Hidden

33 6 0
                                    

"Diam bukan berarti takut. Kebanyakan orang lebih memilih diam ketimbang banyak bicara, yang kiranya tak sengaja akan mengungkap suatu rahasia."

(ง'-̀̀'́)ง

Seorang gadis dua puluh tahun berambut hitam panjang dengan hiasan bunga di rambutnya itu terlihat mondar-mandir di ruang tamu. Dalam ketidakjelasan ini, tergambar jelas raut wajahnya yang seakan khawatir akan suatu hal.

"Sial! Siapakah wanita tua itu?" umpatnya sembari duduk di sofa, dia sedang berpikir.

Gadis itu mulai melirik jam tua besar di pojokan yang sedikit terkena cahaya rembulan. Sudah jam tujuh lebih dua puluh. Waktu seakan cepat berlalu tanpa ia sadari. Semua waktunya juga ia rasa terbuang sia-sia.

"Ahh, bagaimana sekarang?" keluhnya yang nampak frustasi dilanda kebingungan. Tak terasa, air matanya pun turut meluncur pelan menuruni pipi mulusnya.

Anne tidak bisa berpikir tenang untuk saat ini. Emosinya seakan pecah dan tidak stabil. Ia merasa takut, ditambah lagi pikirannya kini kembali pada kejadian sore tadi saat ia sedang berada di dalam toko bunganya.

(ง'-̀̀'́)ง

"Mau mencari bagian yang hilang."

Hanya kalimat itulah yang terus terngiang-ngiang di kepala Anne sebelum ia bangun. Lagi-lagi Anne terbangun di tubuh lain yang bukan tubuhnya sendiri. Ia kembali hidup pada tubuh Lorie. Rasa keterkejutannya itu tentu membuatnya semakin bergidik ngeri saat ia mulai menyadari sesuatu.

"Apa sebenarnya yang wanita tua itu maksud sebagai bagian yang hilang?" tanyanya pada diri sendiri. Meski agak pusing,-entah itu akibat dari pingsannya atau sekadar bangun tidur?-yang jelas Anne mulai bangun sembari mendobrak peti matinya dari dalam.

Semula Anne memang bangun dalam keadaan gelap tanpa cahaya. Ia merasakan perasaan yang tidak enak, awalnya ia mengira dirinya sendiri secara misterius menjadi buta. Begitu sadar bahwa dirinya ada di dalam peti? Itu berarti kini rohnya sedang berada dalam tubuh Lorie. Anne lekas mendobraknya kuat, berusaha keluar dari dalam peti sebelum ia kehabisan napas berada lama-lama di dalam sana.

Dengan segala jerih upaya, Anne akhirnya berhasil keluar dari dalam peti mati milik Lorie. Pemandangan yang Anne lihat pertama kali begitu keluar adalah cahaya bulan yang memasuki jendela ruangan ini. Pertanda malam telah tiba.

Masih dengan rasa takut yang membuncah, Anne mulai mengingat-ingat seluruh kejadian sebelum ia bangun di tubuh Lorie. Anne berharap ia bisa mengingatnya, sebab seringkali ingatan Anne selalu tidak berfungsi saat dibutuhkan begini. Dan, berakhir dengan ia yang kesal sendiri karenanya.

Memori dari wajah-wajah waktu mulai bergerak merekam dalam pikirannya. Anne kembali mengingat detik-detik kejadian sebelum ia hilang kesadaran dan berakhir jatuh di lantai. Saat itu ia sedang mencari pengunjung wanita yang secara misterius menghilang.

Bahkan belum sempat Anne menyadarinya ataupun menghindar dari serangannya, tiba-tiba wanita asing itu sudah muncul sembari memegang garbu tanaman dan langsung memukul badan Anne hingga ambruk ke lantai. Anne juga sempat melihat totem mirip tato pada kaki pelaku yang baru saja memukulnya itu sebelum dia pingsan.

"Siapakah Allecsa itu? Apakah dia mengenalku?" Anne bertanya pada cermin di hadapannya, yang mana pada cermin itu tentu ada pantulan dirinya,-ralat, diri Lorie, wajah Lorie, dan tubuh milik Lorie.

Anne yakin wanita itu pasti berniat buruk pada dirinya. Ia juga percaya bahwa wanita tua itu pasti namanya Allecsa. Dia memiliki aura yang aneh. Sedetik kemudian Anne tersadar, tubuh cantiknya itu kini pasti sedang kedinginan di lantai toko bunganya. Anne pun bergegas lari dalam kepanikannya guna menolong tubuhnya yang tergeletak malang di sana.

HAMPIR MATI!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang