"Umii gus dimana ya?"
"Ditaman belakang nduk"
"Makasih umi saya ke belakang dulu Assalamualaikum"
"Guss sut sut sut"
"Siapa?" gus afiq menoleh dan menyembunyikan rokok ditangan kirinya.
"Gus merokok?"
"Iya"
"Sejak kapan?"
"Lama ning"
"Kok aku baru tau"
"Ya saya merokok saat gak ada kamu"
"Tega gus bohongin istri sendiri, berhenti merokok boleh ga gus?"
"Saya gak bohongin kamu, saya tau kamu anti banget sama asap rokok, makanya saya gak pernah merokok didepanmu. Saya gak bisa berhenti udah candu ning"
"Coba dulu deh gus ntar aku bantu deh. Lebih baik candu sama istri sendiri gus dari pada sama rokok"
"Emang kamu kuat? Yakin gak bakal kelimpungan?"
Gus afiq maju perlahan mendekati mauli. Mauli terbata dan segera menjauhkan diri."Eh apa maksudnya? Bukan menuju ke situ gus ampun dah"
"Iya saya tau, sini duduk"
"Boleh tau gimana cara mu bantuin saya lepas dari rokok"
"Eemm apa ya bingung nih, bantuin mikir dong gus, gimana kalau setiap gus pengen merokok aku kasih permen yang manis banget"
"Gak ah saya gak suka permen, saya tetap merokok aja"
"Uang?" nego mauli pada gus afiq.
"Gak"
"Makanan"
"Gak"
"Istri baru?"
"Astaghfirullah tawaran apa itu, ya boleh sih kalau ning mengizinkan, saya rela merokok 50 batang sehari kalau gitu"
"Dih ngelunjak ya anda, awas jangan dekat dekat"
Gus afiq tertawa menatap istrinya yang sedang sebal.
"Ayo tawar lagi ning"
"Ogah ntar aku jadi istri tua dari seribu istri muda mu gus"
"Gak ning ya Allah saya bercanda"
Gus afiq tertawa lepas, dirinya kaget saat merasakan bibir mauli berada dipipinya.
"Tumben duluan, kenapa? Biasanya juga kalau mau dicium harus nyuri nunggu kamu tidur dulu"
"biar gus diam, oh gitu gus cara mainnya. males ah ngeledekin terus, ntar aku bilangin sama umi"
"Dih mengadu, gimana kalau tawarannya itu aja"
"Itu apa?"
"Ya itu, setiap saya mau merokok kamu harus cium saya biar berhenti merokok"
"Enak aja gus yang untung aku buntung"
"Yaudah peluk deh"
"Ogah gak mau"
"Dih kenapa gitu? Bukannya akhir akhir ini ada yang selalu minta peluk dalam keadaan sadar."
"Bukan aku tolong ya diam"
"Kenapa mukanya ditutup? Merah ya? merona atau gimana?"
"Gus udah ah diam"
"Deal kan dulu tawaran tadi baru saya diam"
"Oke deal" gus afiq dan mauli berjabat tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mawaddah Diujung Langit
Short Storyrandomnya seorang ning dan gus Malam itu menjadi malam yang panjang bagi penentuan kami. Aku percaya gus afiq adalah sosok pendamping terbaik yang dikirimkan Allah padaku. Tak apa aku tak bersanding dengan lelaki di masa laluku yang menurutku terbai...