Bagian Yang Hilang

122 16 27
                                    

"Ketika es bertemu dengan es kuadrat, hancurlah bumi ini dan seisinya menjadi beku seketika. Seperti halnya hati doi yang seringkali sulit untuk diketuk, aku akhirnya pasrah cuma bisa terbatuk ... uhuk uhuk."

•~•

Happy Reading!

Tepat di ujung jalan Borealis, No. 333 terdapat sebuah rumah tua Belanda. Rumah yang besar namun tidak cukup terawat itu nampak suram. Di sekitar pekarangannya terdapat banyak tanaman merambat dan bunga-bunga liar. Huh, seperti rumah kosong tanpa tuan.

Tapi, kalau dilihat dari kejauhan, ada sebuah toko kecil berlabel Lorie's Florist tepat di depan rumah berpagar kayu tersebut. Jadi, dia punya toko bunga?

Gadis mistis dan semisterius Lorie ternyata penyuka bunga juga. Dia memang membangun toko bunga sebagai pekerjaan samaran agar orang-orang tidak mencurigai identitas yang sebenarnya. Entah sejak kapan Lorie melakukan pekerjaan itu. Setiap paginya dia menjual bunga-bunga cantik dan pada malam hari ia gunakan untuk kerja kelelawarnya.

Yap, rumah pojok tua tersebut adalah milik Lorie atau biasanya sering dijuluki warga sekitar si gadis SAL. Sejak pertemuannya kemarin dan disarankan temannya untuk meminta bantuan pada gadis SAL, pria tersebut akhirnya memutuskan untuk mendatangi juga kediaman si gadis SAL. Awalnya dia datang dengan rasa kekesalan yang cukup mendalam, dia berharap-harap semoga gadis itu benar-benar bisa membantunya.

Begitu sampai di seberang jalan dan sudah melihat penampakan rumah milik gadis yang akan ditemuinya, pria berhidung mancung itu langsung menggeleng kepala tidak percaya.

"Ini lebih mirip kuburan sih, parah!"

Dia menggerutu terus sejak tadi. Mungkin dalam pikirannya, dia agaknya salah alamat rumah. Tapi ternyata memang benar itulah rumah yang sedang dicarinya.

Dia menarik napas panjang dan mulai berjalan menyeberang. Kebetulan rumah ini berada di pojok sendiri dekat jalur kawasan hutan belantara. Jalanan di kawasan ini juga lumayan sepi dan sunyi. Lagipula hampir semua jalan di tengah hutan memang begitu kan? Yang sering membuat ramai adalah suara binatang liar yang tinggal di dalamnya.

"Aku tidak yakin jika rumah ini ada penghuninya,"

Lelaki itu tampak berpikir sejenak di teras sebelum akhirnya dia mengetuk pintu kaca toko Lorie's Florist, bagian terdepan dari rumah Lorie. Dia agak takut jika harus pergi ke belakang, tepatnya pada rumah Lorie yang sesungguhnya. Rumahnya sangat seram.

Tok ... Tok ... Tok ...

"Permisi ... Ada orang di dalam?" tanya si pria memastikan.

Tidak ada jawaban. Toko bunganya sepi dan tidak berpenghuni. Si pria lagi-lagi berdecak kesal. Tanpa diduga, angin bertiup kencang pagi ini. Bahkan lonceng-lonceng yang tergantung di langit toko pun ikut bergoyang dan menciptakan bunyian yang cukup memekakkan telinga.

"Angin ribut apalagi ini!" ocehnya kesal dengan raut masam. Pria itu terlihat berusaha menghalangi debu-debu yang hendak masuk ke dalam matanya dengan menggunakan tangan.

Di tengah hembusan angin ribut yang sepertinya mengajak ribut, seseorang tiba-tiba saja muncul dari belakang toko sembari membawa alat untuk menyiram tanaman.

"Kau tidak lihat ya? Toko masih tutup. Lagipula kenapa mencari bunga sepagi ini?" tanya wanita berambut panjang selagi ia menyiram bunga tulip di samping tokonya. Gadis itu nampaknya seumuran dengan pria ini.

"Ehmm ... Sebenarnya aku di sini ... Maksudku sepagi ini adalah bukan untuk membeli bunga. Aku ingin menemui seseorang. Pemilik toko bunga ini, apa dia ada di rumah?"

HAMPIR MATI!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang