33. Sisa rasa

13 2 0
                                    

~Mengapa masih saja ada sisa rasa ketika rindu terbelenggu oleh kehadiranmu~

***
Ning Fiyyah dan Robet menggerakkan jarinya. Imaz yang baru datang ke ruang ICU, dikejutkan keterharuan Ning Dija karena akhirnya Ning Fiyyah bisa menggerakkan jarinya. Ia pun segera menekan tombol alarm guna memberitau perawat. Dalam beberapa menit kemudian, dokter datang. Ia segera memeriksa jantungnya.

"Bagaimana dok keadaannya sekarang?" Tanya Ning Dija tidak sabaran.

"Keadaannya sedikit demi sedikit mulai stabil," ungkap dokter sembari melepaskan alat stetoskopnya. "Tunggu dia sampai bisa membuka matanya."

"Iya dok."

"Nanti, kalau sudah siuman, kasih makan. Jangan lupa obatnya dirutinkan."

"Baik, dok."

Dokter itu keluar dari ruang ICU. Betapa leganya hati mereka akhirnya Ning Fiyyah masih ada kesempatan untuk bisa sadar.

Kabar buruk justru masih terjadi pada Robet. Dokter masuk ke ruang UGD memeriksa keadaan Robet. Ternyata Robet sudah sadar. Jantungnya diperiksa alhamdulillah masih stabil. Hanya saja dia masih lemah untuk bangun dari tidurnya.

"Bu, apakah aku sudah mati? Kok semua terlihat gelap?" Kata Robet meraba-raba kasurnya. Ibunya tak kuasa melihatnya. Ia langsung memegang erat kedua tangannya.

"Ibu disini Robet. Kau masih hidup." Ibunya berusaha menahan isakan tangisnya.

"Ibu kenapa bisa mendengarku? Apa ibu juga ikut aku ke neraka?"

"Kau masih ada di dunia, kak," sahut Raden sambil menangis.

"Raden, kau juga bisa mendengarku?"

"Kalaupun kau sudah tidak ada di dunia ini, kau pasti sudah bisa melihat," ujar ayahnya keceplosan. Ibunya langsung menepuk bahunya.

"Maksud ayah, Robet buta? Iya ayah?"

Mereka langsung diam membeku. Entah apa yang harus mereka katakan. Mereka tak sanggup melihat anaknya menderita seperti ini.

"Pantas saja. Aku menangis tidak bisa mengeluarkan air mata. Justru mengeluarkan pedih di mata. Semua terasa seperti guncangan." Robet terisak. Ia meremas kasur kesal.

"Robet, jangan menangis." Ibunya mencoba menenangkan dengan mengelus kepalanya. "Menangis akan membuatmu semakin sakit. Kau masih punya ibu, ayah juga adikmu yang akan selalu mendampingimu."

"Apakah selamanya aku tidak bisa melihat?"

"Percayalah, bisa. Dokter sedang mencari cara menemukan donor mata untukmu. Allah maha berkehendak. Manusia hanya bisa berdoa...berdoa...dan terus berdoa."

"Bagaimana kabar Arman? Apakah dia bisa ditemukan?"

"Masih simpang siur. Ada yang bilang sudah meninggal. Ada yang bilang masih tahap evakuasi."

"Bu, tolong hubungi kapten Richard. Aku ingin mengobrol sebentar."

"Iya, Robet." Ibunya mengambil ponsel Robet yang ia letakkan di tas koper kerjanya. Ia menyerahkan pada tangan kanannya sekaligus menekan kontak kapten Richard. Telepon terhubung.

"Robet?"

"Iya ini aku. Bagaimana kabar penemuan jasad Arman juga Irma?"

Kapten Richard menceritakan semuanya. Terdapat sepuluh tim penyidik yang menyelam ke danau guna mencari jasad mereka. Sekitar satu jam mereka mencari tapi tak kunjung bisa ditemukan. Maka, pihak kepolisian mengirim lima tim penyidik mengerahkan kapalnya. Usut punya usut, mereka akhirnya bisa ditemukan. Mereka ditemukan di tengah danau ketika tim penyidik melampirkan jaring dipedalaman danau. Sekarang, mereka dilarikan di rumah sakit sejahtera. Mereka dibawa ke ruang ICU.

Meeting You Untill DeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang