"Hah, maksudnya?"
"Gak usah pura-pura bego lo!" ngegas siswi itu yang bernama Viola ternyata dia tidak hanya sendiri, teman-temannya juga ikut dalam pelabrakan Eira.
"Gue beneran gak ngerti," jawab Eira, bingung.
"Alah, sok polos lo jadi cewek!"
"Udah gayanya biasa aja kek cewek culun, berani banget mau saingin Candy."
Perkataan mereka benar-benar membuat Eira mati kutu.
Apa yang mereka maksud foto gue sama Savier kemarin pas pulang bareng? Trus kenapa bahas Candy? Candy itu siapa? Batin Eira.
Brak
"Woi! Gak usah diam aja bego!" maki Viola.
Teman-teman kelas Eira yang baru tiba nampak memperhatikan kejadian itu. Tak ada salah satu dari mereka yang mau membantunya. Entah karena takut atau mereka juga ikut memusuhi dirinya.
"I-itu bukan gue," cicit Eira, menahan tangis.
Viola dan teman-temannya tertawa begitu keras seakan-akan yang dikatakan Eira adalah lelucon.
Tiba-tiba seorang siswi yang baru saja masuk ke kelasnya mencengkram lengan Eira begitu keras.
"Auh," rintih Eira.
"Dasar murahan lo!" maki Kezia, mengeratkan cengkraman pada lengan Eira
"Itu bukan gue, beneran!" kekeuh Eira, membela diri. Mau tak mau ia harus berbohong.
"Alah bacot banget lo! Lo emang sengaja caper ke Savier 'kan?" sahut teman Kezia yang nimbrung dalam kumpulan itu.
"Enggak, gue gak ada niatan begitu! Please, lepasin tangan gue." Eira meronta minta dilepas.
"Heh, lo kira kita semua lupa kejadian sebelumnya. Lo numpahin minuman ke Savier itu sengaja 'kan? Dasar cewek gatel!" lanjut Viola.
"Enggak, kenapa kalian gini?" Eira menatap satu per satu orang yang melabraknya dengan takut.
Siapa pun, tolong gue, ucapnya dalam hati, sambil menangis.
"Hei, kalian! Lepasin Eira sekarang!" Semua orang yang ada di dalam kelas menoleh kearah Serra. Gadis itu berlari dengan kencang untuk melepas cengkraman itu dari Eira.
"Maksud lo semua apa hah?" tanya Serra, sambil membanting tasnya dimeja.
"Hm, sok pahlawan nih cewek!" bisik salah satu dari mereka.
"Ya iyalah, daripada kalian? Mainnya bawa teman. Gak level banget!" ejek Serra.
"Lo-"
Serra memotong, "kenapa? Kalah saing lo semua karena Eira bisa dekat sama Savier?"
"Savier juga mikir 100 kali sih untuk jadian sama kalian ehh, ralat," Serra merubah nada bicara lebih anggun, dan berjalan mendekat kearah mereka, "oh, jangankan mikir, kalian aja gak pernah di kenal sama Savier."
"Sekarang kalian keluar atau gue botakin kalian disini!" lanjut Serra, penuh penekanan.
Serra memberikan senyum jahatnya, sambil mengeluarkan gunting dari tasnya. Beberapa dari mereka terlihat ketakut namun tidak dengan Kezia.
"Gak usah sok hebat lo, Serra! Lo juga sama murahannya kek teman lo ini," kecam Kezia, meremehkan.
"Murahan? Itu namanya usaha bego! Gue mah gak ngangkang untuk dinotice, ups!" Serra pura-pura menutup mulutnya, keceplosan.
Wajah Kezia memerah malu. Ia menarik sahabatnya untuk keluar dari kelas.
"Ya-elah segitu doang kemampuan lo?" ejek Serra, menatap kepergian Kezia. Pandangannya jatuh kepada 4 orang yang tertinggal, "lo semua masih disini? Mau jadi pajangan, hah?"
YOU ARE READING
SAVIER
Teen FictionSavier Kosalev. Ketua geng Salvanior yang terkenal tampan dan pemberani. Bahkan ia sangat ditakuti dan jarang ada yang berani mengusiknya. Savier tidak pernah merasakan jatuh cinta ataupun tertarik dengan lawan jenisnya namun saat bertemu dengan seo...