"Udah gue bilang, di sini dingin. Masuk kamar sana," suruh Nebiru dengan nada kesal karena Violetta bersikukuh ingin menemaninya di balkon.
Dia hanya ingin menemani Nebiru menghabiskan malam di sini. "Yang penting nggak ada nyamuk."
"Masuk, Vio!" titahnya lebih tegas karena Violetta baru saja mengusir hewan yang menimbulkan suara mendengung di sekitar telinga.
"Lo ke mana aja selama ini, Biru?" tanyanya mengalihkan omongan Nebiru.
"Masih sama seperti biasa, cuman sering mampir ke beberapa tempat aja," akunya tak berniat menutup-tutupi.
Alisnya mengerut seolah meminta penjelasan. Nebiru lagi ngabisin duit?
"Abang ...." Dari luar pintu kamar keduanya mendengar suara ketukan dan panggilan dari Olive.
Nebiru segera menempelkan jari telunjuknya di depan mulut mengode Violetta agar tidak mengeluarkan suara bahkan menyahut.
"Kenapa?" bisiknya.
"Biasanya tidur siangnya kelamaan, jadi minta nonton You Tobe dulu," jawabnya ikut berbisik.
"Nggak papa."
"Jangan! Ganggu kita nanti dia." Pengakuan Nebiru membuat Violetta menyemburkan tawa.
Nebiru membungkam mulut Violetta yang tidak bisa menahan tawanya.
"Ada suara ketawa, Bu," rengek Olive karena pendengarannya masih jelas sekali. Dia juga menggedor pintu lebih keras agar bisa masuk.
Melihat anak bungsunya yang merosot di depan pintu membuat dirinya ikut berjongkok. "Kalau masih di sini ibu tinggal, ya?"
Olive menggeleng lalu berdiri menggapai tangan ibunya.
"Lo nggak pernah ngerasa kesepian ya, Biru ...." Melihat kejadian barusan Violetta menyimpulkan hidup Nebiru dipenuhi warna. Seperti kericuhan dirinya dengan sang adik, mendiskusikan sesuatu dan suara tinggi karena perbedaan pendapat.
Mendengar omongan keluar dari Violetta, Nebiru menggeleng tegas. Dia membantah itu semua. "Meskipun rame, hati gue hampa," jawabnya ngawur.
Tangan Violetta memukul pelan lengan Nebiru karena lagi-lagi yang disangkutkan mesti perihal percintaan. "Lo aja yang nggak bisa buka hati."
"Gue takut."
Keduanya lalu terdiam. Nebiru melihat dari samping raut muka Violetta yang sedang tersenyum menatap ribuan bintang.
"Lo masih nungguin gue cerita?" tanya Nebiru. Terbesit di pikirannya untuk apa Violetta ingin tahu sekali masa lalunya yang kata orang jika kita bercerita bisa membuka luka lama.
Sesuai dugaan awal. Violetta menoleh lalu mengangguk antusias berharap Nebiru akan bercerita malam ini.
"Gue takut lo nyimpulin gue jadi manusia paling tersakiti selama ini. Gue takut orang yang nantinya sama gue bakalan minder atau semacamnya," ungkap Nebiru sejujurnya. Sekali lagi dia tidak pernah bercerita siapapun kecuali ibunya.
Jika Violetta adalah orang yang nantinya bakal bersama dengan Nebiru, dia tidak akan mempunyai pemikiran seperti itu. Dia ingin tahu masa lalu dari pasangannya karena dia ingin menghindari kejadian yang bakalan terulang lagi di masa depan. Tapi balik lagi, semuanya punya pilihan masing-masing untuk bersuara.
Jujur dia juga tidak yakin akan perasaannya karena setahu dia jika seorang laki-laki masih condong kepada masa lalunya perasaan tulusnya yang akan jadi korban. "Gue pengen lo sembuh ... kalau lo sembuh gue kan pernah bilang bakalan gue ajak naik roller coaster."
"Lo mau jadi obatnya, Vio?"
"Tapi mau sembuh enggak? Kalau nggak mau percuma ...."
Dengan jelas Violetta melihat keraguan di dalam diri Nebiru. Dirinya tidak lagi ABG, prinsipnya ketika dia dekat dengan 1 laki-laki ya hanya dengan laki-laki itu saja. "Selesaiin sendiri dulu ya, Biru." Violetta berdiri lalu pergi ke kamarnya. Dia harus tidur karena besoknya dia ingin mencari kos-kosan baru.
Sakitnya di awal, tapi pasti sembuh. Itu kepastian yang semua orang lewati.
Semangat, Neblue<3
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity [END]
Short Story⚠️ Cerita serupa di wattpad maupun lapak lainnya itu plagiat. Usia Nebiru sudah menginjak kepala dua dan punya keinginan besar untuk segera menikah dengan kekasihnya, tetapi justru sang kekasih diam-diam menyusun rapi persiapan pernikahan dengan or...