Katastrofe

29 2 0
                                    

"Beberapa rahasia terkadang sulit untuk diterima. Tapi, percayalah! Lebih baik rahasia itu tak perlu diketahui, daripada ujungnya malah membuat diri sendiri tak mempercayai."

•~•

[Axel PoV]

Lorie memutuskan untuk tidur di pagi hari, setelah kami baru saja tiba di kastil Archilop. Dia mengeluh mengantuk pagi-pagi begini, padahal kulihat semalam ia tidur pulas di dalam tenda.

"Dasar, gadis aneh!" gerutuku dalam hati. Sesaat setelah dia terlihat memasuki sebuah kamar utama di lantai dasar ini. Kamar kami berada tepat di sampingnya.

Aku dan Nevpix pun juga tidak ingin membuang waktu di sini. Kami berdua memutuskan untuk menjelajahi area kastil. Lagipula kulihat Nevpix nampak bersemangat menanggapinya. Tidak sabar untuk mengetahui apa saja yang akan kami temukan nantinya.

Dengan berbekal kamera kotak model lama, kaca pembesar, korek api, pisau lipat kecil, tali temali, sebotol minuman, dan beberapa catatan memo kecil yang sengaja kubawa. Nevpix dan aku mulai melihat-lihat keadaan di lantai satu kastil. Kami memulai dari tempat yang sederhana dulu untuk dijelajahi.

Tiga jam berlalu setelah berkeliling, Nevpix telah mendapatkan banyak foto-foto untuk kepentingan dokumentasinya. Sementara aku mulai mencatat detail-detail penting mengenai ruang tempat yang ada di lantai dasar kastil.

"Axel! Tinggal dua ruangan lagi yang belum diperiksa," ujar Nevpix sembari sibuk memotret patung-patung futuristik yang terpajang di lemari kaca besar.

"Aku merasa kedua ruangan itu sedikit berbeda. Tempatnya lebih gelap dan—"

"Halah, bilang saja kalau kau takut! Haha," potong Nevpix yang kini menertawaiku.

"Sial! Aku tidak takut sama sekali. Hanya saja ... radar dalam diriku mengisyaratkan bahwa kedua ruangan itu agaknya berbahaya," elakku secara terang-terangan, memang itulah hawa yang kurasakan sekarang.

"Tenang saja, ini masih siang hari. Ruangan itu pasti tidaklah seseram di malam hari. Jadi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, kan?" sanggahnya dengan telak. Nevpix memang keras kepala sejauh aku mengenalnya.

Dengan buru-buru dia mulai melangkah maju memasuki ruangan. Aku sudah memperingatinya agar tidak masuk terlalu jauh, tapi dia malah menghiraukanku dan terus maju. Mau tidak mau, aku terpaksa mengikuti langkahnya dari belakang, sementara ia berjalan memimpin di depan. Kami mengamati seisi ruangan yang banyak sekali perabotan tidak terpakai dan ditutupi oleh kain putih lebar.

"Jangan sentuh apa pun!" Aku kembali memperingati Nevpix agar tidak perlu mengotak-atik barang antik di sini, yang sama sekali tidak kami ketahui untuk apa fungsinya itu.

"Santai, santai, aku hanya ingin memotretnya saja kok!" Nevpix mengambil foto beberapa pedang, guci, batu kristal, kitab kuno, dan sebuah bunga mawar biru abadi di dalam toples kaca—bunga yang mirip seperti di film Beauty and The Beast.

"Wah, bunga rose blue ada di sini ternyata!" celetukku secara tiba-tiba. Untung saja Nevpix tidak menyadarinya. Dia sibuk memotret sana-sini.

Aku menulis beberapa catatan penting yang Nevpix tidak ketahui. Termasuk juga mencatat lokasi keberadaan bunga rose blue yang sewaktu-waktu akan kucuri saat kami akan kembali pulang nantinya. Tentunya saat misi kami telah selesai di tempat ini.

Saat masih sibuk mencatat hal lainnya, Nevpix tiba-tiba saja berseru memanggilku. "Axel!! Kemarilah! Lihat apa yang baru saja kutemukan!"

"Hmm.. Apa?" responku yang bergegas berlari menghampirinya.

HAMPIR MATI!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang