42. Gadis buruk rupa

7 2 0
                                    

~Wajah bisa berubah tapi tidak pada hatinya. Perkataan bisa hampa tapi tidak pada hatinya. Mungkinkah dia bisa mendengarkan kata hatinya meski wajah tak seindah dia?~

                                   ***
Kapten Richard mengetuk pintu lagi. Berdebar-debar hati Imaz. Mereka adalah polisi. Mereka bisa saja tahu siapa dirinya. Ia terbata-bata membuka pintunya. Tepat di hadapannya, tatapan kapten Richard sangat mengerikan.

"Maaf mbak mengganggu waktunya sebentar. Apa kau tau wanita yang ada di foto ini?" Kapten Richard bertanya sambil menunjukkan fotonya. Dan yang mengagetkan Imaz, ia memasang foto resmi yang pernah ia beri saat daftar santri putri pesantren benang biru.

Imaz hanya menggeleng.

"Icha, siapa?" Teriak nenek dari kamar. Ah, pertanyaan nenek membuat Imaz merasa sungkan pada pihak polisi. Suara langkah kaki nenek menuju ke ruang tamu.

"Kenapa tidak...." nenek tak melanjutkan perkataannya ketika langkah kakinya sampai di hadapan Imaz dan melihat siapa yang datang, ternyata pihak polisi.

"Maaf nek, saya menganggu waktu Anda. Apa nenek kenal dengan wanita pada foto ini?" Sekali lagi, kapten Richard menunjukkan fotonya. Nenek menatapnya lamat-lamat. Ia kemudian mengerling. Hati Imaz sudah tak enak.

"Bukankah ini Imaz?" Bagai ombak menderu jantungnya. Dada Imaz kini bergemuruh. Dag dig dug rasanya.

"Sungguh nek? Kapan terakhir nenek melihat Imaz?"

"Dulu sekali sih, dia dijodohkan sama Tuan Darwin dengan sepupunya. Entah, sekarang dia dimana."

"Dia juga sudah lama tinggal di pesantren. Menghilang dan sekarang menghilang lagi. Kalau nenek ketemu dia lagi, lapor pada saya nek? Ini, saya kasih kartu nama saya." Kapten Richard menyodorkan kartu namanya pada nenek. Keadaan semakin gawat bagi Imaz. Kalau sampai nenek tahu siapa Icha yang sebenarnya, rencana yang akan dirancang gagal total.

"Baik pak, nanti saya kabari lagi."

"Ini cucu nenek?" Kapten Richard bertanya tiba-tiba menunjuk Imaz. Alisnya menunjukkan kecurigaan padanya.

"Oh, bukan. Dia sepupunya menantu saya."

"Oh, pantas dia tidak kenal Imaz. Aneh saja kalau orang yang tinggal disini tidak kenal sama Imaz."

"Memang dia tidak kenal."

"Oh, baiklah kalau begitu."

Kapten Richard dan pasukannya kembali melakukan pencarian ke rumah tetangga. Sudah pasti warga desa sini kenal sama Imaz. Secara gadis yang dipaksa menikah sama sepupu Tuan Darwin. Juga ayahnya kepala nelayan disini. Tapi, untung saja berkat topeng hitam yang ia pakai, tak seorang pun yang mengenalnya.

"Cha, kau tidak tau, wanita yang bernama Imaz ini dia kasihan sekali. Padahal sudah cantik, dia dibisukan oleh kepala desa. Dipaksa nikah saat usianya masih 17 tahun. Dia sempat kabur bersama Galang, sepupu kepala desa. Tapi, kepala desa tak bisa dibohongin. Bayangkan saja, kita disini diperintahkan menyembahnya. Sebab dia tidak percaya ada tuhan disini." Ungkap nenek menceritakan semuanya. Andai saja nenek tahu, yang diceritakan tadi saat ini adalah yang ada di depannya. Dadanya terasa sesak. Bergemuruh. Ketika melihat kenyataan kalau semua orang pada menyayanginya. Ia malah memilih lari dan memperjuangkan seseorang yang tak menghargai perjuangannya.

Lega hati Ning Fiyyah mencurahkan perasaannya di depan kamera, ia kemudian berlari masuk ke hotel sambil menutup mulutnya menahan isakan tangisannya. Wartawan terdiam menatapnya. Para santri bergegas mengikutinya. Mereka bermaksud menenangkan hatinya, malah Ning Fiyyah mengunci kamarnya.

Meeting You Untill DeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang