"Biru ...."
Belum sempat Nebiru bertanya sambungan telepon itu terputus.
Hatinya mengganjal sekali setelah mendapat panggilan itu. Dia hanya mendengar Violetta menangis memanggil namanya.
Baru saja pulang kerja ingin istirahat Nebiru mengurungkan niatnya. Dia akan pergi ke rumah sakit sekarang.
"Abang!!!" panggil Ive melihat abangnya turun dari atas.
Nebiru menghampiri Olive lalu mencium kedua pipi bakpaunya. "Ibu, Biru ke rumah sakit, ya!"
Memperhatikan anaknya yang terburu-buru lantas ibunya bertanya. "Pak Bian kenapa, Bang?"
"Enggak tahu, Bu. Violetta nelpon cuman manggil nama Biru sambil nangis. Habis itu teleponnya langsung dimatiin. Hati Biru nggak tenang, Bu," jelas Nebiru.
"Ayah ikut. Kamu lagi capek jangan nyetir sendiri," sahut ayahnya sembari menyelesaikan makannya.
Nebiru cepat-cepat menolak. "Ayah katanya nanti sama bapak-bapak yang lain," protesnya.
"Nggak papa nanti bisa ngomong. Bahaya, Bang." Ayahnya tahu Nebiru sedang capek.
Keduanya langsung pamit ke rumah sakit untuk mengetahui keadaan tetangganya.
Setibanya di rumah sakit Nebiru dan ayahnya langsung pergi ke ruang inap Pak Bian tadi, tetapi di sana tidak ada siapapun.
Nebiru dan ayahnya menunggu di depan kamar itu dan terus menghubungi nomor Violetta berharap diangkat.
Karena tidak diangkat sama sekali Nebiru berniat bertanya kepada mbak-mbak administrasi di depan. Ketika hendak pergi satu pesan masuk di ponselnya.
Violetta
ICU. Lantai 4, Biru
Tanpa membalas Nebiru mengajak ayahnya untuk naik dari lantai 3 ke lantai 4. Semoga tidak ada kabar buruk di sana.
Nebiru menyuruh ayahnya terlebih dahulu untuk masuk karena pengunjung di sana hanya 2 orang yang bisa masuk.
Saat pertama kali masuk ke ruangan yang menakutkan itu ayah Nebiru melihat Violetta menangis di samping tubuh papanya yang terbujur kaku.
Milik Allah swt dan semuanya akan kembali kepada Allah Swt.
"Om, maafin papa kalau ada salah. Papa nggak ada dari 30 menit yang lalu." Ayah Nebiru lemas mendengar ucapan itu keluar dari cewek di depannya. Lalu dia mengucap bacaan istirja.
"Ya Allah. Neng Vio ikhlas, ya ...." Ayah Nebiru mendekat ke tubuh kaku pak Bian. Pak Bian selama hidupnya menjadi tetangga terkalem yang tidak punya masalah sama sekali dengan tetangganya. Meskipun super sibuk, tetapi setiap kali ada rapat, kerja bakti dan siskamling pak Bian tidak pernah absen sama sekali.
Tidak lama setelah itu ayah Nebiru pamit untuk mengurus keperluan lainnya. Tidak mungkin Violetta yang mengurus ini sendirian.
"Pak Bian udah nggak ada, Bang."
Nebiru terkejut sampai tidak bisa berkata-kata.
"Ayah pulang dulu. Ibu mungkin yang ke sini buat temenin neng Vio. Ayah harus kasih tau yang lain dan bantu Neng. Sana masuk, Bang." Ayahnya langsung pergi setelah berbicara seperti itu.
Nebiru gantian masuk ke dalam ruangan. Dia memperhatikan Violetta sedang berbicara kepada papanya. Dia juga melihat betapa kerasnya Violetta menghapus air matanya yang terus mengalir di pipinya.
"Biru, maafin papa kalau ada salah." Saat menatap kedua bola mata Nebiru, air matanya serasa ingin mengalir lebih deras lagi.
Ya tuhan, kuatkanlah hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity [END]
Short Story⚠️ Cerita serupa di wattpad maupun lapak lainnya itu plagiat. Usia Nebiru sudah menginjak kepala dua dan punya keinginan besar untuk segera menikah dengan kekasihnya, tetapi justru sang kekasih diam-diam menyusun rapi persiapan pernikahan dengan or...