkali-kali. Namun hal itu sia-sia. Mungkin ini adalah akhir hidupnya.
"Papa, Mama, Kakak. Eira takut!" Tubuhnya bergetar hebat. Ia tidak suka berada diposisi ini. Ia takut, benar-benar takut. Pikirannya sudah lari kemana-mana. Apakah dirinya akan dijual atau dia akan disiksa nanti. Hal itu membuatnya kembali menangis.
"Lo bisa diam gak!" bentak salah satu pria dengan wajah sangarnya. Eira tidak bisa bohong bahwa dirinya ingin mati saja daripada dikasari seperti ini.
"Kalian sebenarnya siapa?" teriak Eira memberanikan diri. Suasana mobil yang sempit dan pengap membuatnya risih apalagi hanya ia satu-satunya perempuan disana.
"Lo gak usah banyak nanya! Lebih baik lo diam atau lo habis sama kita!" perintahnya. Eira menunduk pasrah, tidak akan ada yang akan menolongnya. Mungkin ini akhir hidupnya.
Maafin Eira Pa, Ma. Eira udah ngelanggar perintah kalian batin Eira.
Bertobat pun sudah tidak sempat. Karena mereka sudah memasuki sebuah gedung besar dengan kondisi yang biasa saja namun banyak motor-motor yang terparkir disana."Turun lo!" perintah seorang pria bertindik kepada Eira. Mau tidak mau ia harus melakukan apa yang diperintahkan.
"Ini dimana?"
Tidak ada yang merespon, mereka malah menyeret Eira masuk kedalam. Ia sudah tidak memiliki tenaga untuk melakukan perlawanan lagi. Namun ia merasa tidak asing dengan suasana tempat ini.
"Gimana? Bos pasti senang banget ngelihat dia," ujar pria bertindik itu ketika membawa Eira memasuki sebuah ruangan yang penuh dengan pria-pria.
Ya ampun, gue bakal diapain? batin Eira yang sudah berpikiran negatif.
"Anjing nih cewek. Gara-gara dia gue jadi dihajar sama bos. Bangsat bener lo!" maki seorang pria bernama Mike yang terlihat emosi.
"Mike, lo tenang. Lo gak mau kan digebukin untuk kedua kalinya? Biarin Xander yang urusin dia," balas pria itu lalu memaksa Eira duduk diatas kursi kayu dengan mengikat kedua tangan dan kakinya.
Ya! Eira sudah tahu sekarang. Ia sedang berada di markas Streffon. Ia tidak mengingat pernah datang ke markas ini namun melihat perkumpulan mereka yang tidak bisa dikatakan sedikit membuatnya yakin bahwa markas Streffon bukan hanya satu.
Mengapa setelah sekian lama mereka baru mengincarnya? Bukankah segala hal sudah selesai setelah mereka membuat orang kesayangan pergi meninggalkannya.
Dengan sisa tenaga yang ada. Eira menyikut perut dan kepala pria itu untuk melarikan diri.
"Anjing lo!" ringis pria bertindik itu.
Eira berlari. Baru dua langkah ia sudah dihadang. Eira sudah kalah badan, jumlah dan tenaga. Habislah dia!
"Mau kemana lo hah?" teriak Mike menantang, pria itu sepertinya punya dendam kesumat terhadapnya. Padahal dulu Mike sangat baik terhadapnya.
"Guys tahan dia!" Eira menggeleng ketakutan. Anggota Streffon mulai mengelilinginya. Eira berjalan mundur lalu kembali terdorong kedepan lalu didorong kearah lain dalam kepungan itu. Ia sedang dipermainkan. Mereka mulai tertawa sambil mendorongnya hingga Eira merasa pusing.
Dengan tubuhnya yang sudah lelah baru anggota Streffon membopongnya duduk diatas kursi dan langsung mengikat kefua tangan dan kakinya. Keadaannya sungguh buruk! Buruk sekali.
Sweaternya robek di beberapa bagian rok tenisnya juga robek. Ia seperti korban pemerkosaan saat ini dengan luka dikakinya karena terpentok sisi kursi kayu yang runcing.
Mike berjalan mendekat kearahnya lalu berjongkok didepan Eira. Eira yang merasa kurang nyaman menutup kakinya rapat-rapat karena ia memakai rok.
"Ra, lo tahukan kalo lo cantik banget! Sayangnya lo udah punya bos gue. Baik-baik lo nanti Ra!" Mike menepuk bahu Eira sebanyak dua kali sebelum pergi meninggalkan ruangan diikuti anggota Streffon yang ada disana.
Hal itu tidak Eira tenang karena matanya bertemu dengan seseorang yang sangat menjijikan baginya.
"Wow," seru Valen sambil menepuk tangan. "Udah lama kita gak ketemu Eira."
Eira merasa risih ditatap dengan tidak sopannya oleh Valen yang terkenal pria hidung belang di Streffon.
"Sekarang lo ikut gue!" Valen melepaskan kedua ikatan tali pada tangan dan kaki Eira lalu menariknya secara kasar dan paksa menuju keatas.
Ia diseret dengan tidak sopannya bahkan beberapa kali ia terjatuh diatas tangga. "Aww!"
Valen menatapnya tak peduli, "lelet banget lo! Gue gak bakal baik-baik sama lo setelah selama ini lo penyebab kita semua dibabuin Xander buat nyari lo."
Eira berjalan tertatih-tatih lalu matanya menatap sebuah ruangan dengan pintu yang tertutup. Dengan kasar Valen mendorongnya kearah pintu itu.
"Masuk kedalam sekarang!" perintah Valen, lalu meninggalkannya begitu saja.
Eira memutar kenop pintu itu dengan tangan bergetar. Pelan-pelan pintu itu mulai terbuka dan Eira berjalan masuk kedalam. Ruangan itu seperti tidak dihuni namun cukup tenang dan nyaman dengan aroma yang sangat Eira sukai.
Sambil menikmati pemandangan tiba-tiba seseorang memeluknya dengan erat dari belakang membuat Eira terpekik. Secara spontan ia langsung menatap kearah cermin besar disampingnya dan betapa terkejut dirinya...
"Hai sayang," sapanya dengan suara berat sambil menguatkan pelukannya terhadap Eira.
YOU ARE READING
SAVIER
Teen FictionSavier Kosalev. Ketua geng Salvanior yang terkenal tampan dan pemberani. Bahkan ia sangat ditakuti dan jarang ada yang berani mengusiknya. Savier tidak pernah merasakan jatuh cinta ataupun tertarik dengan lawan jenisnya namun saat bertemu dengan seo...