Emoji Abstrak

62 12 11
                                    

"Emoji senyum seringkali menipu tetapi dia susah jika dipaksa untuk membisu. Dikatakan ataupun tidak? Dia tetap melambangkan luka terpendam."

•~•

Baghh!
Pyarrrrrr!

Tubuh Lorie kini—yang terisi oleh roh Anne—jatuh menimpa tepat di atas meja kaca yang ada di ruang tamu. Pecahan tajam dari kaca meja tersebut berhasil mengenai beberapa bagian tubuh belakang milik Lorie. Ia tertusuk hingga lima kali di bagian punggungnya. Aneh, bukannya merasa sakit, Anne malah merasa seakan ia baru saja jatuh dari sepeda ontelnya semasa kecil.

"Aduh! Pecahan kacanya banyak sekali." Anne memegangi kepalanya pusing.

Anne berusaha bangkit berdiri meski orang lain melihat bahwa ia sedang dalam keadaan mengenaskan. Anne tidak merasakan sakit yang hebat akibat jatuh dari lantai dua. Ia terlihat biasa saja sembari mencoba berdiri lagi.

Ia membenarkan sedikit jubah merah kebesarannya yang nampak kurang rapi. Dengan rasa tidak bersalahnya, Anne mulai mencabut pecahan kaca panjang dari punggungnya dengan sekali tarikan kuat.

"Auhhhh! Haissssss! Sss ... Haaaa!"

Akhirnya semua pecahan kaca tersebut berhasil ia cabut juga. Darah mengucur santai di dalam baju kebesaran Anne. Sakitnya terasa luar biasa, akan tetapi beberapa menit kemudian rasa sakit itu sudah tidak terasa lagi. Anne mencoba meraba luka tusukan yang berlubang di punggungnya akibat pecahan kaca barusan.

"Haik! Lukanya menghilang? Apa lukanya sudah sembuh? Ajaib sekali. Sebenarnya tubuh ini kenapa? Aneh,"

Entah mukjizat dari manakah, dengan tiba-tiba semua luka yang ada pada tubuh Lorie bisa sembuh dengan cepat. Sebenarnya Lorie ini apa? dan siapa?

Anne kembali memerhatikan sekitarnya. Pecahan kaca yang diduga awalnya adalah sebuah meja kini terlihat berserakan di sekelilingnya. Anne tahu, dia baru saja jatuh menimpa kaca tersebut. Wah, ini hal yang mustahil. Jika orang lain yang berada di posisinya mungkin mereka akan langsung saja meninggal atau bahkan orang tersebut bisa sangat terluka parah setelah terjatuh dari atas sana.

"Oh, Ya Tuhan! Dimana Liyora sekarang? Dia harus segera dihentikan sebelum arwah jahat itu menguasai seluruh kendali pikiran dan tubuhnya!"

Anne kembali membuat gerakan tangan di udara sembari membaca mantra. Entah darimana Anne bisa langsung tanggap dan menghafal mantra-mantra sihir begitu. Apakah mungkin jika Anne adalah Lorie?

"Ayolah asap Mapilia, tunjukkan jalan padaku di manakah tempat Liyora berada sekarang," pinta Anne dengan ekspresi tak terbacanya.

Selang detik setelahnya, beberapa kepulan asap kecil bercahaya biru mulai bermunculan mengambang di sekitar Anne. Kepulan asap itu juga membentuk sebuah petunjuk jalan yang berurutan. Tanpa babibu Anne langsung berjalan mengikuti arah lampu-lampu dari asap tersebut.

Anne kembali menyusuri area di lantai dua. Ia berjalan santai dan tetap waspada dengan keadaan di sekelilingnya. Banyak sekali kamar-kamar kosong yang tidak terpakai pada lantai ini. Bahkan sejauh yang Anne ingat tadi saat dia dikejar oleh Liyora, Anne merasa telah berlarian jauh tanpa tahu arah pada ruangan-ruangan asing beraura gelap dengan hawa redup. Entahlah, Anne tidak suka dengan hawa di penjuru ruangan lantai dua ini. Hawa yang melambangkan sesuatu yang jahat sedang singgah tidak terduga. Semakin seram lagi karena di sini banyak sekali lukisan-lukisan surealis yang tersebar di seluruh dinding bangunan lantai dua. Lukisan-lukisan ini nampak hidup, menurut Anne.

Pelita kecil asap-asap tersebut mulai menghilang, pudar membaur dengan udara ketika sampai pada sebuah tempat hitam pekat.

"Lorong yang gelap dan lembab. Tempat apakah ini? Ada apa di dalam sana?" pikir Anne penuh tanya.

HAMPIR MATI!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang