63. Ketika cinta bertemu

19 2 0
                                    

~Kau pernah menjadi raja di hatiku, ketika rindu itu menggebu. Namun, justru Allah menjadikan aku permaisurimu ketika cinta itu bertemu~

                                                 ***
Pesawat jatuh terseret arus banjir di kawasan Var. Tim sar segera mengerahkan tenaganya untuk mengevakuasi korban penumpang yang ada di pesawat. Terdapat 12 yang tewas. Mereka membawa 12 mayat ke rumah sakit untuk dimandikan. Sementara yang lain denyut nadinya masih berdetak.

Berita bencana badai besar di perancis sudah disiarkan diberbagai media. Berita itu terdengar juga di telinga keluarga Hilda, Robet dan Ning Fiyyah.

"Ya Allah, bagaimana keadaan Hilda?" Kiyai Usman sungguh cemas. Abah Hilda sudah makin keriput. Hanya bisa duduk di kursi roda. Ditemani istrinya yang juga sudah beruban.

"Semoga Hilda bisa diselamatkan yah," Umik menenangkan.

Sampai di rumah sakit, 12 yang tewas dibawa ke kamar mayat. Petugas polisi menyelidik atas nama siapa saja yang telah tewas. Mereka mengecek ktp dan ponsel masing-masing. Lalu, menyimpannya dan mencoba menghubungi pihak keluarga. Salah satu petugas menekan nomor milik ponsel wanita parubaya berhijab.

Ponsel kiyai Usman mendadak berdering. Hati Umik berdetak kencang. Beliau memiliki firasat tak enak. Kiyai Usman melihat siapa yang menelpon, ternyata nomor tidak dikenal. Karena penasaran, beliaupun mengangkatnya.

"Hello, you are Mr. Usman, Aren't you?" Suara pria dengan tegas.

"Yes, i am. What's wrong?"

"You are Hilda's parents, aren't you?"

"Yes, i am Hilda's parents. What happen, Sir?"

"We are from police wants to be a information that Hilda was dead."

Kiyai Usman tersentak.

"So, where will Hilda's corpse be taken to the paris or indonesia?"

Kiyai Usman hanya bisa menangis. Ia tak bisa menjawab apa-apa. Ia tak menyangka Hilda meninggalkan mereka secepat itu. 10 tahun lamanya, dia tidak pulang ke rumah, hendak pulang ia sudah pulang ke rahmatullah.

"Yah, apa yang terjadi? Kenapa ayah menangis?" Umik khawatir kenapa tiba-tiba Abah menangis setelah mengangkat telepon seseorang. Beliau pun mengganti yang mengangkat.

"Hello, who are you?"

"I am so sorry, i just inform that your daughter was dead."

"Really?? Is she Hilda?"

"Yes, she is Hilda. Hilda was dead. She is at hospital to take her to the grave. So, where will Hilda's corpse be taken?"

Umik terdiam sejenak. Beliau menatap abahnya tertunduk menangis.

"You take Hilda's corpse in paris. And i request you, you must grave her with moslem, please!"

"Ok. We will do well."

Umik menutup teleponnya. Beliau juga menangis dalam pelukan suaminya. Hilda, anak terakhir dan yang paling mengerti keluarga secepat itu meninggalkan dunia ini. Bahkan, mereka tak sempat menatap wajahnya.

Tak hanya keluarga kiyai Usman yang berduka. Keluarga Robet pun ikut berduka dan juga cemas bagaimana keadaaan Robet disana. Begitu juga keluarga Romo Kiyai. Apalagi Ning Fiyyah dan Rasya yang tengah di Bandung. Mereka juga menyesal tidak mengundang pernikahan mereka. Ya. Setelah Ning Fiyyah menyelesaikan S1 nya di Bandung, dia langsung di khitbah sama Rasya. Setelah wisuda, mereka akhirnya menikah. Dan sekarang sudah punya dua anak. Kembar tapi beda jenis. Yang kakaknya berjenis kelamin laki-laki. Sementara yang adiknya berjenis kelamin perempuan.

Meeting You Untill DeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang