•🍑 [Double L]

3.9K 310 29
                                    

Dalam sebuah kamar dirumah yang megah, terdengar suara gaduh didalamnya. Rumah megah ini hanya dihuni 1 Ibu, 1 anak, 1 pembantu, 1 tukang kebun, dan 1 pak satpam yang menjaga rumah.

Kenapa semuanya 1? Karena sipemilik rumah suka angka 1.

Oke, balik cerita.

Suara gaduh yang berasal dari kamar ini didominasi suara adu mulut antara dua manusia beda usia, namun wajah, gaya rambut dan oriental wajah mereka sama.

Walau sama mereka bukan kakak-adik, apalagi anak kembar. Akan tetapi, mereka berdua adalah...

"Mami, adek mau itu!"

Iya, isinya anak sama Ibu yang memperebutkan sesuatu. Walau mereka anak-ibu, tapi wajah ibunya masih seperti gadis usia 20an.

"Heh, adek itu lagi pilek. Lihat tuh, ingus aja udah mengalir kaya iklan pipa rucika, mau ngalirin dari Sabang sampai Merauke!"

Liz cemberut mendengar omelan Lisa -Maminya- tentang ingusnya yang dengan aestetik mengalir deras seperti hujan di bulan Juni karangan Sapardi Djoko Damono, dimana jika disedot masuk terdengar bunyi.

Shroottt

"Tuh, tuh lihat nih. Masih mau minum es?" tanya Lisa sambil mengelap ingus sang anak yang sengaja Liz keluarkan.

"Ini cuman pilek Mi, ngak apa kalo minum es. Lagian adek juga ngak demam, kan!" bantah Liz. Jiwanya mulai memberontak untuk melahap es kiko yang enak tau.

Lisa menggelengkan kepala kenapa bisa dia punya anak keras kepala kaya dulu dia waktu muda. Dulu dia juga keras kepala kaya anaknya, mungkin ini juga yang dulu ibunya rasakan saat Lisa bandel.

"Makan dulu, minum obat, abis itu baru boleh minun es-nya. Katanya mau jalan-jalan ke mall, masa ke mall sambil ingusan!"

Ibu satu anak ini berkata dengan nada halus nan lembut, biar hati anaknya ikutan lembut terus mau makan bubur lembut yang udah lisa bikin sampek pengen semaput.

"Ya udah, tapi nanti beliin es, ya!" pinta Liz yang sudah menyuapkan bubur kemulutnya. Mandiri Liz tuh.

Jika jujur tampilan bubur buatan Mami Lisa ini memang tak ada menariknya sama sekali, hanya makanan berbentuk cairan lembut berwarna putih. Tapi bau dan rasanya cukup membuat Liz mau makan, walau tadi sempat bilang mulutnya pahit.

"Ih, gemes banget bayi Mami, jangan cepet gede dulu, ya," ucap Lisa sambil mencubit pipi Liz.

Anaknya ini makan buburnya dengan ekspresi cemberut apalagi pipinya sedikit mengembung. Lisa jadi pengen pasang anaknya didepan rumah, biar ada gapura gitu ceritanya.

"Swakitw, Mwi!"

Lisa terkekeh cantik, walau usianya yang sudah tak muda lagi dan sudah mempunyai anak berusia 17 tahun, tapi wajah cantiknya tak pernah sirnah.

Bahkan anaknya sendiri -Liz- pernah berpikir, apakah Mami-nya ini memakai susuk sampai-sampai wajahnya awet muda.

"Mami ke ruang kerja dulu, ya. Nanti kalo abis buburnya piringnya taruh didapur, kan adek cuman pilek bukan deman," ucap Lisa dengan menekan kata pilek dan demam. Sengaja biar anaknya ngak mager.

"Iya, iya. Udah sana, adek udah paham, kok!" usir Liz kepada Lisa.

Walau Liz anak tunggal tapi Lisa dari dulu suka memangil anaknya ini dengan sebutan adek, itu sebabnya banyak yang salah paham kalau Lisa manggil Liz ditempat umum. Mereka pikir Lisa kakaknya, bukan Ibunya.

"Cepet sembuh, sayang." Lisa mengecup kening anaknya yang tertutup poni, persis seperti dirinya.

Liz cuman berdehem antara iyain sama malu-malu kucing. Dia udah besar loh, masih diperlakuin kaya bayi sama Mami-nya.

Kalo si Lisa bodo amat entah anaknya suka atau enggak, ini salah satu cara menunjukkan kasih sayangnya ke anak dan permata satu-satu di dunia ini.

Ceklel

Bersamaan dengan pintu kamarnya yang tertutup, Liz tersenyum lebar dibarengi ingusnya yang mau terjun. Cepat-cepat gadis itu mengambil tisu dan sesuatu dibalik selimut tebalnya.

"Welcome to my lambung... kiko,"

Gadis itu berdiri lalu berjalan untuk mengunci pintu kamarnya agar nanti aman saat ia makan es-nya, mewanti juga bila tiba-tiba Mami-nya datang. Ngak enak kalo nanti es-nya dirampas lagi.

Setelah kegiatannya selesai, Liz membuang tisu bekas ingusnya ditong sampah yang Lisa sediakan dikamar anaknya ini, lalu tangannya langsung menggigit ujung es kiko yang sudah ia gunting.

Senyumannya semakin lebar saat matanya menatap 3 kiko yang masih utuh dengan warna berbeda. Tak seberapa dengan 1 yang diambil Mami-nya tadi, karena sebenarnya Liz mengambil 5 buah dari kulkas.

"Ah, segernya!"

Tau monyet di Upin Ipin yang minum kelapa sambil naik motor, kan? Nah, itu ekspresi Liz sekarang. Emang lebay sih, tapi ini pertama kali setelah 3 hari tidak diperbolehkan minum es.

Padahal biasanya es dikulkas Liz yang menghabiskan. Entah diminum, dibuat sirup, dibuat main, bahkan dibuat cuci muka pun pernah.

"Sayang, udah selesai makannya. Ini Mami bawain obat, lupa tadi belum dikasih."

Liz gelagapan loncat dari kasurnya, ia langsung menyimpang es kiko nya dibalik selimut lagi jangan lupakan tadi yang sudah terbuka juga ikut disimpan. Bahkan cairannya sudah berceceran dikasurnya.

Bisa dipastikan habis ini kasur Liz akan jadi Republik Per-semutan karena aroma manis dari kiko-nya.

"Iya, Mi. Makasih ya, adek mau tidur. Minta tolong titip piringnya, ya. Dadah, Liz sayang Mami."

Liz memang membuka pintu tapi hanya menampakkan kepalanya saja, tangannya telulur dibalik pintu memberikan piring sisa buburnya dan menerima obat dari Lisa.

"Kenapa itu anak?" tanya Lisa pada dirinya sendiri saat Liz langsung menutup dan mengunci lagi pintu kamarnya.

Ibu satu anak itu tak ambil pusing, palingan anaknya itu beneran ingin tidur. Lisa tak ambil pusing dan kembali ke ruang kerjanya.

Sedangkan didalam kamar Liz buru-buru meminum obatnya, ia tak ingin es-nya menunggu terlalu lama. Walau pahit ia tetap menelan obatnya karena senakal dan sebandel apapun Liz, ia tak pernah membangkang kepada Lisa.

Sama seperti Liz, Lisa adalah harta paling berharga baginya hanya Lisa yang ia miliki. Sosok Ibu paling hebat yang pernah Liz temui, -Nakal Itu Sunnah, Kalo Sayang Mami Itu Kewajiban- itu Motto hidup Liz.

"Ah, segernya," tak terasa 4 bungkus es kiko dinginya telah habis dan Liz tersenyum bahagia.

Tapi ngak lama badannya kerasa gatel-gatel, ia menyingkap selimutnya dan terpampangnya sekelompok semut kecil-kecil yang gigitannya bukan maen.

"Anjim," guman Liz yang sedang menikmati karmanya.







---------------

Tbc.

Me and Mami {END}. [Liz Ive ft. Lisa Blackpink] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang