Tubuh Eira menegang ketika menyadari orang yang memeluknya. Tanpa berpikir dua kali ia langsung menginjak kaki Xander. Ya Xander! Orang yang sangat ingin Eira jauhi.
"Shh," ringis Xander ketika kakinya diinjak oleh Eira.
"Maksud lo apa bawa gue kesini? Lo gak puas dengan apa yang lo lakuin ke gue dan keluarga gue?" bentak Eira, emosi.
Xander tersenyum remeh lalu menarik Eira mendekat kepadanya dan menahan pinggang Eira. Posisi mereka cukup intim membuat Xander berpeluang besar melakukan hal lebih terhadap Eira.
Xander mengelus pipi Eira. "Eira gue kangen sama lo." Tubuh Eira bergidik ngeri mendapat perlakuan seperti itu.
"Gak usah sentuh-sentuh gue!" bentak Eira dengan tatapan bengis. Tanpa berbasa-basi Eira mendorong tubuh Xander lalu berjalan menuju pintu. Ia sedang sangat kesal dan lelah setrlah dipermainkan seperti ini.Sebelum sempat meraih kenop pintu ia sudah kembali ditarik. Xander mencengkram tangannya begitu kuat hingga Eira tidak dapat berkutik.
"Jangan harap lo bisa kabur dari sini Eira!" geram Xander, matanya memerah dan rahangnya mengeras. Eira sadar bahwa ia sedang tidak dalam keadaan aman.
"Enggak! Lepasin gue sekarang!" berontak Eira, namun Xander sudah membopongnya seperti karung beras.
"Xander lepasin gue!" Xander sengaja menulikan pendengarannya. Ia membaringkan Eira diatas kasur dan mulai menindih gadis itu.
"Stop Xander! Lo gila!" bentak Eira, gila sekarang Xander mulai mengecup leher Eira dan sedikit bermain disana.
Eira tak dapat menahan air matanya yang mulai mengalir, tangannya juga tidak tinggal diam. Ia masih berusaha memukul bahu tegap Xander walau percuma. Tenaganya tidak akan sebanding dengan tenaga Xander.Karena kesal dengan pukulan Eira, Xander kemudian menahan kedua tangan Eera keatas kepala gadis itu dan memerangkapkannya dengan satu tangan. Kemudian Xander melanjutkan aktifitasnya. Ia mencium wangi rambut eira yang sangat ia sukai.
"Udah Xander! Please!" Eira tampak memohon karena ia sudah tidak kuat saat ini. Ia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi nantinya.
"Lo diam! Jangan sampai gue ngelakuin hal yang bakal lo sesalin nantinya!" ancam Xander.
Bagi Eira, dulu Xander adalah segalanya namun sekarang ia telah berubah menjadi monster jahat dan menjijikkan. Eira sudah pasrah menghadapi hidupnya ini dimana ia sudah kehilangan banyak hal dimasa lalunya.
"Jangan nangis sayang, gue gak mau lo lepas dari gue lagi," bisik Xander dengan suara seraknya yang terdengar sangat menjijikan.
Sebelum Xander sempat melakukan hal lebih seseorang mendobrak pintu ruangan itu. Hal itu membuat Eira merasakan sedikit bahagia karena ada yang menolongnya. Namun detik selanjutnya Eira sangat terkejut bersamaan dengan orang yang berada di bibir pintu.
"Savier," gumamnya.
Terdengar suara umpatan Savier. "Shit!"
"Bangsat lo Sav! Lo ngapain kesini hah!" maki Xander dengan penuh amarah.
Tanpa menunggu lama, Eira mendorong tubuh Xander secara paksa dengan segala tenaga yang ia punya untuk menyelamatkan diri namun sebelum itu tubuh Xander sudah terlebih dulu ditendang oleh Savier hingga tersungkur ke bawah kasur.
Eira bangkit dari kasur lalu berjalan kearah Savier tidak perduli dengan keadaannya sekarang. "Sav, tolongin gue!" Eira memohon sambil memegang lengan Savier, meminta perlindungan.
"Lo tunggu didepan pintu," perintahnya lalu kembali menerjang Xander dengan brutal. Ia sangat tidak mentolerir sebuah pelecehan terhadap wanita. Siapapun itu akan ia habisi. Apalagi masalah terbakarnya markas Gennaios membuatnya kesetanan.
YOU ARE READING
SAVIER
Teen FictionSavier Kosalev. Ketua geng Salvanior yang terkenal tampan dan pemberani. Bahkan ia sangat ditakuti dan jarang ada yang berani mengusiknya. Savier tidak pernah merasakan jatuh cinta ataupun tertarik dengan lawan jenisnya namun saat bertemu dengan seo...