Setelah pulang dari gedung itu, Ara dan Vivi langsung masuk ke ruang IT, memperhatikan mobil Ratu bergerak menuju sebuah tempat yang cukup gelap dan sepi. Lidya mengatakan sudah hampir empat jam Ratu menempuh perjalanan itu, tetapi tak kunjung sampai. Hingga tidak lama dari sana, mobil Ratu sampai di sebuah rumah di tengah hutan. Rumah itu cukup mewah, sebagian besar desainnya terbuat dari kayu jati yang indah.
"Itu tempat Beby disekap?" tanya Lidya dengan nada sedikit bergetar karena rasa bahagianya.
"Kemungkinan besar iya," jawab Ara. Bebannya sedikit terangkat melihat itu, ia memeriksa monitor lain, mencari tahu jalan yang tadi Ratu lalui. Sekalipun itu bukan tempat Beby, ia tetap harus datang ke sana untuk memeriksa.
Beby menyipitkan mata ketika melihat sebuah mobil yang terparkir di depan rumah ini, ia tidak begitu tau siapa pemilik mobil itu, tetapi ia tau mobil itu milik salah satu adiknya. Beby beranjak dari balkon kamar dan mencoba membuka pintu. Untuk pertama kalinya pintu itu ditutup, tidak salah lagi, pengkhianat itu ada di sini. Beby kembali ke balkon kamar, memperhatikan mobil itu. Sudah empat bulan berlalu, tidak mungkin teman-temannya tak mengetahui siapa pengkhianat itu.
Beby mengambil selembar kertas dan membentuknya menjadi pesawat. Setelahnya, ia kembali ke balkon, dengan penuh keyakinan, ia menerbangkan pesawat itu ke arah mobil. Kamera kecil yang disimpan hampir di setiap sudut mobil Ratu tentu dapat menangkap pergerakan dari pesawat itu.
"Itu dari Beby, Beby ada di sana," ucap Viny bisa membaca dengan cepat kode yang Beby berikan. "Dulu dia selalu bikin pesawat kartas dan dia yakin suatu saat nanti dia bisa beli pesawat asli. Itu dia." Viny menatap Ara lalu mengangguk yakin, matanya sudah berkaca-kaca karena bahagia mengetahui ternyata Beby masih hidup.
"Kita akan datang ke sana setelah Ratu kembali, semua team akan turun." Ara mengalihkan pandangannya pada monitor dan tiba-tiba terdiam sejenak. Apa yang membuat mereka membiarkan Beby tetap hidup? Ara mulai bisa membaca bahwa balas dendam yang sesungguhnya belum terjadi, semua ini hanya awal dari hal besar yang akan mereka berikan. Ara menatap semua orang yang ada di sini dan berkata, "Kecuali Chika. Kamu jaga Vivi, kak Shania, kak Melody, Jessie dan Jesslyn ya?"
"Siap bos!" Chika memberikan tanda hormat pada Ara.
Tidak ada yang sadar dengan perintah Ara kecuali Viny. Viny mengernyitkan dahinya, tidak mungkin Ara mengubah keputusannya jika tidak ada sesuatu di belakangnya. Kenapa Ara memerintahkan Chika untuk tetap di sini? Apa sesuatu buruk akan terjadi di sana dan Ara tidak ingin itu menimpa Chika?
Sebuah genggaman menyadarkan Viny dari lamunannya, Viny menatap Shani yang sedang tersenyum kepadanya, seakan memastikan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Viny ikut tersenyum dan membalas genggaman tangan itu, meski kekhawatirannya belum hilang, tidak akan hilang sebelum semua yang Ara sembunyikan terungkap.
"Aku udah jalanin semua tugas aku," ucap Ratu pada dua orang yang ada di depannya. "Udah cukup, aku gak mau lagi."
Dey menatap Azizi yang berdiri di sampingnya kemudian mengedipkan kedua mata, memberi isyarat agar ia membebaskan Ratu. Azizi mengangguk dan langsung memeluk Ratu dengan sangat erat.
"Kamu bisa langsung terbang ke London, dek, aku udah siapin rumah yang aman dan semua akan menanggung semua biaya hidup kamu di sana."
Ratu membalas pelukan Azizi, cairan sudah menggenang di kelopak matanya. Ratu menatap Dey yang sedang tersenyum kepadanya. Ia mengeratkan pelukannya pada Azizi lalu menggeleng. "Aku gak akan ke mana-mana. Aku pernah mati dan dihidupkan oleh semua jasa kak Viny, aku hanya akan kembali mati di samping dia." Air matanya benar-benar menetes.
Azizi melepaskan pelukan Ratu dan langsung meraih pipinya, mengusap air mata yang ada di sana. "Ngga, dek, kakak udah janji akan membiarkan kamu tetap hidup. Kamu harus pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
ENIGMA II [END]
Fanfiction"Berhati-hatilah sekali dengan musuhmu dan berhati-hatilah seribu kali dengan temanmu."